Wali Kota Duisburg Dituntut Mundur
DUISBURG (SI) – Wali Kota Duisburg Adolf Sauerland kemarin diminta mundur menyusul tragedi Love Parade yang menewaskan 19 orang.Pemerintah Jerman dilaporkan telah memperingatkan kota industri di kawasan barat Jerman itu agar tidak menyelenggarakan festival musik techno itu.
Namun,Wali Kota Sauerland memaksakan diri dengan keterbatasan pengaturan keamanan dan berujung pada tragedi. Sauerland merasa tak bertanggung jawab, dia menolak mengundurkan diri. Dia justru mengimbau masyarakat untuk menunggu hasil pengusutan polisi sebelum menyalahkan. “Kemarin dan hari ini adalah pertanyaan siapa yang bertanggung jawab yang selalu ditanyakan, termasuk mengenai saya.Saya akan menjawab pertanyaan itu sendiri,” ujarnya kepada stasiun radio WDR2. Sauerland membela diri bahwa dia telah merencanakankeamanan yang solid dalam Love Parade tersebut.Kemarahan warga Jerman semakin memuncak ketika melempar Sauerland dengan sampah.
Polisi dan panitia sudah mulai menginvestigasi event tersebut, yang seharusnya mempromosikan perdamaian,berakhir dengan bencana. Dalam editorial yang ditulis harian lokal Neue Rhein Zeitung (NRZ), meski penyidik telah melaksanakan investigasi mereka, ujar pejabat Kota Duisburg yang sebagai pihak yang bertanggung jawab. “Meski para pejabat berusaha membela diri dengan rencana keamanan mereka, tetapi tragedi itu telah menyebabkan banyak orang sekarat,”tulis NRZ. Sementara itu,300 korban luka akibat kecelakaan di terowongan di Love Parade di Duisburg Sabtu (24/7) lalu, masih belum teridentifikasi. Oleh karena itu,pihak berwajib belum bisa memberi tahu keluarga para korban.
Dilaporkan radio media elektronik Jerman kemarin saluran telepon yang khusus dibentuk, hampir tidak berjalan efektif dan efisien. Dari sekitar 570.000 telepon yang masuk, hanya beberapa saja yang dilayani. Polisi menyatakan 11 perempuan dan delapan laki-laki dinyatakan tewas terinjak-injak di terowongan sepanjang 100 meter yang dijadikan pintu masuk.Para korban tewas berusia 20–40 tahun dan termasuk tujuh warga asing yang berasal dari Australia, Italia, Belanda, China,Bosnia,dan Spanyol. Menurut para saksi,kepanikan menyebar setelah polisi berusaha menyuruh massa mundur. Massa itu, bertabrakan dengan arus ribuan orang yang menuju ke festival melalui sebuah terowongan.
Sejumlah orang berusaha menghindar dengan memanjat tembok,tapi banyak yang terinjak-injak oleh massa yang berdesakan untuk keluar dari terowongan untuk menyelamatkan diri. Menariknya, trauma atas tragedi berdarah itu, panitia memutuskan festival tahunan ini tidak akan pernah diadakan lagi. Dalam terowongan yang menjadi saksi kematian 19 orang itu, lilin dan bunga sebagai ungkapan duka. “Love Parade tidak akan pernah terselenggara lagi di sini,” demikian salah satu pesan dalam spanduk di terowongan itu.
Padahal Love Parade telah berlangsung sejak tahun 1989 silam.Setiap tahun dihadiri oleh jutaan pencinta musik techno dari seluruh penjuru Eropa. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/340379/
Namun,Wali Kota Sauerland memaksakan diri dengan keterbatasan pengaturan keamanan dan berujung pada tragedi. Sauerland merasa tak bertanggung jawab, dia menolak mengundurkan diri. Dia justru mengimbau masyarakat untuk menunggu hasil pengusutan polisi sebelum menyalahkan. “Kemarin dan hari ini adalah pertanyaan siapa yang bertanggung jawab yang selalu ditanyakan, termasuk mengenai saya.Saya akan menjawab pertanyaan itu sendiri,” ujarnya kepada stasiun radio WDR2. Sauerland membela diri bahwa dia telah merencanakankeamanan yang solid dalam Love Parade tersebut.Kemarahan warga Jerman semakin memuncak ketika melempar Sauerland dengan sampah.
Polisi dan panitia sudah mulai menginvestigasi event tersebut, yang seharusnya mempromosikan perdamaian,berakhir dengan bencana. Dalam editorial yang ditulis harian lokal Neue Rhein Zeitung (NRZ), meski penyidik telah melaksanakan investigasi mereka, ujar pejabat Kota Duisburg yang sebagai pihak yang bertanggung jawab. “Meski para pejabat berusaha membela diri dengan rencana keamanan mereka, tetapi tragedi itu telah menyebabkan banyak orang sekarat,”tulis NRZ. Sementara itu,300 korban luka akibat kecelakaan di terowongan di Love Parade di Duisburg Sabtu (24/7) lalu, masih belum teridentifikasi. Oleh karena itu,pihak berwajib belum bisa memberi tahu keluarga para korban.
Dilaporkan radio media elektronik Jerman kemarin saluran telepon yang khusus dibentuk, hampir tidak berjalan efektif dan efisien. Dari sekitar 570.000 telepon yang masuk, hanya beberapa saja yang dilayani. Polisi menyatakan 11 perempuan dan delapan laki-laki dinyatakan tewas terinjak-injak di terowongan sepanjang 100 meter yang dijadikan pintu masuk.Para korban tewas berusia 20–40 tahun dan termasuk tujuh warga asing yang berasal dari Australia, Italia, Belanda, China,Bosnia,dan Spanyol. Menurut para saksi,kepanikan menyebar setelah polisi berusaha menyuruh massa mundur. Massa itu, bertabrakan dengan arus ribuan orang yang menuju ke festival melalui sebuah terowongan.
Sejumlah orang berusaha menghindar dengan memanjat tembok,tapi banyak yang terinjak-injak oleh massa yang berdesakan untuk keluar dari terowongan untuk menyelamatkan diri. Menariknya, trauma atas tragedi berdarah itu, panitia memutuskan festival tahunan ini tidak akan pernah diadakan lagi. Dalam terowongan yang menjadi saksi kematian 19 orang itu, lilin dan bunga sebagai ungkapan duka. “Love Parade tidak akan pernah terselenggara lagi di sini,” demikian salah satu pesan dalam spanduk di terowongan itu.
Padahal Love Parade telah berlangsung sejak tahun 1989 silam.Setiap tahun dihadiri oleh jutaan pencinta musik techno dari seluruh penjuru Eropa. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/340379/
Komentar