Korea Utara Mainkan Skenario Perang
SEOUL(SINDO) – Ketegangan di Semenanjung Korea terus menunjukkan kenaikan.Ini setelah kemarin Korea Utara (Korut) mulai memainkan skenario perang dengan musuh bebuyutannya,Korea Selatan (Korsel).
Skenario itu ditunjukkan dengan penempatan beberapa tentara Korut di sepanjang perbatasan dengan Korsel yang memakai seragam militer mirip pasukan Seoul. Ini jelas sangat mengelabui pasukan Korsel.Apalagi, pasukan Korut tampak melakukan latihan tempur. Skenario siaga perang ala Korut itu terus dipantau Kementrian Pertahanan Korsel.“Langkah Korut ini membuat kami harus memasok sejumlah seragam baru kepada para tentara kami.Tujuannya agar tidak terjadi kebingungan di lapangan,” ungkap seorang pejabat militer. Militer Korsel menyebutkan bahwa ada beberapa tentara Korut di garis depan perbatasan yang mengenakan seragam dengan pola mirip seragam pasukan Korsel.
“Menurut kami, pasukan khusus Korut yang ditempatkan di sana tengah melakukan latihan untuk mengacaukan konsentrasi pasukan kami dengan mengenakan seragam tersebut,”paparnya. Tak mau kalah strategi,Korsel pun mengeluarkan taktik tandingan. Militer Korsel saat ini telah mulai memasok seragam dengan pola baru.Mereka juga berusaha mempercepat proses distribusi seragam menyusul strategi Korut ini. Seperti dilaporkan KoreaTimes, Presiden Korsel Lee Myung-bak kemarin memerintahkan Menteri Pertahanan Kim Kwan-jin untuk menyiapkan pergantian seragam militer. Selain itu, Lee meminta Kim untuk melakukan segala upaya untuk menumbuhkan kepercayaan publik mengenai ke-mampuan tempur militer Korsel.
“Reformasi militer merupakan salah satu tugas penting kita.Menteri Pertahanan baru seharusnya memberikan perhatian penting ini secepatnya dan tegas,” tutur Lee pada rapat kabinet di Cheong Wa Dae.Lee memaparkan,dirinya memahami alasan banyak orang tidak puas dengan sikap militer terhadap serangan Korut yang menewaskan 2 warga sipil dan 2 anggota Marinir. Inilah, alasan rakyat memberikan perhatian penuh mengenai pertahanan negara. “Kita harus merefleksikan diri kenapa kita membuat mereka kecewa. Di lain pihak, insiden tersebut mampu menjadikan kita tetap bersama dan memberikan kesempatan untuk lebih kuat memperhatikan keamanan nasional,”tutur pemimpin konservatif tersebut.
Sebelumnya pada pidato radio, Lee mengungkapkan bahwa Korut sepertinya akan melancarkan serangan kembali.Dalam pidato di radio, Lee menuturkan Korsel seharusnya tidak takut berperang dengan yang dia sebut dengan “rezim paling suka berperang”. “Kita tidak boleh terpecah ketika keamanan nasional sedang terancam,”tandas Lee.“Tidak ada perbedaan antara kalian dengan saya jika terkait masalah keamanan nasional. Sebab, hidup kita dan keselamatan bangsa dipertaruhkan. Mata mereka (Korut) selalu terbuka untuk melihat kesempatan ketika terdapat perpecahan dalam hati dan pikiran kita. Ketika kita bersatu Korut tidak akan berani menyerang,”paparnya.
Sementara itu, hari ini, Lee akan mendapatkan laporan lengkap dari Kementerian Pertahanan Korsel mengenai rencana reformasi militer dan aktivitas militer Korut. Beberapa hal strategi yang dilakukan Korut adalah peningkatan kemampuan pertahanan untuk mendeteksi serangan dan provokasi Korut. Sumber kepresidenan Korsel menyebutkan militer juga bakal meningkatkan kemampuan untuk menggelar perang cyber dan meningkatkan jumlah Marinir untuk mempertahankan pulau-pulau di perbatasan Barat.
Selain itu, Kementerian Pertahanan dilengkapi senjata baru sehingga mampu merespons dengan cepat dan efektif terhadap agresi militer Korut. Kim Kwan-jin, 61, mantan kepala Staf Gabungan Korsel, ditunjuk sebagai menteri pertahanan baru hanya beberapa hari setelah serangan Korut ke Pulau Yeongpyeong. Serangan itu merupakan serangan terhadap warga sipil pertama sejak Perang Korea 1950– 1953. “Militer kita gagal melaksanakan tugas untuk melindungi kehidupan rakyat dan properti mereka,” ujar Kim kepada parlemen pada awal bulan ini. Kementerian Korsel menyakini bahwa Korut memiliki 200.000 personel pasukan khusus, dengan 50.000 di antaranya diduga telah disebar di sepanjang garis perbatasan dengan Korsel.
Korut memiliki sedikitnya 1,1 juta anggota tentara. Jumlah tadi terdiri atas 950.000 angkatan darat, 46.000 angkatan laut, dan 110.000 anggota pasukan angkatan udara. Sementara Korsel hanya punya hampir setengah lebih dari kekuatan Korut, sebanyak 687.000 serdadu. Sementara itu, China mengambil langkah tegas terhadap mata-mata Korsel yang tertangkap mencari informasi intelijen tentang Korut.Yonhap dan JoongAng Daily melaporkan, Beijing telah memenjarakan salah satu matamata itu lebih dari setahun,meskipun Seoul telah meminta dia agar dilepaskan. (AFP/KT/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/372388/
Skenario itu ditunjukkan dengan penempatan beberapa tentara Korut di sepanjang perbatasan dengan Korsel yang memakai seragam militer mirip pasukan Seoul. Ini jelas sangat mengelabui pasukan Korsel.Apalagi, pasukan Korut tampak melakukan latihan tempur. Skenario siaga perang ala Korut itu terus dipantau Kementrian Pertahanan Korsel.“Langkah Korut ini membuat kami harus memasok sejumlah seragam baru kepada para tentara kami.Tujuannya agar tidak terjadi kebingungan di lapangan,” ungkap seorang pejabat militer. Militer Korsel menyebutkan bahwa ada beberapa tentara Korut di garis depan perbatasan yang mengenakan seragam dengan pola mirip seragam pasukan Korsel.
“Menurut kami, pasukan khusus Korut yang ditempatkan di sana tengah melakukan latihan untuk mengacaukan konsentrasi pasukan kami dengan mengenakan seragam tersebut,”paparnya. Tak mau kalah strategi,Korsel pun mengeluarkan taktik tandingan. Militer Korsel saat ini telah mulai memasok seragam dengan pola baru.Mereka juga berusaha mempercepat proses distribusi seragam menyusul strategi Korut ini. Seperti dilaporkan KoreaTimes, Presiden Korsel Lee Myung-bak kemarin memerintahkan Menteri Pertahanan Kim Kwan-jin untuk menyiapkan pergantian seragam militer. Selain itu, Lee meminta Kim untuk melakukan segala upaya untuk menumbuhkan kepercayaan publik mengenai ke-mampuan tempur militer Korsel.
“Reformasi militer merupakan salah satu tugas penting kita.Menteri Pertahanan baru seharusnya memberikan perhatian penting ini secepatnya dan tegas,” tutur Lee pada rapat kabinet di Cheong Wa Dae.Lee memaparkan,dirinya memahami alasan banyak orang tidak puas dengan sikap militer terhadap serangan Korut yang menewaskan 2 warga sipil dan 2 anggota Marinir. Inilah, alasan rakyat memberikan perhatian penuh mengenai pertahanan negara. “Kita harus merefleksikan diri kenapa kita membuat mereka kecewa. Di lain pihak, insiden tersebut mampu menjadikan kita tetap bersama dan memberikan kesempatan untuk lebih kuat memperhatikan keamanan nasional,”tutur pemimpin konservatif tersebut.
Sebelumnya pada pidato radio, Lee mengungkapkan bahwa Korut sepertinya akan melancarkan serangan kembali.Dalam pidato di radio, Lee menuturkan Korsel seharusnya tidak takut berperang dengan yang dia sebut dengan “rezim paling suka berperang”. “Kita tidak boleh terpecah ketika keamanan nasional sedang terancam,”tandas Lee.“Tidak ada perbedaan antara kalian dengan saya jika terkait masalah keamanan nasional. Sebab, hidup kita dan keselamatan bangsa dipertaruhkan. Mata mereka (Korut) selalu terbuka untuk melihat kesempatan ketika terdapat perpecahan dalam hati dan pikiran kita. Ketika kita bersatu Korut tidak akan berani menyerang,”paparnya.
Sementara itu, hari ini, Lee akan mendapatkan laporan lengkap dari Kementerian Pertahanan Korsel mengenai rencana reformasi militer dan aktivitas militer Korut. Beberapa hal strategi yang dilakukan Korut adalah peningkatan kemampuan pertahanan untuk mendeteksi serangan dan provokasi Korut. Sumber kepresidenan Korsel menyebutkan militer juga bakal meningkatkan kemampuan untuk menggelar perang cyber dan meningkatkan jumlah Marinir untuk mempertahankan pulau-pulau di perbatasan Barat.
Selain itu, Kementerian Pertahanan dilengkapi senjata baru sehingga mampu merespons dengan cepat dan efektif terhadap agresi militer Korut. Kim Kwan-jin, 61, mantan kepala Staf Gabungan Korsel, ditunjuk sebagai menteri pertahanan baru hanya beberapa hari setelah serangan Korut ke Pulau Yeongpyeong. Serangan itu merupakan serangan terhadap warga sipil pertama sejak Perang Korea 1950– 1953. “Militer kita gagal melaksanakan tugas untuk melindungi kehidupan rakyat dan properti mereka,” ujar Kim kepada parlemen pada awal bulan ini. Kementerian Korsel menyakini bahwa Korut memiliki 200.000 personel pasukan khusus, dengan 50.000 di antaranya diduga telah disebar di sepanjang garis perbatasan dengan Korsel.
Korut memiliki sedikitnya 1,1 juta anggota tentara. Jumlah tadi terdiri atas 950.000 angkatan darat, 46.000 angkatan laut, dan 110.000 anggota pasukan angkatan udara. Sementara Korsel hanya punya hampir setengah lebih dari kekuatan Korut, sebanyak 687.000 serdadu. Sementara itu, China mengambil langkah tegas terhadap mata-mata Korsel yang tertangkap mencari informasi intelijen tentang Korut.Yonhap dan JoongAng Daily melaporkan, Beijing telah memenjarakan salah satu matamata itu lebih dari setahun,meskipun Seoul telah meminta dia agar dilepaskan. (AFP/KT/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/372388/
Komentar