Pemimpin ETA Ditangkap di Paris
Polisi anti-teroris Prancis kemarin menangkap pemimpin militer ETA Mikel Karrera Sarobe. Langkah itu sebagai janji pemerintah Prancis untuk membersihkan negaranya sebagai tempat persembunyian pemberontak ETA.
Dua anggota ETA lainnya yang berkewarganegaraan Spanyol juga ditangkap bersama Karrera Sarobe ketika menggerebek sebuah rumah di kota Bayonne, Prancis baratdaya. Mereka adalah seorang pria dan seorang perempuan serta satu orang diantara mereka disebut sebagai orang nomer dua pada divisi militer ETA. Senjata-senjata juga diamankan oleh polisi.
Sementara, penangkapan lainnya juga dilakukan di wilayah Bayonne. Hanya saja, sumber tersebut tidak mau mengungkapkan detail.
Kerjasama antara Madrid dan Paris dalam dua tahun terakhir berhasil menangkap lima pemimpin tertinggi ETA di Prancis. Prancis memang dijadikan kelompok teroris tersebut sebagai basis untuk melancarkan serangan di Spanyol.
Karrera Sarobe yang dijuluki Ata atau “bebek” dalam bahasa Basque, sebuah etnis di timur laut Spanyol. Dia disebut sebagai pemimpin militer yang baru ditunjuk dalam organisasi ETA. Dia juga masuk daftar buron polisi Spanyol pada 16 Maret.
ETA diklasifikasikan dalam kelompok teroris oleh Uni Eropa. ETA ingin mendirikan sebuah negara Basque merdeka yang wilayahnya mencakup Spanyol utara dan Prancis baratdaya. Mereka telah berjuang selama 40 tahun lebih untuk memerdekakan Baaque. ETA juga dianggap bertanggungjawab atas kematian 828 orang dalam kampanye kemerdekaan Baque. Organisasi garis keras itu kerap melancarkan serangan di Spanyol.
ETA juga dianggap bertanggungjawab atas pembunuhan seorang anggota polisi yang berusia 52 Prancis Jean Serge Nerin. Sumber polisi menyatakan kepada AFP bahwa salah satu anggota ETA yang ditangkap kemarin diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut. “Kita sedang mengecek keterkaitan ini,” ujar pejabat yang enggan disebutkan namanya.
Pada 2010 ini, lebih dari 30 anggota ETA ditangkap, termasuk salah satu pemimpinnya, Ibon Gogeascoechea Arronategui. Dia ditangkap pada Februari lalu Prancis timur laut.
Sebelumnya, pada April lalu, polisi Spanyol menangkap sedikitnya sembilan orang, termasuk empat pengacara, dalam operasi untuk menumpas kelompok separatis bersenjata Basque ETA. Kesembilan orang itu ditangkap atas perintah seorang hakim anti-teroris dengan tuduhan menjadi anggota atau bersekongkol dengan ETA. Keempat pengacara tersebut dituduh bertindak sebagai “agen” antara tahanan-tahanan ETA dan para pemimpin kelompok itu yang masih bebas.
Pada Oktober 2009, Perancis menangkap dua orang yang diduga anggota ETA. Kedua orang yang ditangkap itu adalah Aitor Elizaran dan pacarnya. Pada April 2009, polisi menangkap tersangka komandan utama ETA Jurdan Martitegi.
Baik pihak keamanan Prancis dan Spanyol memprediksi bahwa kelompok separatis itu berusaha melakukan unjuk kekuatan untuk membuktikan bahwa mereka masih bisa melancarkan serangan. Tujuannya, mereka ingin mempertahankan semangat para pendukungnya.
Kenyataannya, sebagian besar penduduk Basque tampaknya mendukung kemerdekaan bagi wilayah pegunungan itu, yang sudah diberikan otonomi lebih luas. Tetapi, dukungan terhadap kekerasan yang dilakukan ETA menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Namun, berdasarkan jajak pendapat menunjukkan mayoritas penduduk Basque mungkin masih menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari Spanyol. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
Dua anggota ETA lainnya yang berkewarganegaraan Spanyol juga ditangkap bersama Karrera Sarobe ketika menggerebek sebuah rumah di kota Bayonne, Prancis baratdaya. Mereka adalah seorang pria dan seorang perempuan serta satu orang diantara mereka disebut sebagai orang nomer dua pada divisi militer ETA. Senjata-senjata juga diamankan oleh polisi.
Sementara, penangkapan lainnya juga dilakukan di wilayah Bayonne. Hanya saja, sumber tersebut tidak mau mengungkapkan detail.
Kerjasama antara Madrid dan Paris dalam dua tahun terakhir berhasil menangkap lima pemimpin tertinggi ETA di Prancis. Prancis memang dijadikan kelompok teroris tersebut sebagai basis untuk melancarkan serangan di Spanyol.
Karrera Sarobe yang dijuluki Ata atau “bebek” dalam bahasa Basque, sebuah etnis di timur laut Spanyol. Dia disebut sebagai pemimpin militer yang baru ditunjuk dalam organisasi ETA. Dia juga masuk daftar buron polisi Spanyol pada 16 Maret.
ETA diklasifikasikan dalam kelompok teroris oleh Uni Eropa. ETA ingin mendirikan sebuah negara Basque merdeka yang wilayahnya mencakup Spanyol utara dan Prancis baratdaya. Mereka telah berjuang selama 40 tahun lebih untuk memerdekakan Baaque. ETA juga dianggap bertanggungjawab atas kematian 828 orang dalam kampanye kemerdekaan Baque. Organisasi garis keras itu kerap melancarkan serangan di Spanyol.
ETA juga dianggap bertanggungjawab atas pembunuhan seorang anggota polisi yang berusia 52 Prancis Jean Serge Nerin. Sumber polisi menyatakan kepada AFP bahwa salah satu anggota ETA yang ditangkap kemarin diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut. “Kita sedang mengecek keterkaitan ini,” ujar pejabat yang enggan disebutkan namanya.
Pada 2010 ini, lebih dari 30 anggota ETA ditangkap, termasuk salah satu pemimpinnya, Ibon Gogeascoechea Arronategui. Dia ditangkap pada Februari lalu Prancis timur laut.
Sebelumnya, pada April lalu, polisi Spanyol menangkap sedikitnya sembilan orang, termasuk empat pengacara, dalam operasi untuk menumpas kelompok separatis bersenjata Basque ETA. Kesembilan orang itu ditangkap atas perintah seorang hakim anti-teroris dengan tuduhan menjadi anggota atau bersekongkol dengan ETA. Keempat pengacara tersebut dituduh bertindak sebagai “agen” antara tahanan-tahanan ETA dan para pemimpin kelompok itu yang masih bebas.
Pada Oktober 2009, Perancis menangkap dua orang yang diduga anggota ETA. Kedua orang yang ditangkap itu adalah Aitor Elizaran dan pacarnya. Pada April 2009, polisi menangkap tersangka komandan utama ETA Jurdan Martitegi.
Baik pihak keamanan Prancis dan Spanyol memprediksi bahwa kelompok separatis itu berusaha melakukan unjuk kekuatan untuk membuktikan bahwa mereka masih bisa melancarkan serangan. Tujuannya, mereka ingin mempertahankan semangat para pendukungnya.
Kenyataannya, sebagian besar penduduk Basque tampaknya mendukung kemerdekaan bagi wilayah pegunungan itu, yang sudah diberikan otonomi lebih luas. Tetapi, dukungan terhadap kekerasan yang dilakukan ETA menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Namun, berdasarkan jajak pendapat menunjukkan mayoritas penduduk Basque mungkin masih menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari Spanyol. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
Komentar