PBB Ragukan Pemilu Myanmar

NEWYORK(SINDO) – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon kemarin menyatakan bahwa pemilu Myanmar yang bakal digelar sebentar lagi itu tidak kredibel.


Pernyataan tegas Ban diungkapkan di depan kelompok kementerian PBB. Kelompok tersebut terdiri atas menteri-menteri negara tetangga Myanmar seperti India, China, Thailand, Singapura, dan Indonesia serta Inggris dan Amerika Serikat. Kepada kelompok itu Ban menandaskan, meskipun junta pada akhirnya membebaskan pemimpin oposisi yang saat ini menjalani tahanan rumah, Aung San Suu Kyi, pemilu negara itu tetap saja tidak kredibel, jika Suu Kyi tidak dilibatkan dalam pemilu. Menurut Ban, kelompok tersebut telah menegaskan pemilu harus dijalankan dengan lebih transparan dan terbuka.

“Anggota kami menyarankan untuk membebaskan para tahanan politik,termasuk pemenang Nobel, Aung San Suu Kyi, agar pemilu yang lebih berkualitas dan dapat memberikan stabilitas serta kemajuan bagi Myanmar,”kata Ban pada pertemuan “Friends on Myanmar”. Dalam pertemuan tak ada perwakilan Myanmar, tapi Ban telah mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Myanmar U Nyan Win di markas PBB pada Minggu (26/7). ”Saya menyampaikan kehendak dan harapan saya agar pemilu ini dilaksanakan dengan adil, transparan, dan terbuka,” kata Ban sewaktu pertemuan dengan U Nyan Win. Ketika itu Ban juga mengusulkan tentang pembebasan Aung San Suu Kyi yang telah menjadi tahanan rumah selama 14 dari 20 tahun terakhir.

Pemerintah Myanmar telah menahan Aung San Suu Kyi sebagai pemimpin Liga Nasional Demokrasi (NLD) serta sembilan partai oposisi lain yang ikut andil pada pemilu pertama dalam 20 tahun terakhir yang disebut oposisi Myanmar sebagai penuh kepalsuan. Ban berjanji akan mengawasi pemilu dengan kritis dan kelompok kementerian menyarankan Myanmar agar mengambil langkah yang progresif serta lebih tepercaya oleh dunia internasional. Dia juga menambahkan bahwa kelompok menteri dari semua negara yang mengakui Myanmar menekankan keinginan mereka untuk membantu Myanmar dari segi politik, kemanusiaan, serta pembangunan dengan tingkatan yang sejajar.

“Kami juga selalu menyatakan tujuan dan tindakan bersama untuk mendukung Myanmar membentuk upaya demokrasi dan rekonsiliasi nasional lebih maju lagi,”ungkap Ban. Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa telah memberikan sanksi bagi Myanmar,tapi China tetap melindungi Myanmar dari sanksi PBB. Di pihak lain, India, telah bertemu pemimpin junta,Than Shwe, Juli silam. Sekjen PBB itu memang terlihat sangat frustrasi dengan tingkah Myanmar pada beberapa bulan belakangan. Apalagi setelah pemerintah setempat menolak kunjungan kepala stafnya,Vijay Nambiar. ”Kita sedang mencoba untuk kembali mengunjungi Myanmar,kemungkinan tahun ini.

Itu hal yang tidak mungkin. Saya sendiri sangat kecewa dengan fakta-fakta yang ada,”paparnya. Ban pun pernah meminta Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) untuk menempuh sikap keras mengenai pemilu tersebut. Dia telah memperingatkan para pemimpin ASEAN, Jumat (24/9), bahwa jika pemilu tidak terlihat kredibel, itu dapat merefleksikan ASEAN. Ban pun akan kembali menekan ASEAN dan Myanmar pada konferensi di Hanoi, Vietnam, bulan depan.Saat itu Menteri Luar AS Hillary Clinton akan menghadiri konferensi.

Sebenarnya, pemilu mendatang akan menjadi yang pertama di Myanmar sejak Suu Kyi dan NLD menang telak pada 1990. Junta mengabaikan hasil pemilu tersebut dan menjebloskan Suu Kyi dalam tahanan rumah. Pemilu Myanmar mendatang dikritik sebagai jajak pendapat palsu yang dirancang untuk melanggengkan junta militer. Myanmar berada di bawah kontrol militer sejak 1962.Terakhir kali warga Myanmar memiliki kesempatan untuk memberikan suara adalah Mei 2008 untuk referendum konstitusi. Dari Jepang, sedikitnya 18 pengungsi Myanmar yang melarikan diri dari kamp pengungsi Thailand telah tiba di Tokyo kemarin.

Mereka ditampung oleh warga Myanmar yang tinggal di Jepang dengan membawa spanduk: “Selamat Datang di Jepang,” disambung dengan pernyataan lain,“Jepang adalah negara yang menakjubkan. Saya senang datang ke sini.” (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/353683/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford