Iran Tunggu Respons Barat

TEHERAN(SI) – Iran kemarin memperkirakan ada respons cepat dari dunia Barat terhadap kesepakatan uranium pengayaan rendah (LEU) dengan Turki.

Salah satu anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB), China, mendukung langkah pertukaran bahan baku nuklir itu. Kesepakatan yang ditandatangani Turki dan Brasil untuk membendung upaya Amerika Serikat (AS) untuk memberlakukan sanksi baru bagi program kontroversial nuklir Teheran. Menurut Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast, Iran akan melakukan notifikasi terhadap kesepakatan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam catatan tertulis melalui jalur biasa dalam satu pekan ini.“Kita memperkirakan anggota kelompok Jenewa (AS, Prancis, Rusia,dan IAEA) dengan cepat mengumumkan kesiapan mereka untuk mengimplementasikan pertukaran bahan baku nuklir,” paparnya.

IAEA menyatakan telah menerima salinan teks deklarasi kerja sama antara Iran,Brasil,dan Turki. Kelompok Jenewa telah membuat tawaran akhir Oktober lalu untuk mengirimkan bahan bakar nuklir ke reaktor Rusia atau Prancis.Iran berdalih pada kesempatan itu menginginkan pertukaran simultan atas bahan bakar nuklir. Pada kesepakatan yang ditandatangani di Teheran, Iran berkomitmen mengirimkan uranium pengayaan rendah (LEU) sebanyak 1.200 kg dalam satu bulan ke Turki dan akan dikembalikan ke reaktor penelitian Teheran.Padahal, berdasar kesepakatan yang sama, Grup Wina harus mengirimkan 120 kg bahan baku nuklir (kadar 20%) yang diperlukan Teheran untuk reaktor riset dalam waktu kurang dari setahun.

Di tengah skeptisme dari Barat, khususnya AS dan Eropa, Beijing muncul sebagai angin segar bagi Teheran. China kemarin mendukung kesepakatan barter.“Kita menganggap penting dan mendukung kesepakatan tersebut,” ujar Juru Bicara Kementrian Luar Negeri China Ma Zhaoxu. China memiliki hak veto terhadap keputusan Dewan Keamanan PBB. “Kita berharap ini akan mempromosikan pendekatan perdamaian dalam isu nuklir Iran,”tambah Ma. AS yang memimpin upaya internasional untuk menghentikan nuklir Iran telah berbulan-bulan membujuk China agar mendukung sanksi PBB terhadap Teheran. China dianggap memiliki kedekatan dengan Iran karena ikatan perdagangan suplai energi. Washington menyatakan kesepakatan Teheran tidak akan menghambat atau memperlambat sanksi keras terhadap Iran meski para pejabat AS masih mengevaluasi kesepakatan tersebut.

Mereka juga berencana berkonsultasi dengan mitra internasional termasuk Brasil dan Turki. Sedangkan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyambut positif kesepakatan Iran tersebut. Hanya saja,Medvedev menyarankan perundingan lebih lanjut diperlukan dengan anggota Dewan Keamanan tidak tetap agar mencapai kesepakatan penghapusan sanksi baru terhadap Iran. Sementara itu,Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengungkapkan,perjanjian pertukaran bahan bakar nuklir itu tidak menjawab semua kekhawatiran yang ditimbulkan oleh program nuklir Iran.“Jika perjanjian yang dilaporkan ini memberi hasil, tentu saja kami menyambut langkah itu,”kata Ashton.Menurut dia, hal itu merupakan langkah besar, tapi tidak menjawab semua kekhawatiran yang timbul di balik program nuklir Iran.

Kesepakatan Iran itu sebenarnya tercapai setelah perundingan selama tiga hari di Teheran antara Presiden Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan. Kesepakatan itu dinilai para analis dapat memecah kebuntuan perundingan nuklir Iran. Hanya saja, kesepakatan tersebut justru memicu kritik tajam di Iran. “Pada isu nasional, kita memerlukan semua pandangan bersama dan bangsa ini memerlukan langkah maju dengan suara bulat,” ujar Ketua Parlemen Iran Ali Larijani seperti dikutip kantor berita IRNA. Sebagian besar harian di Iran kemarin juga menyambut baik keputusan tersebut.

“Amerika bertekuk lutut atas kesepakatan tiga negara di Teheran,”demikian tulis harian milik pemerintah Iran. Harian berhaluan garis keras,Kayhan, ini menyatakan,“Iran cerdas dan kuat” dan menyebut kesepakatan itu akan menjadi “pemenang” baik ditolak atau diterima oleh Barat. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/325224/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford