PM Irak Kecam WikiLeaks

Perdana Menteri (PM) Irak Nouri Maliki mengecam pembongkaran lebih dari 400.000 data rahasia militer Amerika Serikat (AS) dalam invasi ke negara terebut. Maliki menuding langkah WikiLeaks tersebut untuk melakukan sabotase terhadap pembentukan pemerintahan baru dan membuat tudingan bahwa dia terkait dengan pembunuhan pejuang Syiah.

Maliki dari kubu Syiah tengah mempertahankan jabatannya setelah pemilihan Maret lalu yang tidak menghasilkan kemenangan telak. Dia sangat takut terhadap isu yang menyudutkannya sehingga kesulitan membentuk pemerintahan. Dengan tegas, Maliki membantah anggapan bahwa pasukan yang berada di bawah kendalinya bertindak sebagai pasukan pembunuh.

Tuduhan tersebut terakit dengan Maliki yang memerintahkan pasukan pembunuh yang bertanggung jawab atas konflik sektarian tahun 2006 sampai 2007 terutama diungkap jaringan televisi Al Jazeera. Maliki menyatakan pasukan Irak menghormati ketentuan hukum dan tidak bertindak di luar pertimbangan sektarian. Pernyataan itu menuduh Wikileaks sebagai permainan media yang bermotif tujuan politik tertentu.

Maliki menyebut bahwa catatan WikiLeak tidak didukung bukti-bukti bahwa tahanan telah disiksa di penjara selama kepemimpinannya. Dia malah menyebut bahwa selama pemerintahannya berjuang mengalahkan terorisme. Hanya saja, tidak disebutkan detail.

Sebelumnya, juru bicara pemerintah “kekerasan” yang terjadi di beberapa tempat tidak merefleksikan kebijakan pemerintah. Dia juga menyebut bahwa tidak ada catatan dari para pejabat yang menyebutkan adanya penyiksaan dalam skandal besar sejak 2005.

Sementara itu, kubu Sunni yakni mantan PM Iyad Allawi mengatakan tuduhan itu menunjukkan hal penting untuk dilaksanakan pembagian kekuasaan dalam pemerintah. “Menyerahkan kekuasaan keamaan pada satu orang, komandan jenderal pasukan keamanan, justru memicu kesalahan dan penyiksaan di penjara-penjara Irak,” ujar juru bicara Maysoun al-Damlouji. “Maliki memiliki seluruh kekuatan di tangannya,” imbuhnya.

Sementara itu, Wikileaks menyatakan pembeberan dokumen itu bertujuan mengungkapkan kebenaran mengenai perang di Irak. Pendiri Wikileaks Julian Assange mengatakan catatan-catatan itu menunjukkan telah terjadi pertumpahan darah di setiap sudut Irak dan memberikan bukti mengenai kejahatan perang.

Namun Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS Laksamana Mike Mullen mengecam keras pembeberan informasi rahasia. Dalam sebuah pesan di Twitter, dia menyebut Wikileaks “tidak bertanggung jawab” dan mengatakan situs internet itu “membahayakan nyawa seseorang dan memberikan musuh informasi berharga.”

Juru Bicara Militer AS Kolonel Dave Lapan mengatakan tidak ada rencana untuk melakukan investigasi ulang mengenai pelanggaran seperti yang diungkapkan WikiLeaks. Dia menuturkan, ketika tuduhan itu dilakukan oleh pasukan Irak terhadap rakyat Irak, peranan pasukan AS hanya pengamat.

WikiLeaks menyebutkan data rahasia Pentagon itu mengungkapkan Isi dokumen antara lain berisi adanya 109.032 orang yang tewas dalam perang Irak. Mereka yang tewas terdiri dari 66.081 warga sipil, 23.984 pengacau keamanan (musuh), 15.196 tentara Irak, 3.771 pasukan koalisi. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford