Carter Bakal Berkunjung ke Korut
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Jimmy Carter akan pergi ke Korea Utara (Korut) dalam rangka misi kemanusiaan untuk membebasakan seorang warga yang dipenjara. Carter, 85, akan pergi mewakili pribadi tanpa dukungan pejabat AS untuk membebasakan Aijalon Mahli Gomes.
Hal itu dilaporkan oleh majalah Foreign Policy. “Jimmy Carter dijadwalkan akan berkunjung ke Korea Utara dalam waktu dekat, menurut dua sumber yang dekat dengan rencana mantan presiden itu, dalam apa yang menurut mereka sebagai misi pribadi untuk membebaskan seorang warga AS yang dipenjarakan di sana,” demikian laporan Foreign Policy.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2002 itu berencana akan bertolak dalam beberapa hari ini. AS telah berulangkali mengemukakan keprihatinan mengenai kesehatan Aijalon Mahli Gomes, yang dipenjarakan karena memasuki perbatasan negara itu dengan China secara ilegal.
Gomes, 30, mantan pengajar bahasa Inggris di Korsel dan dilaporkan sebagai penganut Kristen yang taat, ditahan pada Januari. Dia dipenjarakan pada April dan didenda setara USD700.000. Media-media Korut melaporkan Gomes berusaha untuk melakukan bunuh diri dan kemudian dirawat di rumah sakit. “Gomes dipacu oleh perasaan bersalah, kekecewaan dan putus asa pada pemerintah AS yang belum mengambil tindakan apa pun untuk kebebasannya,” demikian laporan kantor berita Korut, KCNA.
Foreign Policy melaporkan, Carterakan berkunjung sebagai warga biasa. Misi Charter sama seperti misi mantan presiden Bill Clinton pada tahun lalu, ketika dia menjamin pembebasan wartawan Current TV, Laura King dan Euna Lee, yang juga dipenjarakan setelah menyeberangi perbatasan Korut dengan China secara ilegal. Diperkirakan, Carter akan mengajak isteri dan putrinya.
Ditanya mengenai potensi kunjungan Carter ke Korut, juru bicara kementerian luar negeri AS Philip Crowley mengatakan: “Saya tidak bisa menjawab pertanyaan anda.”
Sebelumnya, Carter membuat kunjungan yang tak pernah terjadi sebelumnya ke Pyongyang pada 1994. Ketika itu, AS dalam kondisi hampir perang dengan Korut berkaitan dengan program nuklirnya. Namun Charter mampu meredam krisis tersebut melalui perundingan-perundingan dengan pemimpin Korea Utara Kim Il-Sung.
Pada Maret tahun ini, dalam kunjungan ke Seoul, mantan presiden itu meminta Korea Selatan (Korsel) dan AS untuk melakukan perundingan langsung dengan Pyongyang. Carter menegaskan kegagalan merundingkan perlucutan senjata nuklir mungkin bisa berakibat bencana perang.
“Tak satupun bisa memperkirakan jawaban akhir dari Pyongyang, namun tidak ada salahnya melakukan berbagai upaya, termasuk perundingan langsung,” katanya ketika menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Korea di Seoul. “Inisiatif itu harus dari Amerika dan Korea Selatan,” imbuhnya.
Carter adalah legenda partai Demokrat AS. Dia merupakan mantan petani kacang yang menjadi presiden AS pada 1977-1981. Sebelumnya, dia terpilih menjadi gubernur negara bagian Georgia pada 1971-1975. Dia merintis karir diplomasinya dan dikenal sebagai negarawan sepuh yang bersuara vokal mengenai masalah perundingan perdamaian Irseal-Palestina, kemanusiaan di Zimbabwe dan situasi di Darfur. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
Komentar