Hubble Deteksi Galaksi Terjauh

PARIS (SINDO) – Teleskop antariksa milik Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) atau NASA berhasil mendeteksi galaksi terjauh dari alam semesta. Galaksi itu terdeteksi dari titiktitik kecil yang tertangkap teleskop Hubble.

Dari teleskop Hubble, galaksi terjauh yang diberi nama UDFy-38135539 ini tampak seperti titik-titik putih samar. Namun, cahaya yang dipancarkannya bisa mencapai Bumi. Cahayanya bisa sampai ke Bumi diperkirakan karena dipancarkan kosmos. Kumpulan bintangbintang itu berjarak sejauh 13 miliar tahun cahaya dari Bumi. Para astronom menggunakan Very LargeTelescope Yepu di Cile untuk menindaklanjuti hasil pengamatan observasi Hubble demi mendapatkan ukuran detail.

Para astronom menceritakan yang mereka lihat, sebuah galaksi yang 600 juta tahun setelah Big Bang (Ledakan Dahsyat),di dalam jurnal Nature.Dr Matt Lehnert dari Obervatorium Paris yang ikut menulis laporan ini di jurnal Nature mengatakan, dari foto yang diambil Hubble,diperkirakan bahwa ukuran galaksi itu sepertinya tidak begitu besar. Para ilmuwan berusaha menyelidiki penemuan besar tersebut karena mereka ingin mengetahui bagaimana alam semesta ini terbentuk.

Mereka ingin membantu menjelaskan kenapa alam semesta kelihatan seperti sekarang ini. Lebih khusus, para astronom ingin melihat bukti lebih lanjut mengenai populasi pertama bintangbintang. Bintang raksasa panas dan biru yang tumbuh dari gas netral yang dingin kemudian menyebar menjadi alam semesta baru. Bintang raksasa itu akan terbakar tetapi hidup,kemudian menghasilkan elemen-elemen yang berat.

Bintang raksasa tersebut terpanggang oleh gas netral di sekitarnya untuk menghasilkan plasma antargalaksi yang tersebar hingga akhirnya bisa terdeteksi saat ini. Galaksi inilah yang terdeteksi oleh Hubble dan diklasifikasikan dengan nomor UDFy- 38135539.Para astronom menarik perhatian para ilmuwan. Itu diidentikkan pada periode ini yang disebut dengan “masa re-ionisasi”. Sumber cahaya bintang itu berhasil ditangkap oleh Hubble selama 48 jam.

Para astronom sadar bahwa data tersebut harus dilihat menggunakan Very Large Telescope Yepu yang ditempatkan di Gunung Paranal, Gurun Atacama, Cile. Dengan teleskop tersebut, pada ilmuwan berharap galaksi tersebut lebih dapat terlihat wujudnya. “Kami belum banyak tahu tentang galaksi ini.Tapi, tampaknya ukurannya kecil. Jauh lebih kecil dari Galaksi Bima Sakti kita. Jumlah bintang di galaksi tersebut juga tidak sebanyak di galaksi kita.

Dan ini menjadi persoalan.Karena galaksi tersebut kecil maka cahayanya tidak begitu terang,” papar Lehnert. Metode perhitungan usia galaksi itu sendiri masih menjadi bahan perdebatan di kalangan astronom. Namun, Ellis yakin bahwa metode yang dia dan rekanrekannya gunakan untuk menaksir umur galaksi purba itu mendekati akurat. Kalangan yang masih skeptis pun menilai upaya perhitungan galaksi itu merupakan suatu studi yang penting dan tetap menarik.

Para ilmuwan ingin sekali meneliti galaksi ini karena mereka ingin tahu bagaimana alam semesta berevolusi. Informasi tentang evolusi ini berguna untuk menjelaskan bentuk alam semesta dewasa ini. Secara khusus para astronom ingin mendapatkan lebih banyak bukti tentang populasi bintang-bintang pertama di alam semesta. Malcolm Bremer dari Universitas Bristol Inggris yang ikut menulis laporan ini mengatakan, temuan galaksi tertua tersebut sangat penting.

“Galaksi ini adalah bukti pemahaman kita mengenai pembentukan galaksi karena apa yang kita lihat ini adalah bentuk galaksi yang paling awal dan semoga saja juga yang paling sederhana,” kata Bremer. Bremer menambahkan, dengan memahami galaksi ini diharapkan manusia bisa mengetahui proses awal pembentukan galaksi. Dr Nicole Nesvadba dari Institute of Space Astrofisika, Paris, mengatakan,ini adalah penemuan pertama mengenai galaksi pertama yang pernah ada di alam semesta.

Sedangkan menurut Dr Mark Swinbank dari Durham University, cahaya yang dihasilkan galaksi yang sudah tua tentunya tidak bisa menjangkau semesta yang sangat luas karena tertutup kabut hidrogen. “Harus ada galaksi lain yang juga membantunya membuat ruang di sekitar galaksi menjadi transparan,”kata Swinbank. (AFP/Telegraph/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/359048/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford