Putin Berburu Paus di Lautan Lepas
MOSKOW(SINDO) – Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin tidak pernah menyia-siakan kesempatan untuk menunjukkan citranya sebagai pria macho.
Mantan presiden itu kembali menunjukkan sisi lakilaki pemberaninya dengan ikut berburu paus untuk kepentingan penelitian.Bersama pengawal dan ahli biologi, Putin mengendarai kapal kecil memburu paus dengan tembakan khusus. Pria berusia 57 tahun itu tampak seperti anggota pasukan khusus dengan pakaian antiair berwarna oranye lengkap dengan topi. Di pundaknya, dia menyandang sebuah crossbow (panah). Putih menembakkan anak panah ke arah paus abu-abu. Dia membidik dan menembak paus itu dengan anak panah khusus.“Tembakan saya meleset tiga kali tapi yang keempat mengenai sasaran,” ujarnya.
Putin tetap melaksanakan aksinya meski gelombang laut begitu besar dan anginnya sangat kencang. Aksi keberanian itu dilakukan di sekitar semenanjung Kamchatka yang dikenal dengan gunung berapi di lautan lepas. Putin memang dikenal sebagai pemimpin yang tidak takut dengan aksi petualangan yang memicu adrenalin. Bagi mantan pemimpin dinas rahasia Uni Soviet KGB itu, aksi mendebarkan itu adalah kegiatan yang menyenangkan. Dia bahkan menganggap,kegiatan itu sebagai agenda untuk mengisi liburan. Ketika ditanya wartawan Rusia, mengapa mau melakukan kegiatan yang sangat ekstrem? “Sebab saya menyukainya.
Saya mencintai alam,walau pada dasarnya, itu sangat berbahaya,”jawabnya. Kegiatan Putin itu ditayangkan di televisi pemerintah. Setelah berhasil mengambil sampel kulit paus,Putin pun kembali ke pantai. Salah seorang pengawalnya, Vladimir Burkanov, mengatakan, aksi itu cukup berbahaya. “Kami melakukan pekerjaan tak biasa. Gelombang sangat tinggi,”katanya Aksi Putin berburu paus tersebut tidak menarik perhatian para ilmuwan lingkungan. Dana Internasional untuk Kesejahteraan Binatang (IFAW) justru mengkritik Putin yang hanya menarik perhatian. Padahal,aksi tersebut tidak memiliki esensi yang nyata dalam perlindungan paus.
“Putin membantu penelitian ilmuwan yang fokus kepada paus abu-abu.Tapi, Rosneft (perusahaan minyak Rusia) justru melanjutkan survei seismik di dekat perairan Sakhalin yang justru mengancam populasi paus,” demikian keterangan IFAW. (AFP/Rtr/ andika hm)
Komentar