Turis Luar Angkasa Tolak Label
WASHINGTON(SI) – Siapa saya? Pertanyaan ini senantiasa menjadi bahan pemikiran manusia dari masa kecil hingga suatu hari kematian menjemput.
Menurut Anousheh Ansari, 42, perempuan muslim pertama yang berpartisipasi dalam penerbangan antariksa komersial itu, pertanyaan berkembang seiring pertumbuhan dan kehidupan. “Namun, manusia tidak memikirkan untuk menjawab pertanyaan tersebut,” paparnya seperti dikutip dari CNN. “Saya orang Iran, saya orang Amerika,saya CEO,saya beragama Islam,” ujar Ansari.
Itulah bagaimana orang-orang mendefinisikan dirinya. Mereka mengaitkan dirinya dengan jalannya.“Namun, dengan definisi itu,mereka membuat label kepada saya dan mengotakkan saya sama seperti mereka melihat saya,”ujarnya. Ansari tidak memedulikan apa yang dipikirkan banyak orang mengenai dirinya dan bagaimana mereka memandangnya. Siapa yang menganggap dirinya sebagai orang Iran akan beradu argumentasi dengan mereka yang melabelinya sebagai orang Amerika.
“Bahkan beberapa orang mempertanyakan kenapa saya disebut muslim, dan beberapa orang akan sakit hati jika saya tidak menyebut diri saya muslim,”paparnya. Melalui perenungan mendalam, Ansari pun berpikir kenapa labelisasi masih menjadi tren dan terus berkembang. Dia pun bertanya- tanya,kenapa dunia sangat dipenuhi dengan label.“Pada suatu malam, ketika saya menutup mata dan melihat ke belakang aktivitas keseharian.
Masalahnya adalah apa yang saya lakukan dan tidak, dan saya diidentikkan, dilabelkan dengan apa yang saya lakukan,” paparnya. Ansari sebagai seorang muslim dan keturunan Iran,mengaku tidak minder dengan berbagai label dan julukan yang diarahkan kepadanya meski berkaitan dengan hal negatif. Meski Iran dipandang negatif di Iran, Ansari mengaku bangga dengan akar keluarganya yang berasal dari Negeri Para Mullah itu.
Memang, labelisasi mengenai Iran dan muslim cukup negatif di negara-negara Barat. Iran dikaitkan dengan negara yang memiliki nuklir dan menjadi ancaman dunia. Sedangkan muslim diidentikkan dengan teroris yang menjadi musuh bersama. Itulah yang dilawan oleh Ansari. “Dengan melabelkan diri sendiri atau orang lain, kita menciptakan kota,batas dan memutuskan siapa yang memiliki batas garis itu.
Kadang, masing-masing pihak menganggap bahwa pihak mereka lebih baik, dan kadang pihak lain juga terlalu persuasi untuk menjuluki bahwa kelompok yang berseberangan sebagai kubu yang salah,”keluh Ansari. Ansari menceritakan, ketika dirinya terbang bebas di angkasa dan melihat ke Bumi bahwa tak ada pemisahan.“Saya melihat bahwa bumi itu dalam sebagai satu kesatuan di alam semesta,” ungkapnya.
Menurut dia, garis kabur yang memisahkan manusia akan menjadi tidak terlihat.“Tetapi setelah saya kembali ke bumi, garis imajinasi itu hadir sangat kentara dan menyebabkan berbagai permasalahan. Namun, di atas sana, garis itu tidak ada,”paparnya. Nama Ansari pernah mengentakkan dunia pada September 2006.Dia menjadi muslimah AS keturunan Iran pertama mendobrak rekor menjadi muslimah pertama sekaligus turis pertama dalam program perjalanan ke ruang angkasa.
Ansari melakukan wisata ruang angkasanya dengan menggunakan Soyuz TMA-9 yang menjadi bagian dari misi Expedition 14. Ketika terbang ke luar angkasa, Ansari sempat menuai kontroversi. Dia menggabungkan bendera Iran dan Amerika pada pakaian astronotnya. Bendera Iran berada di sisi kanan bawah,sedangkan bendera Amerika di sisi kiri bawah. Bahkan foto peta Iran pun ditampilkan dengan warna hijau tua.
“Dua negara itu berkontribusi dalam kehidupanku,”paparnya. Dia juga mengklaim bahwa tidak ada pesan politik seiring semakin tegangnya hubungan Teheran–Washington. AnsarilahirdiMashhad,Iran,lalu pindah ke Teheran bersama keluarganya. Perempuan ini bermigrasi ke Amerika Serikat pada 1984. (CNN/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/320622/
Komentar