Motif Balas Dendam dan Penegakan Hukum Masih Diperdebatkan
Tareq Aziz telah dihukum mati pada Selasa (26/10) lalu.Publik Irak masih diliputi tanda tanya besar apakah hukuman tersebut bermotif balas dendam atau penegakan hukum murni?
MANTAN Deputi Perdana Menteri Irak itu dikenal sebagai loyalis mendiang presiden terguling Saddam Hussein meski dia beragama Nasrani.Setelah menyerahkan diri pada 2003 dan menjalani berbagai macam sidang, Aziz dipandang sebagai korban politik pemerintahan Irak saat ini yang dikuasai oleh politisi Syiah.Saddam adalah presiden dari kalangan Sunni.
Tuduhan motif politik diperkuat pengacara Aziz, Badee Izzat Aref. Dia mengungkapkan, kliennya hanya menjadi korban balas dendam para politisi Syiah yang berkuasa saat ini.Pernyataan Izzat Aref tersebut sebenarnya didukung para politisi Sunni, tapi mereka cenderung diam. Aziz dikenal sebagai menteri di pemerintahan Saddam yang cerdas dan memiliki lidah yang tajam.Hal itulah yang membuat dia memiliki banyak musuh. Ketika Saddam Hussein digulingkan ketika invasi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) pada 2003, Aziz merupakan salah satu pejabat yang dibenci oleh para politisi Irak. Namun, para pengacara AS yang dipimpin Paul Bremer melihat bahwa Aziz terlibat dan kejahatan serius.
Mantan menteri luar negeri era Saddam itu juga terlibat dalam eksekusi puluhan pengusaha di Baghdad. Vonis hukuman gantung itu dijatuhkan selang lima bulan setelah Aziz mendapatkan vonis selama tujuh tahun atas tudingan “pembersihan” etnis Kurdi. Dia dikenal mendukung kebijakan tersebut. Tetapi, tidak ada bukti bahwa secara pribadi dia terlibat dan bersalah atas kebijakan tersebut. Sebagai orang yang masuk lingkaran istana Saddam,Aziz dikenal sebagai para pendukung garda depan Saddam. Dia kerap tampil ke publik dan mampu berkilah mengenai kebijakan Saddam yang sangat buruk. Itulah yang membuat oposisi Irak,seperti warga Amerika dan para pendukungnya sangat membenci Aziz.
Sebagai “pendamping” Saddam, Aziz dikenal sebagai pendukung kuat aksi kekerasan terhadap warga Syiah dan kelompok yang melawan pemerintah. Padahal, sangat sulit untuk membuktikan keterlibatan Aziz dalam kebijakan tersebut. Sementara itu,putra Aziz,Ziad, menyatakan bahwa vonis mati ayahnya itu sebagai “parodi”. Menurutnya, pengadilan Irak seperti melakukan pertunjukan teater dan ayahnya adalah hanya korban. “Tidak seorang pun korban yang menuduh ayah saya melakukan pembunuhan.Tak seorang pun yang mengajukan tuduhan atau membuat klaim terhadapnya,” kata Ziad.
Dalam wawancara dengan The Guardian bulan Agustus lalu, Aziz membantah dirinya melakukan kejahatan terhadap warga sipil. Menurutnya, semua keputusan diambil oleh Saddam. “Semua keputusan diambil oleh Presiden Saddam Hussein. Saya memegang posisi politis,”ujar Aziz. Sementara itu, Vatikan mendesak Pemerintah Irak untuk tidak melaksanakan eksekusi tersebut sehingga akan membantu rekonsiliasi, perdamaian dan keadilan. (AFP/BBC/Aljazeera/andika hm)
MANTAN Deputi Perdana Menteri Irak itu dikenal sebagai loyalis mendiang presiden terguling Saddam Hussein meski dia beragama Nasrani.Setelah menyerahkan diri pada 2003 dan menjalani berbagai macam sidang, Aziz dipandang sebagai korban politik pemerintahan Irak saat ini yang dikuasai oleh politisi Syiah.Saddam adalah presiden dari kalangan Sunni.
Tuduhan motif politik diperkuat pengacara Aziz, Badee Izzat Aref. Dia mengungkapkan, kliennya hanya menjadi korban balas dendam para politisi Syiah yang berkuasa saat ini.Pernyataan Izzat Aref tersebut sebenarnya didukung para politisi Sunni, tapi mereka cenderung diam. Aziz dikenal sebagai menteri di pemerintahan Saddam yang cerdas dan memiliki lidah yang tajam.Hal itulah yang membuat dia memiliki banyak musuh. Ketika Saddam Hussein digulingkan ketika invasi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) pada 2003, Aziz merupakan salah satu pejabat yang dibenci oleh para politisi Irak. Namun, para pengacara AS yang dipimpin Paul Bremer melihat bahwa Aziz terlibat dan kejahatan serius.
Mantan menteri luar negeri era Saddam itu juga terlibat dalam eksekusi puluhan pengusaha di Baghdad. Vonis hukuman gantung itu dijatuhkan selang lima bulan setelah Aziz mendapatkan vonis selama tujuh tahun atas tudingan “pembersihan” etnis Kurdi. Dia dikenal mendukung kebijakan tersebut. Tetapi, tidak ada bukti bahwa secara pribadi dia terlibat dan bersalah atas kebijakan tersebut. Sebagai orang yang masuk lingkaran istana Saddam,Aziz dikenal sebagai para pendukung garda depan Saddam. Dia kerap tampil ke publik dan mampu berkilah mengenai kebijakan Saddam yang sangat buruk. Itulah yang membuat oposisi Irak,seperti warga Amerika dan para pendukungnya sangat membenci Aziz.
Sebagai “pendamping” Saddam, Aziz dikenal sebagai pendukung kuat aksi kekerasan terhadap warga Syiah dan kelompok yang melawan pemerintah. Padahal, sangat sulit untuk membuktikan keterlibatan Aziz dalam kebijakan tersebut. Sementara itu,putra Aziz,Ziad, menyatakan bahwa vonis mati ayahnya itu sebagai “parodi”. Menurutnya, pengadilan Irak seperti melakukan pertunjukan teater dan ayahnya adalah hanya korban. “Tidak seorang pun korban yang menuduh ayah saya melakukan pembunuhan.Tak seorang pun yang mengajukan tuduhan atau membuat klaim terhadapnya,” kata Ziad.
Dalam wawancara dengan The Guardian bulan Agustus lalu, Aziz membantah dirinya melakukan kejahatan terhadap warga sipil. Menurutnya, semua keputusan diambil oleh Saddam. “Semua keputusan diambil oleh Presiden Saddam Hussein. Saya memegang posisi politis,”ujar Aziz. Sementara itu, Vatikan mendesak Pemerintah Irak untuk tidak melaksanakan eksekusi tersebut sehingga akan membantu rekonsiliasi, perdamaian dan keadilan. (AFP/BBC/Aljazeera/andika hm)
Komentar