Amiri Bantah Dirinya Bukan Ahli Nuklir
Shahram Amiri yang diculik oleh agen Amerika Serikat (AS) kemarin membantah dirinya merupakan ilmuwan nuklir. Dia menyatakan bahwa dia hanya illmuwan biasa yang bekerja untuk sebuah universitas.
Dia juga menyangkal sangat dalam program nuklir Iran. “Saya tidak memiliki kaitan dengan pusat pengayaan nuklir Natanz dan Fordo. Saya tidak terlibat dalam pekerjaan rahasia apa pun. Saya tidak memiliki informasi rahasia,” tuturnya.
“Itu hanya dijadikan alat bagi pemerintah AS untuk memberikan tekanan politik. Saya tidak memiliki penelitian di bidang nuklir. Saya seorang peneliti biasa yang bekerja di sebuah universitas yang terbuka dan tidak ada rahasia di sana,” papar Amiri.
Dalam konferensi pers, Amiri mengatakan dalam dua bulan awal penangkapannya dia menghadapi penyiksaan mental keras. Dia mengatakan, penangkapannya merupakan perang psikologis melawan Iran. “Dalam proses interograsi, ada penyidik dari Israel hadir dalam beberapa sesi. Mereka juga berencana memindahkan saya kepada Israel,” paparnya.
Amiri juga mengkritik Menteri Luar Negeri Hillary Clinton yang menyatakan bahwa dia bisa bebas datang dan pergi dari dan ke AS kapapun. “Saya sangat heran dengan pernyataan Hillary bahwa saya bebas di sana dan dapat pergi dengan bebas. Saya tidak bebas di sana dan saya berada di bawah pengawasan orang bersenjata dari badan intelejen,” paparnya.
Amiri yang mengenakan jas dan tampil tersenyum disambut di bandara internasional Teheran kemarin pagi dengan isak tangis oleh istri dan anaknya.Selain itu hadir menyambut dia kerabatnya serta pejabat senior Kementerian Luar Negeri Hassan Qashqavi.
Dalam jumpa pers, dia mengulang kembali klaimnya bahwa dia diculik agen-agen AS ketika menunaikan ibadah Haji di Medinah, Arab Saudi. Dia menuduh agen-agen Israel hadir selama interogasi dan CIA menawarkan dia USD50 juta atau Rp465miliar mau tinggal di AS. 465.000.000.000
“Amerika menginginkan saya mengatakan bahwa saya membelot ke Amerika atas keinginan sendiri untuk menggunakan saya membongkar informasi palsu mengenai program nuklir Iran,” papar Amiri.
Amiri tidak menyodorkan bukti-bukti klaimnya namun dia mengatakan nanti akan memperlihatkannya. “Saya memiliki sejumlah dokumen untuk membuktikan bahwa saya tidak bebas di Amerika Serikat dan selalu di bawah kendali agen-agen bersenjata dinas intelejen Amerika,” katanya.
Sementara itu laporan yang diungkapkan The Washington Post menyatakan agen rahasia Amerika Serikat CIA membayar ahli nuklir Iran USD5 juta (Rp45) miliar untuk informai tentang program nuklir Iran. Pejabat keamanan yang tak menyebutkan identitasnya menyatakan, Amiri tidak wajib mengembalikan uang namun mungkin tak bisa mengakses usai mengakhiri kerjasama signifikan dengan CIA dan kembali ke rumah, lanjut laporan koran tersebut.
“Apapun yang dia terima, sekarang di luar jangkauannya berkat sanksi keuangan terhadap Iran,” kata pejabat itu. “Dia telah pergi, namun uangnya tidak. Kami mempunyai informasi darinya dan Iran memiliki dia,” paparnya.
Pejabat Amerika Serikat, tak mau disebutkan namanya, menyatakan Amiri tiba-tiba meninggalkan Amerika Serikat karena pemerintah Iran mengancam keluarganya. Namun demikian, CIA tidak memberikan komentar atas laporan koran tersebut. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
Dia juga menyangkal sangat dalam program nuklir Iran. “Saya tidak memiliki kaitan dengan pusat pengayaan nuklir Natanz dan Fordo. Saya tidak terlibat dalam pekerjaan rahasia apa pun. Saya tidak memiliki informasi rahasia,” tuturnya.
“Itu hanya dijadikan alat bagi pemerintah AS untuk memberikan tekanan politik. Saya tidak memiliki penelitian di bidang nuklir. Saya seorang peneliti biasa yang bekerja di sebuah universitas yang terbuka dan tidak ada rahasia di sana,” papar Amiri.
Dalam konferensi pers, Amiri mengatakan dalam dua bulan awal penangkapannya dia menghadapi penyiksaan mental keras. Dia mengatakan, penangkapannya merupakan perang psikologis melawan Iran. “Dalam proses interograsi, ada penyidik dari Israel hadir dalam beberapa sesi. Mereka juga berencana memindahkan saya kepada Israel,” paparnya.
Amiri juga mengkritik Menteri Luar Negeri Hillary Clinton yang menyatakan bahwa dia bisa bebas datang dan pergi dari dan ke AS kapapun. “Saya sangat heran dengan pernyataan Hillary bahwa saya bebas di sana dan dapat pergi dengan bebas. Saya tidak bebas di sana dan saya berada di bawah pengawasan orang bersenjata dari badan intelejen,” paparnya.
Amiri yang mengenakan jas dan tampil tersenyum disambut di bandara internasional Teheran kemarin pagi dengan isak tangis oleh istri dan anaknya.Selain itu hadir menyambut dia kerabatnya serta pejabat senior Kementerian Luar Negeri Hassan Qashqavi.
Dalam jumpa pers, dia mengulang kembali klaimnya bahwa dia diculik agen-agen AS ketika menunaikan ibadah Haji di Medinah, Arab Saudi. Dia menuduh agen-agen Israel hadir selama interogasi dan CIA menawarkan dia USD50 juta atau Rp465miliar mau tinggal di AS. 465.000.000.000
“Amerika menginginkan saya mengatakan bahwa saya membelot ke Amerika atas keinginan sendiri untuk menggunakan saya membongkar informasi palsu mengenai program nuklir Iran,” papar Amiri.
Amiri tidak menyodorkan bukti-bukti klaimnya namun dia mengatakan nanti akan memperlihatkannya. “Saya memiliki sejumlah dokumen untuk membuktikan bahwa saya tidak bebas di Amerika Serikat dan selalu di bawah kendali agen-agen bersenjata dinas intelejen Amerika,” katanya.
Sementara itu laporan yang diungkapkan The Washington Post menyatakan agen rahasia Amerika Serikat CIA membayar ahli nuklir Iran USD5 juta (Rp45) miliar untuk informai tentang program nuklir Iran. Pejabat keamanan yang tak menyebutkan identitasnya menyatakan, Amiri tidak wajib mengembalikan uang namun mungkin tak bisa mengakses usai mengakhiri kerjasama signifikan dengan CIA dan kembali ke rumah, lanjut laporan koran tersebut.
“Apapun yang dia terima, sekarang di luar jangkauannya berkat sanksi keuangan terhadap Iran,” kata pejabat itu. “Dia telah pergi, namun uangnya tidak. Kami mempunyai informasi darinya dan Iran memiliki dia,” paparnya.
Pejabat Amerika Serikat, tak mau disebutkan namanya, menyatakan Amiri tiba-tiba meninggalkan Amerika Serikat karena pemerintah Iran mengancam keluarganya. Namun demikian, CIA tidak memberikan komentar atas laporan koran tersebut. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
Komentar