PBB Selidiki Pemerkosaan Massal di Kongo


Sekjend Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon telah memerintahkan penyidikan terhadap tragedi pemerkosaan 150 perempuan di Kongo. Ban Ki-Moon mengirim dua pejabat tinggi ke Republik Demokratik Kongo sana untuk membantu investigasi atas tuduhan penyerangan di kawasan timur negara yang bergejolak tersebut. Ban juga mendesak pemerintah Kongo agar menyelidiki serangan.

Menurut juru bicara PBB, Martin Nesirky, dua pejabat itu adalah Atul Khare, asisten sekjen untuk urusan pasukan penjaga perdamaian, untuk segera bertolak ke Republik Demokratik Kongo. Ban juga memerintahkan perwakilan khusus untuk tindak kekerasan seksual dalam konflik, Margot Wallstrom, agar mengendalikan respons PBB atas serangan di Kongo tersebut.

Pemberontak melakukan perkosaan massal laki dalam rentang waktu empat hari sebelum para pemberontak pergi. Padahal, Kawasan itu berada sekitar 16km dari basis pasukan penjaga perdamaian PBB. “Tim HAM PBB mengukuhkan tuduhan perkosaan terhadap paling tidak 154 wanita oleh petempur milisi FDLR Rwanda dan pemberontak Mai-Mai dari Kongo di desa Bunangiri,” kata Nesirky.

Nesiky juga memaparkan bahwa sekjend sangat marah atas pemerkosaan dan penyerangan tersebut. “Ini merupakan contoh buruk kekerasan seksual dan kekerasan yang mewabah di Kongo,” ujarnya.

Sementara itu, Wallstrom pun mengecam pemerkosaan tersebut. “Insiden tersebut merepresentasikan kasus paling ekstrim dan tingkat organisasi serangan,” ungkapnya. Dia juga menyatakan bahwa tragedi tersebut telah meluas dan telah menjadi hal alamiah jika ada serangan pemberontakan maka terjadipula pemerkosaan.

Menurut Will Cragin, seorang pekerja bantuan AS dan seorang dokter Kongo, serangan terjadi dalam rentang empat hari beberapa mil dari sebuah basis PBB. Will Cragin dari Korpps Medis Internasional (IMC), pemberontak menduduki kota kecil Luvungi dan desa-desa di sekitarnya di bagian timur Republik Demokratik Kongo pada hari serangan itu berlangsung pada 30 Juli.

Sebelumnya, Kongo sendiri dikejutkan oleh aksi kekerasan seksual pada April lalu. Seorang pejabat senior PBB menyebutkan Kongor merupakan ibukota pemerkosaan di dunia.

Sebuah laporan dari Insiatif Kemanusiaan Harvard menunjukkan 60% pemerkosaan di provinsi South Kive dilakukan oleh kelompok bersenjata. Laporan tersebut menyebutkan kekerasan seksual itu dilakukan di rumah korban. Laporan PBB menyebutkan 8.000 perempuan diperkosa pada pertempuran 2009.

Kongo sangat berbeda dengan negara tetangganya karena masih terlibat dalam konflik berdarah. Padahal berbagai perjanjian dan kesepakatan damai telah digulirkan. Pemerintahan transisi juga telah disepakati pada 2003.

Dalam lima tahun terakhir, konflik yang terus bergejolak di negara bekas jajahan Belgia tersebut, melibatkan tentara pemerintah yang didukung Zimbabwe, Angola dan Namibia. Sedangkan pemberontak didukung Rwanda dan Uganda. Konflik berdarah selama lima tahun terakhir dilaporkan telah menewaskan jutaan warga, termasuk mereka yang terkena dampak perang hingga mengalami kelaparan dan didera berbagai penyakit. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford