Pemimpin Palestina Bakal Kompromi

YERUSALEM (SINDO) – Presiden Palestina Mahmud Abbas kemarin menyatakan bahwa dia akan melanjutkan dialog dengan Israel.Pernyataan tersebut menunjukkan sinyal bahwa perundingan Israel- Palestina akan tetap berlangsung.

”Saya katakan bahwa saya tidak akan meninggalkan negosiasi, tetapi itu sangat sulit bagi saya untuk harus ikut perundingan, jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mendeklarasikan akan melanjutkan aktivitas pembangunan di Tepi Barat danYerusalem,”kata Abbas. Abbas mengatakan, hal tersebut pada pertemuan dengan organisasi Yahudi Amerika di New York pada Selasa (21/9) malam waktu setempat.

Pertemuan itu dihadiri oleh 50 pemimpin organisasi Yahudi Amerika yang terdiri atas para mantan diplomat dan pembuat kebijakan. Agenda utama Abbas berada di New York, Amerika Serikat, adalah menghadiri Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Abbas menyarankan Israel untuk memperpanjang penundaan pembangunan selama beberapa bulan ketika kedua pihak bernegosiasi mengenai perbatasan antara kedua negara.

”Pada saat itu, rakyat Israel dapat dengan bebas membangun permukiman di wilayah mereka dan rakyat Palestina pun demikian,”ujarnya. Washington pun menekan Abbas agar tidak keluar dari perundingan tersebut. Benalu dalam perundingan Israel dan Palestina adalah masalah permukiman. Sekitar 300.000 warga Israel tinggal di permukiman yang dibangun di Tepi Barat.

Ditambah lagi sekitar 180.000 orang Israel tinggal di permukiman di Yerusalem timur. Kedua belah pihak mengklaim bahwa tanah tersebut adalah wilayah mereka. Padahal, Palestina menginginkan Tepi Barat sebagai bagian dari teritorial negara Palestina dengan ibu kota Yerusalem. Israel menduduki wilayah tersebut dalam perang Timur Tengah pada tahun 1967 silam. Sementara itu,Netanyahu juga berharap Abbas melanjutkan perundingan dan tidak keluar dari perundingan.

”Perundingan perdamaian telah berlangsung selama 17 tahun,”ujarnya.Dia menambahkan Israel telah memperpanjang pembekuan permukiman selama 10 bulan. Netanyahu pun sepakat untuk menggelar referendum mengenai kesepakatan perdamaian dengan Palestina.”Keputusan perundingan itu dapat diputuskan oleh rakyat dalam satu jalur atau lainnya.Saya sepakat dengan berbagai kemungkinan,” paparnya.

Sebelumnya, Kuartet Timur Tengah (AS, Uni Eropa, PBB dan Rusia) mengatakan, pembekuan yang akan berakhir akhir bulan ini berdampak positif. ”Kuartet mendorong pihak-pihak untuk bekerja sama mencari jalan guna menjamin perundingan berlangsung secara konstruktif,” seperti tertulis dalam pernyataan Kuartet. (Jerusalem Post/ Haaretz/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/352346/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford