AS Buru Pembocor Data Militer
WASHINGTON(SI) – Militer Amerika Serikat (AS) kemarin mulai mencari siapa orang yang membocorkan 90.000 dokumen rahasia perang Afghanistan.
Juru Bicara Pentagon Geoff Morrell mengungkapkan siapa pun yang menyerahkan sekitar 90.000 dokumen tersebut ke WikiLeaks kemungkinan memiliki akses ke dokumen-dokumen sensitif tersebut. ”Kami akan melakukan apapun yang diperlukan untuk menemukan orang yang bertanggung jawab karena membocorkan informasi ini,”kata Morrell. ”Hingga kami tahu siapa yang bertanggung jawab,kita harus menimbang kemungkinan ada informasi lain yang akan dibocorkan, dan itu adalah sesuatu yang perlu dikhawatirkan,”papar Morrell.
Pertanyaan saat ini adalah siapa pembocor 90.000 data militer itu? Juru Bicara Pentagon Kolonel Dave Lapan mengatakan pembocor itu mungkin adalah pakar intelijen militer Bradley Manning. ”Dia adalah salah satu orang yang kita duga terkait dengan kebocoran ini,”ujar Lapan. Lebih lanjut, menurut Lapan, Manning tidak sendiri. Dia juga akan mencari pihak-pihak yang terkait dengan Manning. ”Kami akan menelusuri dokumen untuk menentukan di mana sebenarnya sumber kebocoran itu,” paparnya. Manning, 22, ditangkap pada Mei lalu setelah diketahui membocorkan video tentang penembakan helikopter terhadap jurnalis.
Dalam obrolan via internet dengan mantan hacker Adrian Lamo, Manning mengklaim telah membocorkan berbagai dokumen penting termasuk video kepada WikiLeaks. Manning menyatakan bahwa dia memiliki akses langsung terhadap pendiri situs WikiLeaks Julian Assange setelah perayaan Thanksgiving pada tahun 2009.Manning menyatakan telah menggali informasi jaringan pemerintah dan militer lebih dari satu tahun. Manning yang dianggap sebagai pembocor (whistle blower) menggunakan nama online ”Bradass87” ketika berbincang-bincang dengan Lamo pada 21 Mei lalu.
Selama lima hari berikutnya, Bradass87 menyebut dirinya sebagai seorang analis intelijen tentara, dikerahkan ke Baghdad timur. Manning mengungkapkan, pekerjaannya memberinya akses ke dua jaringan keamanan yang tinggi, yakni Rahasia Internet Protocol Jaringan Router, SIPRNET, yang diperuntukkan bagi intelijen diplomatik dan militer Amerika Serikat. Selain itu, Joint Worldwide Intelligence Communications System, yang menyampaikan materi, termasuk dokumen ”sangat rahasia” yang telah diklasifikasi itu.
Manning memaparkan dengan jaringan telah memungkinkan melihat hal-hal yang luar biasa,halhal buruk yang termasuk dalam domain publik dan tidak pada beberapa server yang disimpan di ruangan gelap di Washington DC. Dia menyebut telah mengunduh 260.000 dokumen rahasia yang telah diklasifikasi dan sensitif milik Departemen Luar Negeri untuk WikiLeaks. ”Saya menyalin beberapa informasi ke CD kosong berlabel ”Lady Gaga” untuk mengaburkan. Saya ingin orang melihat kebenaran,”tandas Manning. Sementara itu,militer Amerika Serikat (AS) kemarin menyatakan akan mengkaji dampak bocornya 90.000 data militer mengenai perang Afghanistan.
Menurut Juru Bicara Pentagon Kolonel Dave Lapan,diperkirakan kajian itu memerlukan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Kata Lapan, para pejabat militer Amerika sedangkan mengkaji dokumen tersebut untuk menyimpulkan apakah mereka mengungkapkan sumber dan metode dan mungkin membahayakan personel AS dan koalisi. Dokumen militer yang diterbitkan di situs WikiLeaks itu berisi data-data perang di Afghanistan, termasuk kematian korban sipil yang sebelumnya tidak dilaporkan. Selain itu terungkap juga Pakistan dan Iran yang membantu perjuangan Taliban.
Dalam dokumen itu juga disebutkan informasi keberadaan pentolan Al Qaeda Osama bin Laden. Kontras dengan apa yang disampaikan bos Badan Intelijen AS (CIA), Leon Panetta bahwa tidak ada lagi laporan intelijen mengenai Osama sejak tahun 2003 lalu, dokumen itu justru memperlihatkan bahwa pasukan AS berulang kali telah berhasil menelusuri jejak pimpinan Al Qaeda tersebut. Berkas rahasia diterbitkan oleh WikiLeaks berjudul ”Catatan Harian Perang Afghanistan”merupakan adalah salah satu kebocoran rahasia terbesar dalam sejarah AS.
WikiLeaks menyebutkan dokumendokumen sebagai laporan medan tempur dan intelijen yang dihimpun oleh beragam satuan militer dalam rentang waktu 2004–2009. Dari 90.000 dokumen yang bocor itu, hampir 200 di antaranya berisi tentang Satuan Tugas 373, pasukan khusus AS yang tugasnya membunuh atau menangkap komandan Taliban atau Al Qaeda.Catatan itu berisi 144 insiden yang melibatkan korban sipil,termasuk 195 korban tewas. Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs memaparkan kebocoran tidak mengungkapkan sesuatu yang baru mengenai hakikat perang di Afghanistan.Hanya saja, menurut dia, rincian yang dibeberkan mungkin merusak.
”Selain melanggar hukum, itu juga berpotensi membahayakan mereka yang memperkuat militer kita, mereka yang bekerja sama dengan militer kita dan mereka yang bekerja untuk menjaga keselamatan kita,”papar Gibbs. Bukan hanya Pentagon yang menyelidiki kebocoran data militer tersebut,dari Sydney,Pemerintah Australia memerintahkan penyidikan internal atas kebocoran tersebut.Hal itu berkaitan apakah ada risikonya terhadap kehadiran 1.550 pasukan Australia di Afghanistan.
Perdana Menteri Australia Julia Gillard memberikan perhatian penuh terhadap kebocoran dokumen keamanan nasional itu. (AFP/Telegraph/ BBC/DM/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/340765/
Juru Bicara Pentagon Geoff Morrell mengungkapkan siapa pun yang menyerahkan sekitar 90.000 dokumen tersebut ke WikiLeaks kemungkinan memiliki akses ke dokumen-dokumen sensitif tersebut. ”Kami akan melakukan apapun yang diperlukan untuk menemukan orang yang bertanggung jawab karena membocorkan informasi ini,”kata Morrell. ”Hingga kami tahu siapa yang bertanggung jawab,kita harus menimbang kemungkinan ada informasi lain yang akan dibocorkan, dan itu adalah sesuatu yang perlu dikhawatirkan,”papar Morrell.
Pertanyaan saat ini adalah siapa pembocor 90.000 data militer itu? Juru Bicara Pentagon Kolonel Dave Lapan mengatakan pembocor itu mungkin adalah pakar intelijen militer Bradley Manning. ”Dia adalah salah satu orang yang kita duga terkait dengan kebocoran ini,”ujar Lapan. Lebih lanjut, menurut Lapan, Manning tidak sendiri. Dia juga akan mencari pihak-pihak yang terkait dengan Manning. ”Kami akan menelusuri dokumen untuk menentukan di mana sebenarnya sumber kebocoran itu,” paparnya. Manning, 22, ditangkap pada Mei lalu setelah diketahui membocorkan video tentang penembakan helikopter terhadap jurnalis.
Dalam obrolan via internet dengan mantan hacker Adrian Lamo, Manning mengklaim telah membocorkan berbagai dokumen penting termasuk video kepada WikiLeaks. Manning menyatakan bahwa dia memiliki akses langsung terhadap pendiri situs WikiLeaks Julian Assange setelah perayaan Thanksgiving pada tahun 2009.Manning menyatakan telah menggali informasi jaringan pemerintah dan militer lebih dari satu tahun. Manning yang dianggap sebagai pembocor (whistle blower) menggunakan nama online ”Bradass87” ketika berbincang-bincang dengan Lamo pada 21 Mei lalu.
Selama lima hari berikutnya, Bradass87 menyebut dirinya sebagai seorang analis intelijen tentara, dikerahkan ke Baghdad timur. Manning mengungkapkan, pekerjaannya memberinya akses ke dua jaringan keamanan yang tinggi, yakni Rahasia Internet Protocol Jaringan Router, SIPRNET, yang diperuntukkan bagi intelijen diplomatik dan militer Amerika Serikat. Selain itu, Joint Worldwide Intelligence Communications System, yang menyampaikan materi, termasuk dokumen ”sangat rahasia” yang telah diklasifikasi itu.
Manning memaparkan dengan jaringan telah memungkinkan melihat hal-hal yang luar biasa,halhal buruk yang termasuk dalam domain publik dan tidak pada beberapa server yang disimpan di ruangan gelap di Washington DC. Dia menyebut telah mengunduh 260.000 dokumen rahasia yang telah diklasifikasi dan sensitif milik Departemen Luar Negeri untuk WikiLeaks. ”Saya menyalin beberapa informasi ke CD kosong berlabel ”Lady Gaga” untuk mengaburkan. Saya ingin orang melihat kebenaran,”tandas Manning. Sementara itu,militer Amerika Serikat (AS) kemarin menyatakan akan mengkaji dampak bocornya 90.000 data militer mengenai perang Afghanistan.
Menurut Juru Bicara Pentagon Kolonel Dave Lapan,diperkirakan kajian itu memerlukan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Kata Lapan, para pejabat militer Amerika sedangkan mengkaji dokumen tersebut untuk menyimpulkan apakah mereka mengungkapkan sumber dan metode dan mungkin membahayakan personel AS dan koalisi. Dokumen militer yang diterbitkan di situs WikiLeaks itu berisi data-data perang di Afghanistan, termasuk kematian korban sipil yang sebelumnya tidak dilaporkan. Selain itu terungkap juga Pakistan dan Iran yang membantu perjuangan Taliban.
Dalam dokumen itu juga disebutkan informasi keberadaan pentolan Al Qaeda Osama bin Laden. Kontras dengan apa yang disampaikan bos Badan Intelijen AS (CIA), Leon Panetta bahwa tidak ada lagi laporan intelijen mengenai Osama sejak tahun 2003 lalu, dokumen itu justru memperlihatkan bahwa pasukan AS berulang kali telah berhasil menelusuri jejak pimpinan Al Qaeda tersebut. Berkas rahasia diterbitkan oleh WikiLeaks berjudul ”Catatan Harian Perang Afghanistan”merupakan adalah salah satu kebocoran rahasia terbesar dalam sejarah AS.
WikiLeaks menyebutkan dokumendokumen sebagai laporan medan tempur dan intelijen yang dihimpun oleh beragam satuan militer dalam rentang waktu 2004–2009. Dari 90.000 dokumen yang bocor itu, hampir 200 di antaranya berisi tentang Satuan Tugas 373, pasukan khusus AS yang tugasnya membunuh atau menangkap komandan Taliban atau Al Qaeda.Catatan itu berisi 144 insiden yang melibatkan korban sipil,termasuk 195 korban tewas. Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs memaparkan kebocoran tidak mengungkapkan sesuatu yang baru mengenai hakikat perang di Afghanistan.Hanya saja, menurut dia, rincian yang dibeberkan mungkin merusak.
”Selain melanggar hukum, itu juga berpotensi membahayakan mereka yang memperkuat militer kita, mereka yang bekerja sama dengan militer kita dan mereka yang bekerja untuk menjaga keselamatan kita,”papar Gibbs. Bukan hanya Pentagon yang menyelidiki kebocoran data militer tersebut,dari Sydney,Pemerintah Australia memerintahkan penyidikan internal atas kebocoran tersebut.Hal itu berkaitan apakah ada risikonya terhadap kehadiran 1.550 pasukan Australia di Afghanistan.
Perdana Menteri Australia Julia Gillard memberikan perhatian penuh terhadap kebocoran dokumen keamanan nasional itu. (AFP/Telegraph/ BBC/DM/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/340765/
Komentar