Para Pria Melawan Pornografi

Industri pornografi menjadi ladang bisnis yang sangat menggiurkan. Namun, banyak pihak yang ingin melawan perkembangan pesat bisnis tersebut. Salah satunya adalah McCormack Evans, 22, yang mendirikan proyek online untuk berdiskusi tentang pornografi.

Proyek yang diusung Evans adalah Proyek Pria Anti-Porno. Program tersebut diusung dengan prinsip-prinsip feminisme. Kenapa harus feminisme? Evans memandang bahwa gagasan pornografi adalah isu sosial yang penting dan sebagai pembenarkan terhadap kekerasan terhadap perempuan serta permasalahan jender. Pemikiran Evans dan 10 rekan lainnya dapat diakses melalui, www.antipornmen.org.

Tujuan lainnya selain menyebarkan ide perlawanan terhadap pornografi adalah membangun komunitas anti-pornografi. “Kita memiliki komunitas yang mampu berbagi pengalaman dan permasalahan, dan menemukan pendapat alternatif,” kata Evans.

Selain Evans, tokoh yang paling terkenal berbicara tentang antipornografi adalah Robert Jensen, seorang profesor jurnalistik dari Universitas Texas di Austin, Amerika Serikat. Pada 2007, dia menerbitkan buku berjudul, “Getting Off: Pornography and the End of Masculinity.” Dia menentang pornografi karena tidak ingin menjadikan perempuan sebagai budak seks.

“Perempuan dapat dibeli untuk berhubungan badan. Para perempuan tidak sadar bahwa mereka sebenarnya dibeli. Para perempuan itu hanya ditinggalkan begitu saja, kemudian para lelaki tertawa,” kata Jensen dalam bukunya. Jensen yang mulai menganalisi pornografi sejak 15 tahun lalu mengatakan mayoritas film pornografi adalah pelecehan terhadap perempuan dan menunjukkan kebrutalan kaum Adam.

Sementara itu, pakar kajian jender Michael Kimmel pernah mematang pria Amerika yang berusia 16 hingga 26 tahun mengenai persepsi mereka tentang situs-situs porno. Kebanyakan pria AS itu telah mengakses situs tersebut. Mereka berpikiran bahwa situs tersebut “lucu”, “menggelikan”, atau kadang “bodoh”, tetapi juga ada yang berkata “asyik”.

Kimmel selama dua dekade lebih menulis mengajar kuliah tentang pornografi. Setiap tulisan maupun kuliahnya, dia selalu menentang pornografi dari sudut pandang ilmu pengetahuan. Pada 1990, dia mengedit antologi tulisan bertajuk, “Pria Menentang Pornografi”. “Lebih separuh mahasiswi saya tidak pernah bersentuhan dengan pornografi, dan mereka benar-benar tidak mengetahui tentang itu,” paparnya.

Pertanyaan kini, siapa sebenarnya yang mengonsumsi gambar dan video porno? Pada kajian yang dilakukan di Swedia pada 2007 menunjukkan 92% pria telah berurusan dengan hal pornografi dan 57% perempuan muda berusia 15 hingga 18 pernah menonton film porno.

Menariknya, Gail Dines menulis buku berjudul “Pornland” yang diterbitkan awal tahun ini menyebutkan industri global pornografi bernilai USD96 miliar. Dines mencatat lebih dari 13.000 film dirilis setiap tahun dan 420 juta halaman situs porno, serta 4,2 juta situs porno. Kemudian, 68 juta permintaan akses situs porno melalui situs pencari data.

Sedangkan Michael Flood, seorang sosiolog Australia dari Universitas Wollongong, mendirikan situs feminis XY yang menganalisis kebiasaan anak muda berusan dengan pornografi. Menurut dia, salah satu yang mengkhawatirkan adalah perkembangan akses internet melalui ponsel yang akan meningkatkan akses terhadap situs pornografi. (Guardian/andika hm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford