Pelegalan Narkoba Menyisakan Bom Waktu


SUDAH banyak negara yang berusaha menerapkan kebijakan melegalkan narkoba berkadar rendah.Tujuannya adalah mengurangi angka kriminalisasi akibat penggunaan narkoba.

Namun,sebenarnya pelegalan itu bakal menjadi bom waktu di kemudian hari. Beberapa waktu lalu,misalnya,ketika mantan Presiden Meksiko Vicente Fox melontarkan ide yang mengejutkan.Fox yang pernah menjadi sekutu penting bagi Amerika Serikat dalam perang melawan kartel narkoba itu mendukung legalisasi narkoba.

Fox mengatakan,berbagai larangan telah gagal mengekang kekerasan dan korupsi yang meningkat di Meksiko.Melalui blog pribadinya,Fox justru mengkritik strategi antinarkoba pemerintah Presiden Felipe Calderon. “Legalisasi tidak berarti bahwa narkoba itu baik,tapi kita harus melihat (legalisasi produksi,penjualan,dan distribusi narkoba) sebagai strategi untuk melemahkan dan menghancurkan sistem ekonomi yang memungkinkan kartel-kartel narkoba memperoleh keuntungan besar,” tulis Fox dalam sebuah artikel yang diunggah di blog pribadinya.

“Strategi larangan yang radikal tidak pernah berhasil,”imbuhnya. Meksiko hanya melegalkan kepemilikan narkoba dalam jumlah kecil seperti ganja,heroin,dan kokain.Peru juga menerapkan hal yang sama. Peru tidak lagi menahan pemilik narkoba tingkat ringan.Sebenarnya, kebijakan tersebut di Amerika Latin ini sangat mirip kebijakan toleran Belanda yang berupaya membedakan narkoba ringan dan keras serta pengguna narkoba dan kejahatan terorganisasi.

Di AS sendiri,gerakan untuk melegalisasi ganja semakin kuat.Gerakan tersebut dipelopori oleh Penegakan Hukum Melawan Pelarangan (LEAP),sebuah organisasi yang beranggotakan mantan petugas polisi, agen narkotik,hakim,dan jaksa.Mereka kini bukan hanya menuntut pelegalan ganja saja,tetapi juga obat terlarang lainnya. Berdasarkan estimasi pemerintah,lebih dari 100 juta warga AS telah mencoba ganja minimal sekali.

Bahkan Presiden Barack Obama, pendahulunya George W Bush,hakim Mahkamah Agung Clarence Thomas,Gubernur California Arnold Schwarzenegger,Wali Kota New York Michael Bloomberg,Senator John Kerry,mantan Ketua DPR Newt Gingrich,dan mantan Wakil Presiden Al Gore disebut pernah mengisapnya. Namun,benarkah pelegalan narkoba tingkat rendah menjadi solusi? Jawabannya tidak.

Buktinya melihat contoh pelegalan ganja di Maastricht dan kota-kota di perbatasan Belanda.Awalnya,kebijakan itu untuk menurunkan angka kriminalitas.Namun seiring berjalannya waktu,pelegalan tersebut justru menjadi bumerang di kemudian hari. Angka kriminalitas justru semakin meningkat tajam di kota tersebut. Awalnya,pelegalan narkoba tingkat rendah itu diperuntukkan bagi warga Belanda.Namun seiring dengan perdagangan bebas,pembeli rokok ganja tersebut justru berasal dari luar Belanda.

Toleransi bagi pengguna narkoba justru menjadi suatu hal yang mengancam bagi penduduk kotakota di Belanda tersebut. Sementara itu,mantan Presiden Royal College of Physicians,Professor Sir Ian Gilmour,mengungkapkan,tingginya angka kriminalitas yang disebabkan konsumsi kokain dan heroin dinilai harus ditindaklanjuti dengan legalisasi dua obat-obatan terlarang itu.

Gilmour menyebutkan legalisasi heroin dan kokain bakal berpengaruh terhadap penurunan angka kriminal dan menurunkan produksi obat-obatan terlarang asal Afghanistan. Menurut Gilmour,bukti menunjukkan regulasi yang dikeluarkan negara tentang pelarangan penggunaan narkoba tidak mengurangi jumlah pengguna narkoba. (andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/347602/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford