Moratorium Berakhir
YERUSALEM (SINDO) – Perundingan damai Israel- Palestina berada pada situasi paling genting sejak digelar beberapa pekan silam,seiring berakhirnya moratorium (pembekuan) permukiman Yahudi pada Minggu (26/9) malam.
Presiden Palestina Mahmud Abbas mengancam meninggalkan perundingan, jika konstruksi permukiman Yahudi dimulai lagi setelah moratorium berakhir.Namun,Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu tetap menolak perpanjangan moratorium. Abbas menyatakan hendak bertemu dengan para menteri luar negeri negara-negara Arab pada 4 Oktober mendatang untuk memutuskan sikap terkait perundingan damai. Setelah itu, dia akan bertemu badan pemerintahan gerakan Fatah dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpinnya untuk memutuskan langkah selanjutnya.
“Kami akan mendiskusikan kelanjutan negosiasi di tengah keputusan Israel mengenai pembekuan permukiman, apakah mereka (Israel) negatif atau positif, atau mereka melanjutkan pembekuan atau menghidupkan lagi aktivitas permukiman,” papar Abbas kemarin dalam penerbangan dari New York ke Paris. Sedangkan di Yerusalem, Netanyahu mendorong pemukim Yahudi untuk mengendalikan diri saat moratorium permukiman Yahudi berakhir pada Minggu (26/9). Seruan itu tampaknya bertujuan agar perundingan damai Israel- Palestina terus berjalan.
“Perdana Menteri mengimbau warga di Judea dan Samaria (Tepi Barat) dan partai-partai politik untuk menunjukkan pengendalian dan tanggung jawab hari ini dan di masa depan, sama seperti saat mereka menunjukkan pengendalian dan tanggung jawab selama bulan-bulan pembekuan (moratorium),” papar pernyataan kantor Netanyahu. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengatakan ada peluang 50-50 untuk mencapai kesepakatan setelah moratorium berakhir. Moratorium permukiman Yahudi telah berlangsung 10 bulan dan berakhir Minggu (26/9).
Ehud Barak kembali dari Majelis Umum PBB di New York, tempat dia memimpin tim negosiator Israel. Barak mengatakan, dia kembali ke Israel untuk mencoba meyakinkan para pejabat pemerintah Israel mengenai perlunya mencapai kompromi,tapi dia tidak yakin upayanya akan berhasil. “‘Saya rasa kesempatan untuk mencapai kesepakatan yang diterima bersama mengenai moratorium, 50/50 (peluang untuk kesepakatan tercapai atau tidak tercapai, sama besarnya),”’ kata Barak kepada BBC. “‘Saya rasa peluang meraih perdamaian lebih tinggi.” Barak menambahkan, “Saya berharap kesempatan itu tidak akan terganjal oleh isu moratorium ini dan kami akan bergerak dengan kecepatan penuh perundingan yang substansial dan kesepakatan.”
Sementara itu, dalam pidato Sabtu (25/9) di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York,Amerika Serikat (AS),Abbas mengatakan Israel harus memilih antara perdamaian atau meneruskan pembangunan permukiman. “Palestina bersedia dan siap untuk mencapai perjanjian damai yang komprehensif serta adil dengan Israel,”kata Abbas. Abbas kemarin tiba di Paris untuk melanjutkan misi diplomatik. Dia bertemu para pemimpin Yahudi di Prancis dan menggelar perundingan dengan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy serta PM Francois Fillon.Perundingan itu mendiskusikan perkembangan perundingan perdamaian Timur Tengah.
“Abbas akan mendiskusikan hasil terbaru upaya AS dan dunia internasional menekan Israel agar melanjutkan moratorium permukiman sebagai prasyarat melanjutkan perundingan damai,” ujar juru bicara Abbas,Nabil Abu Rudeina. Saat pertemuan dengan para pemimpin Yahudi di Paris, Abu Rudeina mengatakan, pemimpin Palestina akan mendorong Yahudi Prancis untuk memainkan peranan penting dalam proses perdamaian di Timur Tengah. Memang, masa pembekuan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat selama 10 bulan berakhir Minggu (26/9) tengah malam waktu setempat. Moratorium itu belum pernah diberlakukan terhadap permukiman Yahudi diYerusalem Timur.
Kalangan politisi sayap kanan di Israel menyerukan pembangunan permukiman segera dilanjutkan lagi. Mereka mendukung rencana para pemukim Yahudi untuk melanjutkan pembangunan rumah mereka secepat mungkin. “Pembangunan perlu dimulai lagi. Ada sekitar 2.000 unit perumahan yang sudah disetujui,” kata Menteri Olahraga dan Budaya Israel Limor Livnat,anggota Partai Likud yang dipimpin Netanyahu.
Sedikitnya satu anggota parlemen lain dari Likud yang pro-permukiman Yahudi, Danny Danon, berencana menghadiri peletakan batu pertama untuk menandai permukiman Revava mulai dibangun lagi pada Minggu (26/9). (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/353228/
Presiden Palestina Mahmud Abbas mengancam meninggalkan perundingan, jika konstruksi permukiman Yahudi dimulai lagi setelah moratorium berakhir.Namun,Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu tetap menolak perpanjangan moratorium. Abbas menyatakan hendak bertemu dengan para menteri luar negeri negara-negara Arab pada 4 Oktober mendatang untuk memutuskan sikap terkait perundingan damai. Setelah itu, dia akan bertemu badan pemerintahan gerakan Fatah dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpinnya untuk memutuskan langkah selanjutnya.
“Kami akan mendiskusikan kelanjutan negosiasi di tengah keputusan Israel mengenai pembekuan permukiman, apakah mereka (Israel) negatif atau positif, atau mereka melanjutkan pembekuan atau menghidupkan lagi aktivitas permukiman,” papar Abbas kemarin dalam penerbangan dari New York ke Paris. Sedangkan di Yerusalem, Netanyahu mendorong pemukim Yahudi untuk mengendalikan diri saat moratorium permukiman Yahudi berakhir pada Minggu (26/9). Seruan itu tampaknya bertujuan agar perundingan damai Israel- Palestina terus berjalan.
“Perdana Menteri mengimbau warga di Judea dan Samaria (Tepi Barat) dan partai-partai politik untuk menunjukkan pengendalian dan tanggung jawab hari ini dan di masa depan, sama seperti saat mereka menunjukkan pengendalian dan tanggung jawab selama bulan-bulan pembekuan (moratorium),” papar pernyataan kantor Netanyahu. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengatakan ada peluang 50-50 untuk mencapai kesepakatan setelah moratorium berakhir. Moratorium permukiman Yahudi telah berlangsung 10 bulan dan berakhir Minggu (26/9).
Ehud Barak kembali dari Majelis Umum PBB di New York, tempat dia memimpin tim negosiator Israel. Barak mengatakan, dia kembali ke Israel untuk mencoba meyakinkan para pejabat pemerintah Israel mengenai perlunya mencapai kompromi,tapi dia tidak yakin upayanya akan berhasil. “‘Saya rasa kesempatan untuk mencapai kesepakatan yang diterima bersama mengenai moratorium, 50/50 (peluang untuk kesepakatan tercapai atau tidak tercapai, sama besarnya),”’ kata Barak kepada BBC. “‘Saya rasa peluang meraih perdamaian lebih tinggi.” Barak menambahkan, “Saya berharap kesempatan itu tidak akan terganjal oleh isu moratorium ini dan kami akan bergerak dengan kecepatan penuh perundingan yang substansial dan kesepakatan.”
Sementara itu, dalam pidato Sabtu (25/9) di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York,Amerika Serikat (AS),Abbas mengatakan Israel harus memilih antara perdamaian atau meneruskan pembangunan permukiman. “Palestina bersedia dan siap untuk mencapai perjanjian damai yang komprehensif serta adil dengan Israel,”kata Abbas. Abbas kemarin tiba di Paris untuk melanjutkan misi diplomatik. Dia bertemu para pemimpin Yahudi di Prancis dan menggelar perundingan dengan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy serta PM Francois Fillon.Perundingan itu mendiskusikan perkembangan perundingan perdamaian Timur Tengah.
“Abbas akan mendiskusikan hasil terbaru upaya AS dan dunia internasional menekan Israel agar melanjutkan moratorium permukiman sebagai prasyarat melanjutkan perundingan damai,” ujar juru bicara Abbas,Nabil Abu Rudeina. Saat pertemuan dengan para pemimpin Yahudi di Paris, Abu Rudeina mengatakan, pemimpin Palestina akan mendorong Yahudi Prancis untuk memainkan peranan penting dalam proses perdamaian di Timur Tengah. Memang, masa pembekuan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat selama 10 bulan berakhir Minggu (26/9) tengah malam waktu setempat. Moratorium itu belum pernah diberlakukan terhadap permukiman Yahudi diYerusalem Timur.
Kalangan politisi sayap kanan di Israel menyerukan pembangunan permukiman segera dilanjutkan lagi. Mereka mendukung rencana para pemukim Yahudi untuk melanjutkan pembangunan rumah mereka secepat mungkin. “Pembangunan perlu dimulai lagi. Ada sekitar 2.000 unit perumahan yang sudah disetujui,” kata Menteri Olahraga dan Budaya Israel Limor Livnat,anggota Partai Likud yang dipimpin Netanyahu.
Sedikitnya satu anggota parlemen lain dari Likud yang pro-permukiman Yahudi, Danny Danon, berencana menghadiri peletakan batu pertama untuk menandai permukiman Revava mulai dibangun lagi pada Minggu (26/9). (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/353228/
Komentar