Korut Deklarasikan Perang Nuklir

SEOUL (SI) – Korea Utara (Korut) kemarin menyatakan akan memulai ”perang suci”terhadap Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel).Pyongyang menegaskan perang itu akan digelar dengan mengarahkan senjata nuklir.

Deklarasi itu dianggap Korut sebagai bentuk balasan terhadap latihan militer yang mulai digelar hari ini oleh Korsel dan AS. Sebelumnya, Pyongyang menyatakan akan memberikan respons fisik atas rencana latihan militer gabungan Seoul-Washington yang disebut bertujuan untuk mencegah serangan ”musuh” di masa depan. ”Militer dan rakyat Korut akan memulai sebuah perang suci pembalasan dengan senjata nuklir kapan pun untuk menyerang imperialis AS dan boneka Korsel yang sengaja menjerumuskan situasi ke arah peperangan,” demikian keterangan resmi Komisi Pertahanan Nasional Korut.

”Kami akan memperkuat senjata nuklir sebagai bentuk antisipasi dan siap membalas serangan dengan kuat dan cepat,”ungkapnya. Komisi tersebut juga menyatakan bahwa rencana latihan militer gabungan Korsel-AS itu merupakan sebuah tindakan sembrono yang hanya membangunkan harimau yang sedang tidur. ”Semua manuver perang ini tidak berarti sama sekali, tetapi provokasi palsu bertujuan untuk melumpuhkan Korut dengan kekuatan senjata bagi semua keinginan dan tujuan-tujuan mereka,” ujar komisi itu seperti dikutip dari kantor berita KCNA. Pyongyang berulang kali menyerukan kemarahan di masa lalu ketika Korsel dan sekutunya menggelar latihan militer.

Tetapi para pejabat AS menyatakan provokasiprovokasi yang dilakukan Korut merupakan hal yang memungkinkan karena Pyongyang sedang mencoba membangun momentum politik dalam rangka suksesi kekuasaan kepada putra bungsu pemimpin Korut Kim Jong-il, yakni Kim Jong-un. Latihan perang berskala besar antara AS dan Korsel dimulai hari Minggu (hari ini). Latihan itu melibatkan kapal induk USS George Washington, 20 kapal perang dan kapal selam, 100 pesawat dan 8.000 personel. Bahkan, sebuah pesawat bertenaga nuklir ikut ambil bagian.Kemudian,latihan militer tambahan juga bakal dilaksanakan pada Agustus.

Ketegangan Korut dan Korsel semakin memuncak sejak kapal perang Korea Selatan tenggelam bulan Maret Lalu.Penyelidikan internasional mengatakan kapal itu tenggelam akibat torpedo Korea Utara, tuduhan yang dibantah keras Pyongyang. Meski ancaman tersebut seperti biasa dianggap sebagai perbedaan pendapat secara diplomatik, peningkatan ketegangan ini akan membuat sejumlah negara di wilayah khawatir. Sebagai tanggapan, Gedung Putih mengatakan tidak tertarik terlibat dalam ”perang kata-kata” dengan Korut. Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, PJ Crowley mengatakan pihaknya menginginkan ”langkah yang lebih konstruktif dan sedikit pernyataan provokatif”dari Pyongyang.

Dalam pertemuan forum keamanan Asia Tenggara (ARF),Korut mengancam akan memberi tanggapan fisik terhadap latihan militer ini. Juru bicara delegasi Korut di forum ASEAN mengatakan latihan itu merupakan contoh ”diplomasi kapal perang” abad ke-19. ”Ini adalah ancaman terhadap Semenanjung Korea dan wilayah Asia secara keseluruhan,” tandas juru bicara delegasi Korut di Forum Regional ASEAN (ARF) Ri Tong-il di Hanoi,Vietnam, pada Jumat (23/7) lalu. ”Ini adalah abad baru dan negara-negara di Asia ingin berdamai dan berkembang dan DPRK juga bergerak ke arah yang sama.”

Sementara itu, China mengkritik rencana latihan perang itu dan memperingatkan agar tidak ada aksi yang bisa ”menambah ketegangan regional”. Namun. Jepang mengirim empat pengamat militer yang merupakan satu isyarat negara itu mendukung latihan itu. Mengenai perundingan nuklir, Korut kemarin juga menyerukan dilaksanakan perundingan enam negara yang macet sejak akhir tahun 2008. Perundingan enam negara itu terdiri dari Korut,Korsel, China, AS, Jepang, Rusia, dan China.Korut kemarin juga menyatakan sedang menyiapkan perundingan dengan kekuatan regional dan akan mengambil langkah tegas terhadap sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada negaranya.

”Jika AS mengacungkan pedang kepada kita, kita akan mengacungkan pedang kepada mereka, ini adalah sikap bagaimana kita menetralkan. Kita siap untuk berundingan dan siap untuk berperang. Kita tidak berada pada salah satu pihak yang terkejut dengan ancaman militer atau pun sanksi,” kata juru bicara kementerian luar negeri Korut seperti dikutip dari KCNA. Namun,AS dan Korsel menolak seruan tersebut dengan menyatakan bahwa Pyongyang harus membuktikan niat baiknya dengan mengucapkan permintaan maaf atas tenggelamnya kapal Cheonan. Menyusul perundingan di Seoul pada Rabu (22/07),AS mengumumkan penerapan sanksi baru bagi Korut yang meliputi larangan profilerasi nuklir dan impor barang mewah.

Sebelum Korut melancarkan ancaman tersebut, pada Rabu (21/7), Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengumumkan sanksi baru Paman Sam terhadap Pyongyang. Pengumuman itu dibuat ketika Hillary sedang melawat ke Seoul.Korut secara tegas mengecam sanksi baru tersebut. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/340036/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford