China Khawatirkan Latihan Perang AS-Korsel
Pemerintah China kemarin mengkhawatirkan latihan perang yang digelar Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) di Laut Kuning. Kekhawatiran semakin memuncak setelah AS bakal mengikutsertakan pesawat pengangkut dalam latihan militer yang bertujuan memprovokasi Korea Utara (Korut).
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Qin Gang mengungkapkan, dia telah mempekajari laporan bahwa pesawat pengangkut AS bakal bergabung dalam latihan perang itu. “Kita sangat peduli mengenai laporan itu dan akan terus mengikuti perkembangannya,” paparnya.
China berhak khawatir dengan latihan perang AS dan Korsel. Pasalnya, lokasinya cukup dekat dengan wilayah China. Apalagi, latihan tersebut bertujuan untuk memprovokasi sekutu Beijing, yakni Korut. Namun, Beijing belum menyatakan protes dengan tegas atas latihan tempur itu.
Korsel sendiri ingin memusatkan perhatian tentang tanggungjawab atas kasus tenggelamnya sebuah kapal perangnya sebelum dimulainya perundingan multilateral untuk mengakhiri pengembangan program senjata nuklir Korut. Menteri Luar Negeri Korsel Yu Myung-hwan memaparkan, Pyongyang harus mempertanggungjawabkan aksinya.
Tenggelamnya kapal perang Cheonan pada 26 Maret lalu telah meningkatkan eskalasi hubungan kedua negara. Akibat insiden tersebut, perundingan denuklirisasi Pyongyang pun semakin tidak jelas.
“Begitu Korut telah menenggelamkan kapal perang Cheonan, pemerintah bakal berkonsentrasi atas insiden tersebut,” ujar Yu sebagaimana dikutip kantor berita Yonhap dalam sebuah sidang parlemen di Seoul. Menurut dia, pemerintah akan berkonsultasi dengan negara terkait dalam pembukaan kembali perundingan enam pihak.
Apalagi, Perundingan enam pihak melibatkan dua Korea, Amerika Serikat, Cina, Jepang dan Rusia yang digelar setahun lebih, saat ini berhenti total. Tidak ada upaya dari Korsel untuk menyuarakan kembali agar perundingan itu dihidupkan. Tetapi, Washington sedang menyusun strategi untuk membujuk Pyongyang.
Yu juga menuding Korut telah membujuk komunitas internasional untuk tidak lagi membahas masalah tenggelamnya kapal Cheonan. Buktinya, China dan Rusia yang memiliki hak veto, telah memberikan dukungan sanksi kepada Korut, tetapi kedua negara itu menolak mengecam tragdi Cheonan.
“Rusia dan China lebih peduli terhadap reaksi terhadap sanksi PBB dibandingkan kebenaran dalam insiden Cheonan,” paparnya. Yu memaparkan, retorika ancaman termasukan serangan militer merupakan “pemerasan”. Apalagi, dia menambahkan, China dan Rusia tidak ingin menjadi “anak yatim” ketika komunitas internasional memutuskan responnya.
Tak patah semangat, Korsel tetap melanjutkan langkah untuk merayu China dan Rusia. Menurut Yu, 58 negara telah mengecam Pyonyang atas insiden Cheonan dan memberikan dukungan bagi Seoul. (AFP/Rtr/Yonhap/andika hm)
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Qin Gang mengungkapkan, dia telah mempekajari laporan bahwa pesawat pengangkut AS bakal bergabung dalam latihan perang itu. “Kita sangat peduli mengenai laporan itu dan akan terus mengikuti perkembangannya,” paparnya.
China berhak khawatir dengan latihan perang AS dan Korsel. Pasalnya, lokasinya cukup dekat dengan wilayah China. Apalagi, latihan tersebut bertujuan untuk memprovokasi sekutu Beijing, yakni Korut. Namun, Beijing belum menyatakan protes dengan tegas atas latihan tempur itu.
Korsel sendiri ingin memusatkan perhatian tentang tanggungjawab atas kasus tenggelamnya sebuah kapal perangnya sebelum dimulainya perundingan multilateral untuk mengakhiri pengembangan program senjata nuklir Korut. Menteri Luar Negeri Korsel Yu Myung-hwan memaparkan, Pyongyang harus mempertanggungjawabkan aksinya.
Tenggelamnya kapal perang Cheonan pada 26 Maret lalu telah meningkatkan eskalasi hubungan kedua negara. Akibat insiden tersebut, perundingan denuklirisasi Pyongyang pun semakin tidak jelas.
“Begitu Korut telah menenggelamkan kapal perang Cheonan, pemerintah bakal berkonsentrasi atas insiden tersebut,” ujar Yu sebagaimana dikutip kantor berita Yonhap dalam sebuah sidang parlemen di Seoul. Menurut dia, pemerintah akan berkonsultasi dengan negara terkait dalam pembukaan kembali perundingan enam pihak.
Apalagi, Perundingan enam pihak melibatkan dua Korea, Amerika Serikat, Cina, Jepang dan Rusia yang digelar setahun lebih, saat ini berhenti total. Tidak ada upaya dari Korsel untuk menyuarakan kembali agar perundingan itu dihidupkan. Tetapi, Washington sedang menyusun strategi untuk membujuk Pyongyang.
Yu juga menuding Korut telah membujuk komunitas internasional untuk tidak lagi membahas masalah tenggelamnya kapal Cheonan. Buktinya, China dan Rusia yang memiliki hak veto, telah memberikan dukungan sanksi kepada Korut, tetapi kedua negara itu menolak mengecam tragdi Cheonan.
“Rusia dan China lebih peduli terhadap reaksi terhadap sanksi PBB dibandingkan kebenaran dalam insiden Cheonan,” paparnya. Yu memaparkan, retorika ancaman termasukan serangan militer merupakan “pemerasan”. Apalagi, dia menambahkan, China dan Rusia tidak ingin menjadi “anak yatim” ketika komunitas internasional memutuskan responnya.
Tak patah semangat, Korsel tetap melanjutkan langkah untuk merayu China dan Rusia. Menurut Yu, 58 negara telah mengecam Pyonyang atas insiden Cheonan dan memberikan dukungan bagi Seoul. (AFP/Rtr/Yonhap/andika hm)
Komentar