Korut Gelar Perundingan dengan PBB

Militer Korea Utara (Korut) kemarin menjadwalkan perundingan dengan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dipimpin Amerika Serikat (AS) pada Kamis (hari ini). Jika berhasil, maka itu bakal menjadi perundingan pertama mengenai ketegangan insiden Cheonan milik Korea Selatan (Korsel).

Sebelumnya perundingan dijadwalkan pada Selasa (13/7) tetap Pyongyang menunda dengan alasan administratif. Dalam pernyataan resmi Komando PBB, untuk perundingan hari ini bakal digelar 10:00 waktu setempat di desa dekat perbatasan Panmunjom. Perundingan itu dilaksanakan antar kolonel sebagai bentuk persiapan untuk pertemuan tingkat jenderal.

Korut sebelum menolak untuk menggelar diskusi dengan komando yang dipimpin AS. Pyongyang hanya ingin berunding dengan Korsel. Tetapi, Korsel berubah sikap pada Jumat (9/7) lalu. Namun pada perkembangannya Dewan Keamanan PBB mengutuk serangan torpedo yang dilakukan Korut terhadap kapal Cheonan.

Harian milik partai berkuasa Korut Rodong Sinmun menyatakan langkah PBB itu sebagai bentuk kegagalan diplomasi konspirasi yang tercela yang dilakukan AS, Korsel, dan Jepang. Diplomasi itu, menurut Rodong Sinmun, bertujuan memicu perang di semenanjung Korea. “Diplomasi ribut itu bertujuan untuk menyudutkan Korut itu akan berakhir dengan kegagalan, membuat kemaluan dan aib semata,” tulis harian itu.

Menyusul pernyataan PBB, Korut kembali meluncurkan wacana akan kembali ke meja perundingan penghapusan senjata nuklir. Tetapi, Pyongyang juga menganca akan membalas serangan jika Korsel dan AS mendemonstrasikan kekuatannya dan sanksi-sanksi.

Sementara baik Seoul dan Pyongyang juga merecanakan sebuah latihan kapal perang untuk unjuk kekuatan menyusul serangan kapal Cheonan. Namun, mereka masih memutuskan dimana akan menggelar latihan tersebut, yang semula direncanakan di Laut Kuning. Tetapi, Beijing memprotes latihan tersebut karena terlalu dekat dengan wilayahnya. Sebelumnya juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel Won Tae-jae mengisyaratkan bahwa sebagian latihan militer itu akan dipindahkan dari Laut Kuning menuju Laut Jepang (Laut Timur).

Analis menyatakan Korut mungkin menjadi lebih lebih menyuarakan perang sebagai bentuk persiapan peralihan kekuasaan dari pemimpin Kim Jong-il ke putra termudanya Jong-un. David Kang, profesor di Universitas Southern California, mengatakan kepemimpinan baru akan menjadi Korut lebih menyuarakan perang dibandingkan bernegoisasi dengan pihak luar.

“Ini disebabkan karena diktator muda yang ingin membuktikan bahwa kekuatan militernya dan rezim dimana dia berkuasa cukup kuat untuk memimpin negara itu,” papar Kang dalam sebuah seminar di Seoul. “Kesempatan untuk sukses berjalan mulus mungkin tidak berjalan baik. Pasalnya, Jong-un tidak seperti ayahnya. Dia tidak memiliki waktu untuk membangun dukungan dan legitimasi,” paparnya.

Sedangkan Brendan Howe dari Ewha Womans University di Seoul mengatakan sikap Korut yang ingin menunjukkan sikap permusuhan bisa jadi sebuah “layar asap” untuk mengalihkan perhatian dari permasalahan sukses dalam negeri. “Dalam kata lain, langkah Pyongyang yang agresif dan pernyataannya tidak berdasarkan kapabilitas baru tetapi lebih menujukkan kelemahan karena krisis internal,” paparnya. (AFP/Rtr/Yonhap/andika hm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford