Terjebak Kemiskinan, Pernikahan Palsu Merebak

Menikah untuk mendapatkan kebahagiaan. Itu pasti tujuan untuk orang yang melepas masa lajang mereka. Tapi bagaimana jika pernikahan itu hanya sebuah “sandiwara” atau sekedar berpura-pura. Itu tidak terjadi di film saja, tetapi ada di dunia ini yakni di Latvia.

Setiap tahun, puluhan perempuan Latvia yang terjebak dengan kemiskinan harus rela menikah dengan pria Asia yang ingin mendapatkan hak tinggal di Uni Eropa. Tentunya dengan imbalan materi dan janji yang menggiurkan dengan menikah dengan pria Asia tersebut. Yah, pernikahan mereka tidak didasari oleh rasa cinta, tetapi oleh uang.

Salah satu perempuan yang kurang beruntung itu adalah Anna, 19, bukan nama sebenarnya. Satu tahun lalu, dia dan ibunya harus bertahan hidup dengan penghasilan 300 euro setiap bulan. Seorang temannya pun menyarankan untuk menghubungai orang Republik Irlandia untuk membantu mencarikan pekerjaan.

Anna pun terbang ke Irlandia dengan tiket pemberian temannya tersebut. Begitu tiba, dia terkejut karena pekerjaan yang dijanjikan tidak sesuai dengan harapannya. “Dua orang Pakistan menemui saya dan membawa saya ke sebuah rumah. Salah satu pria itu mengajak saya untuk menikah dengannya. Saya pun ketakutan,” papar Anna.

Anna dikurung di sebuah ruangan selama dua hari. Dia pun berusaha melarikan diri dan berhasil mengirimkan email kepada seorang jurnalis Latvia yang akhirnya melaporkan hal tersebut kepada polisi. Anna termasuk orang yang beruntung. Polisi Latvia memaparkan banyak perempuan lainnya yang harus menjalani pernikahan palsu dan menjadi korban kekerasan seksual.

Umumnya, banyak para korban pernikahan paslu terjebak karena melamar pekerjaan secara online di situs jejarin sosial. Pada 2009 lalu, polisi Latvia menyebutkan 400 perempuan negara itu ambil bagian dalam pernikahan palsu di Irlandia.

Umumnya, para korban adalah perempuan berusia dibawah 30 tahun. Mereka disediakan akomodasi gratis selama enam bulan di Irlandia. Sebagian mereka baru mengetahui kalau mereka bakal dinikahkan paksa setelah tiba di Irlandia. Pernikahan tersebut dapat dilaksanakan di sana karena tidak melanggarakan hukum di Irlandia jika menikah dengan alasan uang.

Sementara Sandra Zalcmane, Direktur Lembaga Amal Shelter Safe House, mengatakan banyak perempuan yang justru dijebak oleh teman dan anggota keluarganya. Dia menegaskan, para korban bukan hanya dijebak dengan iklan palsu di internet. “Biasanya, jika seseorang ditipu oleh orang dekatnya, para korban jadi sulit percaya lagi dengan orang lain,” ujarnya.

Meski pernikahan tersebut dinyata palsu, hukum Irlandia tidak menganggap mereka sebagai korban perdagangan manusia. Pasalnya, para perempuan itu datang ke Irlandia dengan sukarela. Jadi, pria yang terlibat dalam pernikahan palsu tersebut tak bisa dijerat dengan hukum kriminal.

Polisi Latvia pun putus asa. Mereka meminta otoritas Irlandia untuk mengecek semua pernikahan warga bukan Uni Eropa dengan warga Latvia. Mereka juga meminta agar pernikahan palsu tersebut dimasukkan dalam pasal-pasal di undang-undang. Sedangkan Juru Bicara Polisi Irlandia Sersan Jim Molloy mengatakan, semua kasus pernikahan yang ingin mendapatkan hak tinggal di Uni Eropa bakal diselidiki. (BBC/andika hm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford