Latihan Tempur Picu Ketegangan

SEOUL (SINDO) – Korea Selatan (Korsel),kemarin, tetap menggelar latihan perang di perbatasan dengan Korea Utara (Korut).Latihan itu dilakukan Seoul dengan peluru dan bahan peledak aktif.

Langkah keras Korsel memicu ketegangan di Semenanjung Korea semakin mencekam. Apalagi, ditambah dengan ancaman balasan dari Pyongyang dan buntunya perundingan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DKPBB) mencapai kesepakatan mengenai permasalahan Korut. Kementerian Pertahanan Korsel menyatakan,latihan tempur itu berlangsung selama 90 menit dimulai pukul 14.30 waktu setempat (12.30 WIB).Dalam latihan tempur tersebut,Korsel menembak sebanyak 1.500 kali dengan berbagai jenis senjata termasuk meriam K- 9, meriam 105 mm, dan mortir 81 mm.Yonhap melaporkan, latihan itu juga melibatkan dua kapal perusak.

Seorang fotografer AFP di sebuah bungker di pulau tersebut melaporkan, tembakan Howitzer tampaknya telah berhenti.Namun, dia masih mendengar tembakan sporadis dari senjata Vulcan yang lebih ringan. Menyusul latihan tempur itu, militer Korsel dalam kondisi siaga. ”Pasukan kami kini dalam kondisi siaga dan pesawat tempur di pangkalan udara dalam status waspada,” ungkap juru bicara kementerian itu. Kantor Berita Yonhap menyatakan, dua kapal perusak telah ditempatkan di Laut Kuning. Hal itu dilakukan karena Korsel belajar dari pengalaman.

Ketika latihan tempur yang sama digelar di perbatasan pada bulan lalu ditanggapi dengan serangan peluru artileri dari Korut yang menewaskan empat orang.Korut telah mengancam akan melancarkan serangan mematikan jika latihan pekan ini terus berjalan. Pasukan Korsel bersiap-siap terhadap segala kemungkinan serangan Pyongyang dengan balasan yang cepat. Sumber militer menyatakan kepada Yonhap bahwa pasukan di perbatasan dan semua artileri telah ditempatkan di tepi pantai untuk mengantisipasi serangan Korut. Namun, hingga kemarin belum dilaporkan adanya serangan dari Korut.

”Militer harus siap siaga dengan segala kemungkinan untuk menangkal setiap provokasi yang mungkin dilakukan Korut,” tutur Menteri Pertahanan Korsel Kim Kwan-jin. Bahkan, Presiden Korsel Lee Myung-bak memerintahkan semua pejabat pemerintah untuk dalam status siaga. ”Sebagai bangsa berdaulat, hak kita untuk menggelar latihan militer demi mempertahankan teritorial kita dan tak ada seorang pun yang berhak mengintervensi,”tandas Lee. Namun,Korut menyatakan tidak akan menyerang balik Korsel, meski bertekad melakukan pembalasan yang lebih berat.

Pengumuman Pyongyang itu sedikit meredam ketakutan terjadinya perang di semenanjung. Ini merupakan tempat ketegangan terus memuncak setelah bombardir artileri Korut bulan lalu menyusul latihan artiler yang dilakukan pasukan Korsel. Komando tertinggi militer Korut menegaskan, tidak merasa perlu membalas tiap provokasi militer. ”Dunia seharusnya tahu juara perdamaian sejati dan provokator perang yang sesungguhnya,” tulis sebuah pernyataan KCNA. Sementara itu,Dewan Keamanan PBB kembali gagal menyamakan sikap atas ketegangan di Semenanjung Korea.Pada sidangnya yang digelar Minggu malam (19/12) waktu setempat, para anggota tidak mampu bersepakat untuk mengatasi konflik antardua negara Korea itu.

”Tampaknya bisa diprediksi bahwa perbedaan-perbedaan yang masih ada belum bisa dijembatani,” tutur Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice. Hal senada diungkapkan Dubes Rusia untuk PBB Vitaly Churkin yang mengatakan, pembicaraan di DK belum ada hasil.Namun, dia menyatakan bahwa para anggota akan melanjutkan negosiasi untuk mengatasi perbedaan sikap. ”Kami menganggap situasi semakin serius dan tidak ada lagi rencana permainan di kedua belah pihak,”tutur Churkin. China juga sama dengan Rusia dalam hal Korea.Beijing ingin agar Korsel menahan diri untuk tidak lagi menggelar latihan perang.”Tidak ada seseorang pun yang berhak untuk memicu atau menggaungkan konflik atau perang.

Dan tidak ada seorang pun yang berhak menyebabkan pertumpahan darah di antara rakyat Korut dan Korsel,” tutur Menteri Luar Negeri China Cui Tiankai. Parahnya, AS menolak permintaan China dan Rusia.Sebagai sekutu Korsel sejak Perang Korea 1950–1953,AS mendukung latihan perang, yang penting sebagai upaya antisipasi serangan dari Korut, yang selama ini mendapat dukungan dari China.Washington justru mempertanyakan sikap ambigu Rusia dan China yang dinilai tidak menyalahkan Korut atas krisis yang terjadi.Namun,mereka meminta Korsel menahan diri untuk tidak membalas serangan dari Pyongyang pada 23 November lalu.

Sebelumnya, pemecah masalah AS Gubernur New Mexico Bill Richardson mengemukakan usulan untuk membangun jalur komunikasi militer untuk membahas insiden di sepanjang perbatasan Korut-Korsel. Richardson juga mengajukan usul agar dibentuk komisi militer dengan anggota Korut dan Korsel ditambah AS. Komisi tersebut untuk memonitor teritorial yang dipermasalahkan di Laut Kuning. (AFP/Rtr/CNN/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/371088/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford