Intelijen AS Terancam Pecah
LASVEGAS (SI) – Bocornya data militer perang Afghanistan milik Amerika Serikat (AS) terus berbuntut panjang.Akibat kebocoran itu,badan intelijen AS diambang perpecahan.
Mantan kepala Badan Intelijen Pusat (CIA) Michael Hayden memperingatkan kebocoran data-data militer itu yang dilakukan Wiki- Leaks dapat menyabotase kampanye perang terhadap terorisme setelah insiden 11 September untuk menghancurkan tembok-tembok persaingan antara badan-badan intelijen AS. “Kebocoran data ini merusak di berbagai tingkat,” ujar pensiunan jenderal Angkatan Udara itu.Hayden mengungkapkan, kebocoran data itu justru memperkuat malaikat kegelapan. Para pemimpin di komunitas intelijen, kata dia, harus bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini dan bekerja keras untuk mencari sebuah jawaban.
“Pada tahun-tahun setelah serangan 11 September,apapun yang terjadi meskipun salah, saya menyalahkan kedua pihak mengenai kegagalan untuk menyebar (informasi),” ungkap Hayden. “Kita mengatakan kepada para senator ‘Ya, kita akan menyebarkan’. Tetapi, di belakang pikiran sadar Anda berkata bahwa ini sangat berbahaya, jika disebarkan. Dan itu hanya dipajang saja,”katanya. Memang WikiLeaks tidak menyebutkan sumber pembocor dokumen rahasia itu.Namun,Pentagon telah memiliki nama si pembocor itu. Dugaan kuat mengarah kepada analis intelijen AS Bradley Manning yang saat ini ditahan di penjara militer di Kuwait.
Pentagon sebelumnya menyebutkan bahwa Manning mungkin mengirimkan video penting dan 260.000 data ke WikiLeaks. Menurut Hayden,Manning merupakan prajurit tingkat rendah dan,jika dia mampu mengirimkan informasi justru akan memperkuat risiko dalam pembagian informasi intelijen.Dia menyarankan badanbadan intelijen untuk bekerja sama dengan para pakar teknologi untuk menemukan menerima mempersulit dalam akses pembocoran data militer. Para analis pun menyebutkan kebocoran data itu menjadi tantangan penting Pentagon di era digital saat ini. Pasalnya, ribuan data hanya dapat diekspos hanya dengan satu klik semata.
Adanya data teknis dalam program komputer yang secara otomatis mati, jika ada pengunduhan dalam jumlah besar sangat diperlukan. Sementara itu, pendiri Wiki- Leaks Julian Assange membela keputusannya untuk memublikasikan puluhan ribu dokumen rahasia itu. Pernyataan itu sebagai sanggahan bahwa AS langkah Wiki- Leaks tersebut dapat membahayakan operasi pasukan AS di Afghanistan. Assange balik mengkritik Gedung Putih karena gagal merespons permintaannya untuk memberikan bantuan sebelum merilis dokumen tersebut. Hal itu dimaksudkan untuk meminimalisasi risiko terkuaknya informan-informan yang ada di perang Afghanistan. “Kami sadar pentingnya melindungi sumber.
AS sepertinya telah memberikan akses sumber rahasia kepada pasukan PBB serta pasukan lain, tanpa ada perlindungan jelas,”katanya. WikiLeaks masih memiliki 15.000 data militer yang masih diedit untuk menyembunyikan informan-informan.Nantinya,data tersebut bakal dibocorkan ke publik setelah 90.000 dokumen yang dapat diakses di situs WikiLeaks tersebut. “Tidak ada seorang pun terluka, tetapi jika ada seorang sengaja datang untuk menyakiti kami, tentunya akan menjadi sebuah penyesalan yang amat dalam,” kata Assange. “Jika kami nantinya terpaksa merilis sebagian dokumen rahasia tersebut, tetap akan menjadi bagian penting dari sejarah perang di dunia. Dan bila kami (WikiLeaks) dianggap bersalah, kami akan meninjau kembali prosedur dan reaksi kami,” tandas Assange.
Assange memaparkan pengungkapan data militer itu sangat penting bagi masyarakat.Menurut dia, informasi-informasi tersebut masuk ranah publik. Dia pun berani mengambil langkah ini meski menimbulkan kemarahan dari pihak AS. Dalam dokumen yang dirilis WikiLeaks tersebut menyebutkan puluhan nama warga Afghanistan yang memberikan informasi intelijen terhadap pasukan AS. Menurut Juru Bicara Pentagon Kolonel David Lapan,siapa pun orang yang disebut dalam dokumen tersebut terancam jiwanya.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai pun mengutuk pembocoran data militer itu karena membahayakan para informan. “Kehidupan pihak-pihak yang memberikan informasi kepada pasukan NATO dalam kondisi bahaya,” ujarnya. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/341169/
Mantan kepala Badan Intelijen Pusat (CIA) Michael Hayden memperingatkan kebocoran data-data militer itu yang dilakukan Wiki- Leaks dapat menyabotase kampanye perang terhadap terorisme setelah insiden 11 September untuk menghancurkan tembok-tembok persaingan antara badan-badan intelijen AS. “Kebocoran data ini merusak di berbagai tingkat,” ujar pensiunan jenderal Angkatan Udara itu.Hayden mengungkapkan, kebocoran data itu justru memperkuat malaikat kegelapan. Para pemimpin di komunitas intelijen, kata dia, harus bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini dan bekerja keras untuk mencari sebuah jawaban.
“Pada tahun-tahun setelah serangan 11 September,apapun yang terjadi meskipun salah, saya menyalahkan kedua pihak mengenai kegagalan untuk menyebar (informasi),” ungkap Hayden. “Kita mengatakan kepada para senator ‘Ya, kita akan menyebarkan’. Tetapi, di belakang pikiran sadar Anda berkata bahwa ini sangat berbahaya, jika disebarkan. Dan itu hanya dipajang saja,”katanya. Memang WikiLeaks tidak menyebutkan sumber pembocor dokumen rahasia itu.Namun,Pentagon telah memiliki nama si pembocor itu. Dugaan kuat mengarah kepada analis intelijen AS Bradley Manning yang saat ini ditahan di penjara militer di Kuwait.
Pentagon sebelumnya menyebutkan bahwa Manning mungkin mengirimkan video penting dan 260.000 data ke WikiLeaks. Menurut Hayden,Manning merupakan prajurit tingkat rendah dan,jika dia mampu mengirimkan informasi justru akan memperkuat risiko dalam pembagian informasi intelijen.Dia menyarankan badanbadan intelijen untuk bekerja sama dengan para pakar teknologi untuk menemukan menerima mempersulit dalam akses pembocoran data militer. Para analis pun menyebutkan kebocoran data itu menjadi tantangan penting Pentagon di era digital saat ini. Pasalnya, ribuan data hanya dapat diekspos hanya dengan satu klik semata.
Adanya data teknis dalam program komputer yang secara otomatis mati, jika ada pengunduhan dalam jumlah besar sangat diperlukan. Sementara itu, pendiri Wiki- Leaks Julian Assange membela keputusannya untuk memublikasikan puluhan ribu dokumen rahasia itu. Pernyataan itu sebagai sanggahan bahwa AS langkah Wiki- Leaks tersebut dapat membahayakan operasi pasukan AS di Afghanistan. Assange balik mengkritik Gedung Putih karena gagal merespons permintaannya untuk memberikan bantuan sebelum merilis dokumen tersebut. Hal itu dimaksudkan untuk meminimalisasi risiko terkuaknya informan-informan yang ada di perang Afghanistan. “Kami sadar pentingnya melindungi sumber.
AS sepertinya telah memberikan akses sumber rahasia kepada pasukan PBB serta pasukan lain, tanpa ada perlindungan jelas,”katanya. WikiLeaks masih memiliki 15.000 data militer yang masih diedit untuk menyembunyikan informan-informan.Nantinya,data tersebut bakal dibocorkan ke publik setelah 90.000 dokumen yang dapat diakses di situs WikiLeaks tersebut. “Tidak ada seorang pun terluka, tetapi jika ada seorang sengaja datang untuk menyakiti kami, tentunya akan menjadi sebuah penyesalan yang amat dalam,” kata Assange. “Jika kami nantinya terpaksa merilis sebagian dokumen rahasia tersebut, tetap akan menjadi bagian penting dari sejarah perang di dunia. Dan bila kami (WikiLeaks) dianggap bersalah, kami akan meninjau kembali prosedur dan reaksi kami,” tandas Assange.
Assange memaparkan pengungkapan data militer itu sangat penting bagi masyarakat.Menurut dia, informasi-informasi tersebut masuk ranah publik. Dia pun berani mengambil langkah ini meski menimbulkan kemarahan dari pihak AS. Dalam dokumen yang dirilis WikiLeaks tersebut menyebutkan puluhan nama warga Afghanistan yang memberikan informasi intelijen terhadap pasukan AS. Menurut Juru Bicara Pentagon Kolonel David Lapan,siapa pun orang yang disebut dalam dokumen tersebut terancam jiwanya.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai pun mengutuk pembocoran data militer itu karena membahayakan para informan. “Kehidupan pihak-pihak yang memberikan informasi kepada pasukan NATO dalam kondisi bahaya,” ujarnya. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/341169/
Komentar