WikiLeaks Meresahkan Amerika Serikat
WASHINGTON(SINDO) – Situs pembocor rahasia, WikiLeaks,kemarin memulai merilis lebih dari 251.287 data kawat diplomatik dari berbagai Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di seluruh dunia.
Dalam keterangan resminya,Wiki- Leaks memaparkan bahwa dokumen yang dibocorkan kali ini merupakan terbesar perilisan data rahasia. Mereka juga mengklaim informasi tersebut akan memberikan informasi kepada dunia tentang pandangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam aktivitas diplomasi Pemerintah AS.
“Data kawat itu menunjukkan bagaimana operasi mata-mata AS terhadap sekutunya dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB); membuka mata mengenai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan korupsi pada ‘negara-negara klien’; kesepakatan di belakang ruang dengan negara-negara yang dianggap netral; dan lobi untuk perusahaanperusahaan AS,” ungkap pendiri WikiLeaks Julian Assange.
Menurut Assange,dokumen ini memberikan pandangan kontradiksi antara citra publik AS dan apa yang dikatakan di belakang pintu. Dokumen-dokumen itu, kata dia, menunjukkan jika penduduk di sebuah negara demokrasi yang menginginkan pemerintahan mereka merefleksikan keinginan mereka, seharusnya mereka bertanya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di belakang layar. WikiLeaks mengungkapkan bahwa dokumen itu terdiri dari 251.287 data dan terdiri dari 261.276.536 kata.
“Ini tujuh kali lebih banyak dari The Iraq War Logs, yang merupakan bocoran informasi rahasia yang sudah dipublikasikan sebelumnya,” demikian pernyataan WikiLeaks. WikiLeaks akan merilis dokumen tersebut dalam beberapa tahap selama beberapa bulan ke depan agar pembaca bisa menggali lebih dalam. Dokumen itu menghimpun laporan kawat diplomatik dari tanggal 28 Desember 1966 hingga 28 Februari 2010.
Laporan ini berasal dari 274 kedutaan besar (kedubes), konsulat, dan kantor misi diplomatik AS di mancanegara. Menurut WikiLeaks, Pemerintah AS diketahui telah memberi peringatan kepada sejumlah pemerintah–termasuk yang paling korup sekalipun–di seluruh penjuru dunia mengenai potensi bocornya dokumen itu. Dokumen-dokumen rahasia tersebut juga mengungkapkan korupsi di tubuh pemerintahan Afghanistan, yang terbukti kian parah saat seorang pejabat senior ditemukan membawa uang tunai sebesar USD50 juta saat dinas ke luar negeri.
Kemudian,langkah untuk mengosongkan kamp penjara di Teluk Guantanamo,Kuba. Langkah pengosongan itu juga berbau korupsi setelah adanya permintaan kepada diplomat Slovenia agar bersedia memungut seorang napi bila mereka ingin bertemu Presiden AS Barack Obama. Selain itu, data yang dirilis WikiLeaks juga mengungkapkan bahwa pada 2007 Jerman diberi peringatan agar tidak menangkap sejumlah agen Badan Intelijen AS (CIA) yang terlibat dalam suatu operasi.
Selain itu, ada pengungkapan tentang hubungan antara Pemerintah Rusia dengan kriminal yang terorganisir. Kemudian, strategi AS untuk mencegah Suriah mengirim senjata kepada kelompok Hisbullah di Lebanon.WikiLeaks juga membocorkan laporan mengenai kekhawatiran diplomat atas materi nuklir Pakistan yang bisa digunakan sebagai bom atom. Mereka takut bahan itu akan digunakan dalam serangan teror.
Mereka mengungkapkan bahwa AS telah berusaha mengenyahkan uranium yang dikayakan dari sebuah reaktor riset di Pakistan sejak 2007.Para diplomat pun mengeluhkan maraknya praktik peretasan jaringan komputer, yang diduga didukung Pemerintah China. Tidak kalah mencengangkan adalah instruksi dari Menteri Luar Negeri Hillary Clinton kepada pejabat AS agar memata-matai kepemimpinan Perserikatan Bangsa- Bangsa.
Semua dokumen-dokumen itu pertama kali dilaporkan The New York Times,The Guardian,Der Spiegel, Le Monde,dan El Paisyang diberi aksesawaloleh WikiLeaks terhadapdokumen- dokumen tersebut. Gedung Putih langsung bereaksi keras terhadap pembocoran data WikiLeaks itu.Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengutuk pembocoran data tersebut.
Menurut Gibbs, pengungkapan rahasia tersebut menimbulkan risiko bagi diplomat, kalangan profesional intelijen, dan orang-orang lain di penjuru dunia yang datang ke AS terkait dengan upaya memperjuangkan demokrasi dan pemerintahan terbuka. “Dengan pengungkapan data rahasia itu,WikiLeaksbukan hanya mengundang risiko terhadap pelanggaran hak asasi manusia,tetapi juga kehidupan dan pekerjaan para individu yang disebutkan dalam dokumen tersebut.
Kami mengutuk keras pembongkaran data rahasia dan informasi keamanan nasional yang sangat sensitif,” papar Gibbs. Sedangkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS P.J. Crowley telah menghubungi pemimpin delapan negara terkait kebocoran data tersebut. Dia memaparkan, negara-negara tersebut adalah Jerman, Arab Saudi, Inggris, Prancis,Afghanistan,dan Uni Emirat Arab. Anggota Kongres AS juga mereaksi dengan penuh amarah terhadap pembongkaran dokumen- dokumen itu oleh WikiLeaks.
Mereka menyebut situs pembocor itu dirancang menjadi “Organisasi Teroris Asing” dan meminta Washington segera menggelar peradilan bagi situs itu. “Membocorkan dokumen itu adalah perbuatan tercela.Tangantangan orang di WikiLeaks pasti berlumuran darah. Orang-orang yang melakukannya berada di rantai makanan paling bawah.
Kalau kalian bisa menyeretnya ke pengadilan, ayo kita coba,”ujar Senator Republikan Lindsay Graham. Pernyataan itu diamini rekannya, Senator Demokrat Claire McCaskill yang berharap Amerika bisa mencari tahu dari mana asal dokumen-dokumen itu dan memprosesnya secara hukum.“Orangorang yang melihat dokumendokumen itu arus mengecek jiwa patriotisme mereka,”ujarnya. (NYT/CNN/AFP/ telegraph/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/367169/
Dalam keterangan resminya,Wiki- Leaks memaparkan bahwa dokumen yang dibocorkan kali ini merupakan terbesar perilisan data rahasia. Mereka juga mengklaim informasi tersebut akan memberikan informasi kepada dunia tentang pandangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam aktivitas diplomasi Pemerintah AS.
“Data kawat itu menunjukkan bagaimana operasi mata-mata AS terhadap sekutunya dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB); membuka mata mengenai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan korupsi pada ‘negara-negara klien’; kesepakatan di belakang ruang dengan negara-negara yang dianggap netral; dan lobi untuk perusahaanperusahaan AS,” ungkap pendiri WikiLeaks Julian Assange.
Menurut Assange,dokumen ini memberikan pandangan kontradiksi antara citra publik AS dan apa yang dikatakan di belakang pintu. Dokumen-dokumen itu, kata dia, menunjukkan jika penduduk di sebuah negara demokrasi yang menginginkan pemerintahan mereka merefleksikan keinginan mereka, seharusnya mereka bertanya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di belakang layar. WikiLeaks mengungkapkan bahwa dokumen itu terdiri dari 251.287 data dan terdiri dari 261.276.536 kata.
“Ini tujuh kali lebih banyak dari The Iraq War Logs, yang merupakan bocoran informasi rahasia yang sudah dipublikasikan sebelumnya,” demikian pernyataan WikiLeaks. WikiLeaks akan merilis dokumen tersebut dalam beberapa tahap selama beberapa bulan ke depan agar pembaca bisa menggali lebih dalam. Dokumen itu menghimpun laporan kawat diplomatik dari tanggal 28 Desember 1966 hingga 28 Februari 2010.
Laporan ini berasal dari 274 kedutaan besar (kedubes), konsulat, dan kantor misi diplomatik AS di mancanegara. Menurut WikiLeaks, Pemerintah AS diketahui telah memberi peringatan kepada sejumlah pemerintah–termasuk yang paling korup sekalipun–di seluruh penjuru dunia mengenai potensi bocornya dokumen itu. Dokumen-dokumen rahasia tersebut juga mengungkapkan korupsi di tubuh pemerintahan Afghanistan, yang terbukti kian parah saat seorang pejabat senior ditemukan membawa uang tunai sebesar USD50 juta saat dinas ke luar negeri.
Kemudian,langkah untuk mengosongkan kamp penjara di Teluk Guantanamo,Kuba. Langkah pengosongan itu juga berbau korupsi setelah adanya permintaan kepada diplomat Slovenia agar bersedia memungut seorang napi bila mereka ingin bertemu Presiden AS Barack Obama. Selain itu, data yang dirilis WikiLeaks juga mengungkapkan bahwa pada 2007 Jerman diberi peringatan agar tidak menangkap sejumlah agen Badan Intelijen AS (CIA) yang terlibat dalam suatu operasi.
Selain itu, ada pengungkapan tentang hubungan antara Pemerintah Rusia dengan kriminal yang terorganisir. Kemudian, strategi AS untuk mencegah Suriah mengirim senjata kepada kelompok Hisbullah di Lebanon.WikiLeaks juga membocorkan laporan mengenai kekhawatiran diplomat atas materi nuklir Pakistan yang bisa digunakan sebagai bom atom. Mereka takut bahan itu akan digunakan dalam serangan teror.
Mereka mengungkapkan bahwa AS telah berusaha mengenyahkan uranium yang dikayakan dari sebuah reaktor riset di Pakistan sejak 2007.Para diplomat pun mengeluhkan maraknya praktik peretasan jaringan komputer, yang diduga didukung Pemerintah China. Tidak kalah mencengangkan adalah instruksi dari Menteri Luar Negeri Hillary Clinton kepada pejabat AS agar memata-matai kepemimpinan Perserikatan Bangsa- Bangsa.
Semua dokumen-dokumen itu pertama kali dilaporkan The New York Times,The Guardian,Der Spiegel, Le Monde,dan El Paisyang diberi aksesawaloleh WikiLeaks terhadapdokumen- dokumen tersebut. Gedung Putih langsung bereaksi keras terhadap pembocoran data WikiLeaks itu.Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengutuk pembocoran data tersebut.
Menurut Gibbs, pengungkapan rahasia tersebut menimbulkan risiko bagi diplomat, kalangan profesional intelijen, dan orang-orang lain di penjuru dunia yang datang ke AS terkait dengan upaya memperjuangkan demokrasi dan pemerintahan terbuka. “Dengan pengungkapan data rahasia itu,WikiLeaksbukan hanya mengundang risiko terhadap pelanggaran hak asasi manusia,tetapi juga kehidupan dan pekerjaan para individu yang disebutkan dalam dokumen tersebut.
Kami mengutuk keras pembongkaran data rahasia dan informasi keamanan nasional yang sangat sensitif,” papar Gibbs. Sedangkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS P.J. Crowley telah menghubungi pemimpin delapan negara terkait kebocoran data tersebut. Dia memaparkan, negara-negara tersebut adalah Jerman, Arab Saudi, Inggris, Prancis,Afghanistan,dan Uni Emirat Arab. Anggota Kongres AS juga mereaksi dengan penuh amarah terhadap pembongkaran dokumen- dokumen itu oleh WikiLeaks.
Mereka menyebut situs pembocor itu dirancang menjadi “Organisasi Teroris Asing” dan meminta Washington segera menggelar peradilan bagi situs itu. “Membocorkan dokumen itu adalah perbuatan tercela.Tangantangan orang di WikiLeaks pasti berlumuran darah. Orang-orang yang melakukannya berada di rantai makanan paling bawah.
Kalau kalian bisa menyeretnya ke pengadilan, ayo kita coba,”ujar Senator Republikan Lindsay Graham. Pernyataan itu diamini rekannya, Senator Demokrat Claire McCaskill yang berharap Amerika bisa mencari tahu dari mana asal dokumen-dokumen itu dan memprosesnya secara hukum.“Orangorang yang melihat dokumendokumen itu arus mengecek jiwa patriotisme mereka,”ujarnya. (NYT/CNN/AFP/ telegraph/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/367169/
Komentar