Situs WikiLeaks Jadi Target Serangan Cyber

WASHINGTON (SINDO) – Pengelola situs pembocor data rahasia WikiLeaks kemarin melaporkan bahwa mereka menjadi korban serangan cyber.Serangan cyber tersebut bertujuan mencegah Wiki- Leaksmerilis puluhan ribu data kawat diplomatik Amerika Serikat (AS).

Situs WikiLeaks mendapatkan serangan penolakan pelayanan atau denial of service (DDOS). Serangan tersebut mengakibat situs tersebut tidak bisa diakses oleh para penggunannya. Selain itu, serangan tersebut dapat menyebabkan situs tersebut rusak dalam jangka waktu tertentu. Biasanya, serangan tersebut karena banyaknya permintaan untuk mengakses data. Serangan cyber DDOS sama seperti kemacetan lalu lintas yang sulit ditangani ketika jam sibuk.

Hanya, DDOS merupakan teknik serangan cyber yang sudah lazim dan tidak membutuhkan kemampuan khusus. Gampangnya, serangan tersebut dioperasikan dari beberapa komputer untuk mengirimkan pesan tanpa makna ke server yang menjadi target sehingga server tersebut mengalami beban kerja yang berlebihan. DDOS dikenal serangan cyber yang tidak mahal. Itu dapat dilancarkan dari beberapa komputer secara bersamaan.

Kelebihannya, siapa di belakang aksi tersebut sulit dilacak.Biasanya,DDOS digunakan oleh peretas individual hingga kelompok organisasi kriminal. WikiLeaks memang mendapatkan serangan cyber tetapi belum jelas apa yang menjadi targetnya. Para analis memprediksi serangan tersebut berkaitan dengan kecaman pemerintahan AS yang geram dengan pembocoran data.Hanya, sulit dipercaya jika Pemerintah AS melakukan serangan cyber ke WikiLeaks dengan metode yang sangat sederhana tersebut.

Untungnya ketika serangan cyberitu melanda WikiLeaks,beberapa dokumen rahasia telah diserahkan ke beberapa media. Lima media internasional mendapatkan dokumen rahasia tersebut.Serangan cyber tersebut terjadi hanya beberapa saat setelah AS memperingatkan pendiri WikiLeaks Julian Assange agar tidak memublikasi data rahasia tersebut. Harian The New York Timesdi Amerika Serikat, The Guardian di Inggris, El Pais di Spanyol, Le Monde di Prancis, dan Der Spiegel di Jerman adalah lima media pertama yang mendapatkan akses awal terhadap dokumen-dokumen yang dibocorkan tersebut.

Para staf WikiLeaks dikenal sangat tangguh dalam menangkal serangan cyber.Mereka sangat rajin memelihara dan melindungi sistem jaringan mereka, khususnya ketika ada perilisan data rahasia dalam jumlah besar. Mereka juga kerap menggunakan situs jejaring sosial Twitter untuk mengungkap berita negatif dan positif mengenai kondisi mereka.

Pada Oktober lalu WikiLeaks telah memindahkan server pusatnya ke sebuah bungker Perang Dingin jauh di bawah jalanan Stockholm. Server WikiLeaks sekarang berada 30 meter di bawah tanah di dalam pusat data Pionen White Mountains.Pengaturan tempat itu diperantarai oleh salah satu partai politik Swedia. (CNN/GM/ andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/367167/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford