72 Mayat Ditemukan di Peternakan
MEXICO CITY(SINDO) – Pasukan Meksiko kemarin menemukan 72 jenazah termasuk 14 perempuan. Semua jenazah itu diduga tewas dalam kasus terkait perang narkoba.
Mayat-mayat itu ditemukan polisi setelah terjadi baku tembak antara pasukan keamanan dan para anggota kartel narkoba di dekat Kota San Fernando, di negara bagian Tamulipas, yang berbatasan dengan negara bagian Texas,Amerika Serikat (AS). Menurut Angkatan Laut Meksiko, dalam bentrokan tersebut menewaskan satu prajurit dan tiga anggota kartel. “Tubuh-tubuh tak bernyawa,sekitar 72 orang,ditemukan di peternakandidekatkotaSanFernando, di Negara Bagian Tamaulipas yang berbatasan dengan negara bagian Texas, AS,” demikian keterangan resmi Angkatan Laut Meksiko.
Penemuan ini merupakan kuburan massal terbesar sejak perang terhadap kartel narkoba digaungkan oleh Presiden Felipe Calderon. “Pemerintah federal mengutuk tindakan babar tersebut yang dilakukan organisasi kriminal,” demikian keterangan Angkatan Laut Meksiko. “Masyarakat secara keseluruhan seharusnya mengecam tindakan bejat seperti ini.Diperlukan juga langkah lebih lanjut untuk memerangi kejahatan dan segala bentuk kekerasan,”paparnya. Insiden tersebut berawal ketika seorang pria dengan luka tembak mendatangi pos pemeriksaan militer.Pria itu menyatakan bahwa dia diserang di peternakan oleh para penyelundup narkoba.
Dalam hitungan jam,militer pun melancarkan serangan ke peternakan. Helikopter pun ikut diterjunkan dalam operasi tersebut. Beberapa pria kelompok kartel yang selamat dari serangan militer mencoba melarikan diri.Militer pun berhasil menyita 21 senjata api,dan 6.600 amunisi.Empat truk termasuk satu truk berlogo departemen pertahanan juga ikut disita. Penemuan kuburan massal korban peperangan narkoba antar kartel itu memicu keprihatinan di Meksiko. Selama empat tahun terakhir saat perang melawan kartel narkoba dikobarkan pemerintah Meksiko,telah menewaskan 28.000 orang kehilangan nyawanya sejak tahun 2006. Selain itu, polisi kerap ditemukan lokasi kuburan-kuburan massal yang terkait perang antar kartel obat bius yang berseteru.
Tamaulipas merupakan salah satu negara bagian yang paling parah dalam perang narkoba. Pembunuhan merupakan insiden yang kerap terjadi di wilayah tersebut.Tamaulipas merupakan pusat dari perang antarkartel Zetas yang dibentuk oleh para mantan anggota militer Meksiko dan kartel Gulf. Penemuan kuburan massal ini bukan pertama kali di Tamaulipas. Kurang dari dua bulan lalu,seorang kandidat yang sepertinya bakal memenangkan pemilu gubernur dengan janjinya memberantas narkoba dalam kampanye, ditembak mati beberapa hari sebelum pemilu. Pelakunya belum ditahan. Namun, polisi menduga kematiannya terkait kartel-kartel yang menguasai wilayah tersebut.
Pada 7 Juni lalu,polisi menemukan 55 mayat di sebuah tambang yang terbengkalai di dekat Taxco, negara bagian Guerrerro. Sedangkan pada 23 Juli lalu, 51 jenazah ditemukan di wilayah penduduk di Monterrey, ibu kota negara bagian Nuevo Leon. Sementara itu,kartel Zetas memerintahkan pembunuhan terhadap seorang wali kota di Meksiko utara karena mendisiplinkan petugas polisi yang bekerja sama dengan mereka.Jaksa Agung Negara bagian Nuevo Leon, Alejandro Garza y Garza mengatakan beberapa dari tujuh petugas polisi yang membunuh wali kota Santiago Edermiro Cavazos bekerja sama dengan Zetas.
Garza y Garza mengatakan Cavazos kerap memotong gaji petugas polisi yang dinilai bekerja sama dengan mafia. Kemudian, para polisi itu diperintahkan pemimpin Zetas untuk membunuh Cavaros.Dia mengatakan,Cavazos yang diculik pekan lalu dari rumahnya dan ditemukan tertembak setelah tiga hari penculikannya. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) dan Organisasi Negara Amerika (OAS) menyatakan Meksiko adalah negara paling berbahaya di daratan Amerika untuk jurnalis.Diperparah dengan kekerasan terhadap jurnalis terus meningkat.
Penyelidik PBB Frank La Rue dan Catalina Botero dari OAS mengatakan kejahatan terorganisasi telah menjadi ancaman terbesar bagi jurnalis Meksiko dan banyak dari mereka yang harus melakukan sensor diri dalam menulis berita demi keselamatan nyawanya. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Meksiko melaporkan sejak tahun 2000, tercatat lebih dari 60 jurnalis tewas di Meksiko. Jumlah itu belum termasuk ratusan wartawan yang diancam oleh kartel obat bius yang berkuasa. (AFP/BBC/CNN/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/347064/
Komentar