China Hadapi Banjir Terburuk dalam 12 Tahun Terakhir
China menghadapi banjir terburuk dalam 12 tahun terakhri jika hujan deras terus berlanjut di sepanjang daerah aliran sungai Yangtze. Jika situasi tidak dapat dikendalikan, maka korban jiwa jadi akan terus bertambah.
Wang Jingquan, kepala kantor pengawasan banjir di Komisi Sumber Daya Air Sungai Yangtze, mengatakan situasi di sepanjang aliran sungai berada di “titik kritis”. “Jika hujan dras di wilayah atas Sungai Yangtzeditambah dengan hujan deras di daerah menengah dan rendah, maka banjir seperti yang terjadi pada 1998 bakal terjadi,” ujar Wang seperti dikutip dari Harian China Daily.
Menurut Wang, ditambah lagi dengan datangnya angin taufan Conson akan menambah situasi semakin sulit dalam pengendalian banjir. China pernah mengalami banjir besar pada 1998 di sepanjang daerah aliran sungai Yangtze pada 1998. Bencana itu menewaskan 4.150 orang dan memaksa 18 juta penduduk mengungsi dari rumah mereka. Tragedi itu menyebabkan kerugian sebesar USD38 miliar.
Wang memperingatkan tingkat air di Sungai Yangtze yang dimonitor pihaknya telah berada di atas rata-rata sejak Juli pertengahan. Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Hubungan Sipil, 118 orang dilaporkan tewas sejak banjir melanda China selatan sejak awal Juli dan 47 orang dilaporkan hilang.
Presiden Hu Jintao dan Perdana Menteri Wen Jiabao memerintahkan pemerintah-pemerintah lokal meningkatkan usaha-usaha pertolongan. Pemerintah China itu medesak agar penduduk yang tinggal di daerah-daerah yang berada dalam ancaman banjir dan topan direlokasikan untuk menghadapi bencana alam itu.
Di Flipina, aliran listrik secara berangsur mulai pulih untuk jutaan pelanggan di dan sekitar Manila setelah Topan Conson menghantam ibu kota Filipina itu pada Selasa malam (13/7). Bencana itu menewaskan 23 orang dan belasan orang lainnya hilang.
Badan Risiko Badai Tropis menurunkan tingkat topan itu menjadi badai tropis kemarin. Namun, biro cuaca Filipina mengatakan pihaknya memperkirakan topan itu akan meningkat kekuatannya ketika berada di Laut China Selatan dan menuju China selatan dan Vietnam utara. Conson diperkirakan akan menghantam daratan Jumat malam.
Topan dan badai tropis sering menghantam Filipina, Taiwan dan Jepang dalam pertengahan kedua setiap tahun,menghimpn kekuatan dari air yang hangat dari Samudra Pasifik atau Laut China Selatan sebelum biasanya melemah di daratan. Lebih dari 8.000 orang tetap tinggal tempat-tempat penampungan sementara di lima kota besar dan 47 kota kecil di Luzon, pulau utama Filipina.
Dari Jepang, pemerintah lokal memerintahkan sekitar 300.000 orang dievakuasi dari rumah-rumah mereka. Badan Meteorologi meramalkan hujan deras akibat sistem cuaca terpisah untuk daerah barat dan timur negara itu akan turun kemarin malam. Beberapa rumah roboh setelah dihantam tanah longsor.
Diperparah dengan sungai-sungai meluap dan mobil yang ditingglakan pemiliknya hampir seluruhnya tenggelam di jalan-jalan yang banjir. Pihak berwenang mengatakan dua orang tewas dan sejumlah lainnya hilang.
Dari Dhaka, Bangladesh, enam orang tewas dan dua orang lainnya dikabarkan hilang dalam banjir dan tanah longsor. “Sebagian besar korban tersapu banjir,” ujar Farhad Ahmed, seorang pejabat di biro manejemen bencana di Bangladesh. Dia memaparkan 10.000 orang terkena dampak banjir itu.
Pemerintah Bangladesh, menurut Ahmed, telah mengirimkan bahan makanan dan keperluan sehari-hari kepada pengungsi. Pada bulan lalu, 55 orang tewas dan 12.000 tidak memiliki rumah karena hancur tersapu banjir. (AFP/Rtr/andika hm)
Wang Jingquan, kepala kantor pengawasan banjir di Komisi Sumber Daya Air Sungai Yangtze, mengatakan situasi di sepanjang aliran sungai berada di “titik kritis”. “Jika hujan dras di wilayah atas Sungai Yangtzeditambah dengan hujan deras di daerah menengah dan rendah, maka banjir seperti yang terjadi pada 1998 bakal terjadi,” ujar Wang seperti dikutip dari Harian China Daily.
Menurut Wang, ditambah lagi dengan datangnya angin taufan Conson akan menambah situasi semakin sulit dalam pengendalian banjir. China pernah mengalami banjir besar pada 1998 di sepanjang daerah aliran sungai Yangtze pada 1998. Bencana itu menewaskan 4.150 orang dan memaksa 18 juta penduduk mengungsi dari rumah mereka. Tragedi itu menyebabkan kerugian sebesar USD38 miliar.
Wang memperingatkan tingkat air di Sungai Yangtze yang dimonitor pihaknya telah berada di atas rata-rata sejak Juli pertengahan. Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Hubungan Sipil, 118 orang dilaporkan tewas sejak banjir melanda China selatan sejak awal Juli dan 47 orang dilaporkan hilang.
Presiden Hu Jintao dan Perdana Menteri Wen Jiabao memerintahkan pemerintah-pemerintah lokal meningkatkan usaha-usaha pertolongan. Pemerintah China itu medesak agar penduduk yang tinggal di daerah-daerah yang berada dalam ancaman banjir dan topan direlokasikan untuk menghadapi bencana alam itu.
Di Flipina, aliran listrik secara berangsur mulai pulih untuk jutaan pelanggan di dan sekitar Manila setelah Topan Conson menghantam ibu kota Filipina itu pada Selasa malam (13/7). Bencana itu menewaskan 23 orang dan belasan orang lainnya hilang.
Badan Risiko Badai Tropis menurunkan tingkat topan itu menjadi badai tropis kemarin. Namun, biro cuaca Filipina mengatakan pihaknya memperkirakan topan itu akan meningkat kekuatannya ketika berada di Laut China Selatan dan menuju China selatan dan Vietnam utara. Conson diperkirakan akan menghantam daratan Jumat malam.
Topan dan badai tropis sering menghantam Filipina, Taiwan dan Jepang dalam pertengahan kedua setiap tahun,menghimpn kekuatan dari air yang hangat dari Samudra Pasifik atau Laut China Selatan sebelum biasanya melemah di daratan. Lebih dari 8.000 orang tetap tinggal tempat-tempat penampungan sementara di lima kota besar dan 47 kota kecil di Luzon, pulau utama Filipina.
Dari Jepang, pemerintah lokal memerintahkan sekitar 300.000 orang dievakuasi dari rumah-rumah mereka. Badan Meteorologi meramalkan hujan deras akibat sistem cuaca terpisah untuk daerah barat dan timur negara itu akan turun kemarin malam. Beberapa rumah roboh setelah dihantam tanah longsor.
Diperparah dengan sungai-sungai meluap dan mobil yang ditingglakan pemiliknya hampir seluruhnya tenggelam di jalan-jalan yang banjir. Pihak berwenang mengatakan dua orang tewas dan sejumlah lainnya hilang.
Dari Dhaka, Bangladesh, enam orang tewas dan dua orang lainnya dikabarkan hilang dalam banjir dan tanah longsor. “Sebagian besar korban tersapu banjir,” ujar Farhad Ahmed, seorang pejabat di biro manejemen bencana di Bangladesh. Dia memaparkan 10.000 orang terkena dampak banjir itu.
Pemerintah Bangladesh, menurut Ahmed, telah mengirimkan bahan makanan dan keperluan sehari-hari kepada pengungsi. Pada bulan lalu, 55 orang tewas dan 12.000 tidak memiliki rumah karena hancur tersapu banjir. (AFP/Rtr/andika hm)
Komentar