PBB Serukan Kompor Modern yang Bersih bagi Warga Miskin
NEW YORK (SINDO) – Membuat orang sehat dan keluar dari kemiskinan ternyata cukup sederhana. Setidaknya inilah yang tersirat dari seruan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang terus berupaya menyelesaikan masalah kemiskinan yang masih melanda sebagian besar negara di dunia.
Kemarin badan dunia itu mengirimkan pesan bagi negara-negara miskin dan menyeru agar rakyat miskin bisa memiliki satu rumah berikut satu dapur.Menurut mereka, dari kebersihan dapur,kesehatan warga miskin bisa terjaga dan untuk mewujudkannya,orang miskin harus memiliki kompor yang bersih. “Jangan hanya membuat rakyat makan kue, tetapi biarkan mereka membuat kue, dan wujudkan dengan kompor yang bersih,” demikian seruan PBB.
Kampanye bersama untuk menghadirkankomporyangmodern di negara-negara miskin menjadi komitmen bersama untuk memberantas kemiskinan.Bahan bakar kompor yang tak bersih pun hanya memberikan ketidaknyamanan. Kompor yang kotor justru merusak kesehatan dan lingkungan keluarga. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengatakan, tiga miliar di seluruh dunia yang memiliki kompor yang tidak layak.
“Makanan yang dikonsumsi di seluruh dunia berbeda-beda, tetapi udara yang mereka hirup sama yakni mengandung racun dari kayu dan bahan bakar,”papar Hillary. Hillary pun mengumumkan rencana dana publik dan swasta untuk mewujudkan 100 juta kompor yang bersih. Dia mengumumkan, “Aliansi Global untuk Kompor yang Bersih”.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap asap memasak yang kotor menjadi salah satu ancaman bagi kesehatan di negara berkembang. Selain kompor, listrik adalah hal krusial bagi negara miskin. Menurut PBB, tidak adanya listrik seperti di negara maju menjadi jaminan untuk ditekan agar Bumi lebih dari masa kegelapan di abad modern. Menurut Badan Energi Internasional (IEA), 20% populasi Bumi atau 1,4 miliar tidak mendapatkan akses listrik.
Sementara 40% populasi dunia masih bergantung dengan kompor kayu atau mengandalkan kotoran hewan untuk memasak.“ Ini sangat memalukan dan tidak dapat diterima,” ungkap IEA dalam laporan yang dikemukakan di kantor pusat PBB dalam rangka konferensi menangkal kemiskinan.
Yoshiteru Uramoto, Deputi Direktur UNIDO, badan PBB yang mendorong industrialisasi di negara- negara miskin, setelah presentasi laporan tersebut menyatakan bahwa pembangunan menjadi hal yang mustahil tanpa akses energi. Dia menggambarkan dampak listrik di desa di Kenya yang dikunjunginya sangat besar.
Dengan listrik, kata Uramoto, masyarakat mampu mendapatkan air bersih,memasang pemanas untuk telur ayam, dan mengubah kehidupan mereka.“Mereka memiliki pasar malam, lampu jalan, keselamatan, keamanan, dan pekerjaan yang lebih baik,” ungkap Uramoto. Berdasarkan data IEA, negara bagian New York dengan 19,5 juta penduduk mengonsumsi listrik seperti 791 juta warga di gurun Sahara, Afrika.
Jika tidak ada langkah revolusioner,diperkirakan 1,2 miliar penduduk Bumi tetap akan hidup tanpa listrik pada 2030. Mereka yang kurang beruntung adalah penduduk di gurun Sahara, Afrika; kemudian India serta negara-negara berkembang di Asia. Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyatakan bakal menggelontorkan dana USD40 miliar untuk menyelamatkan kehidupan ibu dan anak sepanjang lima tahun mendatang.
“Ini untuk pertama kalinya kami mendapatkan kesepakatan untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan anak,”ungkap Robert Orr, penasihat senior Sejken PBB Ban Ki-moon. Kesepakatan itu mendapat dukungan 192 negara anggota PBB. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/352288/
Kemarin badan dunia itu mengirimkan pesan bagi negara-negara miskin dan menyeru agar rakyat miskin bisa memiliki satu rumah berikut satu dapur.Menurut mereka, dari kebersihan dapur,kesehatan warga miskin bisa terjaga dan untuk mewujudkannya,orang miskin harus memiliki kompor yang bersih. “Jangan hanya membuat rakyat makan kue, tetapi biarkan mereka membuat kue, dan wujudkan dengan kompor yang bersih,” demikian seruan PBB.
Kampanye bersama untuk menghadirkankomporyangmodern di negara-negara miskin menjadi komitmen bersama untuk memberantas kemiskinan.Bahan bakar kompor yang tak bersih pun hanya memberikan ketidaknyamanan. Kompor yang kotor justru merusak kesehatan dan lingkungan keluarga. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengatakan, tiga miliar di seluruh dunia yang memiliki kompor yang tidak layak.
“Makanan yang dikonsumsi di seluruh dunia berbeda-beda, tetapi udara yang mereka hirup sama yakni mengandung racun dari kayu dan bahan bakar,”papar Hillary. Hillary pun mengumumkan rencana dana publik dan swasta untuk mewujudkan 100 juta kompor yang bersih. Dia mengumumkan, “Aliansi Global untuk Kompor yang Bersih”.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap asap memasak yang kotor menjadi salah satu ancaman bagi kesehatan di negara berkembang. Selain kompor, listrik adalah hal krusial bagi negara miskin. Menurut PBB, tidak adanya listrik seperti di negara maju menjadi jaminan untuk ditekan agar Bumi lebih dari masa kegelapan di abad modern. Menurut Badan Energi Internasional (IEA), 20% populasi Bumi atau 1,4 miliar tidak mendapatkan akses listrik.
Sementara 40% populasi dunia masih bergantung dengan kompor kayu atau mengandalkan kotoran hewan untuk memasak.“ Ini sangat memalukan dan tidak dapat diterima,” ungkap IEA dalam laporan yang dikemukakan di kantor pusat PBB dalam rangka konferensi menangkal kemiskinan.
Yoshiteru Uramoto, Deputi Direktur UNIDO, badan PBB yang mendorong industrialisasi di negara- negara miskin, setelah presentasi laporan tersebut menyatakan bahwa pembangunan menjadi hal yang mustahil tanpa akses energi. Dia menggambarkan dampak listrik di desa di Kenya yang dikunjunginya sangat besar.
Dengan listrik, kata Uramoto, masyarakat mampu mendapatkan air bersih,memasang pemanas untuk telur ayam, dan mengubah kehidupan mereka.“Mereka memiliki pasar malam, lampu jalan, keselamatan, keamanan, dan pekerjaan yang lebih baik,” ungkap Uramoto. Berdasarkan data IEA, negara bagian New York dengan 19,5 juta penduduk mengonsumsi listrik seperti 791 juta warga di gurun Sahara, Afrika.
Jika tidak ada langkah revolusioner,diperkirakan 1,2 miliar penduduk Bumi tetap akan hidup tanpa listrik pada 2030. Mereka yang kurang beruntung adalah penduduk di gurun Sahara, Afrika; kemudian India serta negara-negara berkembang di Asia. Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyatakan bakal menggelontorkan dana USD40 miliar untuk menyelamatkan kehidupan ibu dan anak sepanjang lima tahun mendatang.
“Ini untuk pertama kalinya kami mendapatkan kesepakatan untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan anak,”ungkap Robert Orr, penasihat senior Sejken PBB Ban Ki-moon. Kesepakatan itu mendapat dukungan 192 negara anggota PBB. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/352288/
Komentar