Mengawali Tulisan dengan Catatan Tangan


Jaman telah berubah.Teknologi menjajah pemikiran dan peradaban manusia. Namun, tidak bagi Jay Parini, 62, penulis dan pendidik asal Amerika Serikat (AS).

SEBAGAI novelis, dia selalu menuangkan imajinasinya dalam sebuah catatan tangan.Parini mengaku lebih tertarik menulis dengan tangan dibandingkan menggunakan keyboard komputer ataupun netbook. Dengan catatan tangan, ide selalu lebih berkembang dibandingkan menggunakan komputer. Namun dia mengakui,ketika merevisi tulisan,dia akan menggunakan komputer.

Dia berusaha beradaptasi dengan komputer. “Saya merupakan orang yang praktis sehingga saya dapat melakukan apapun yang benar-benar saya inginkan,” ujar Parini kepada Book Reporter. Beberapa waktu lalu di Eropa Parini mempromosikan karyanya yang berjudul Promised Land,Thirteen Books that Changed America. Buku itu menggabungkan pemikiran politik,agama,petualangan, eksplorasi,dan filsafat.

Dalam karyanya itu,Parini menelaah 13 buku yang memengaruhi petualangan dan pengalaman bangsa Amerika.“Saya mencaribuku-buku yang memainkan peranan dalam ide bangsa dan mengonsolidasikannya dalam sebuah tren mayoritas,” ungkap Parini. Dia memasukkan karya sastra ternama,Adventures of Huckleberry Finn, dan dokumen sejarah seperti Federalist Papers. “Saya menulis buku itu karena saya ingin belajar tentang Amerika bagi saya sendiri,”paparnya kepada guilfordian.com.

Dia juga menyatakan, buku-buku yang dipilih itu bukan punya pendapat pribadi, melainkan fondasi bagi karya-karya masa depan. Pria kelahiran 1948 ini lahir di Pittston,Pennsylvania,AS.Dia menempuh pendidikan di Lafayette College pada 1970 dan meraih gelar doktor dari Universitas St Andrews pada 1975. Dia mengajar di Dartmouth College dan Middlebury College.Parini menikah dengan penulis sekaligus psikolog Devon Jersild dan dikaruniai tiga putra.

Parini dikenal sebagai kontributor tetap di berbagai jurnal dan harian, termasuk The Chronicle of Higher Educationdan The Guardian (Inggris). Pada 1976 dia mendirikan New England Review dengan Sydney Lea. Pada 2005, dia ditunjuk sebagai dewan sastra oleh penulis Gore Vidal. Salah satu karya Parini pada 1990, The Last Station telah dirilis dalam film pada Desember 2009 pada Festival Film Telluride,Amerika.

Film The Last Station yang berkisah tentang kehidupan pengarang ternama Rusia Leo Tolstoy itu mendapat penghargaan Golden Globe untuk dua kategori. Penghargaan diberikan kepada Helen Mirren yang memerankan Sofya, istri Tolstoy. Sedangkan Leo Tolstoy diperankan Christoper Plummer adalah salah satu nomine aktor peran pendukung terbaik. Film yang diangkat dari novel biografi pada 1990 yang dibuat Jay Pairini ini menceritakan kehidupan Leo Tolstoy, pengarang sekaligus filsuf asal Rusia yang pernikahannya bermasalah.

Adapun salah satu mahakarya Parini adalah The Art of Teaching (2005). Sebagai dosen, Parini berbagi pengalamannya secara profesional dengan menggunakan gaya pengajaran tersendiri. Menurut Parini, pengajar yang sukses adalah mereka yang bekerja dengan kepribadian personal dan keaslian. Salah satu hobi Parini saat menjadi dosen adalah menulis puisi di pagi hari kemudian diteruskan dengan prosadanmengajar. Parini menganggap kelas adalah sebuah pertunjukan. Sang pengajar haruslah selalu menghadirkan diskusi dalam ruang kuliah,ibarat seorang penyair mengkreasikan puisi atau cerita.

“Para pengajar harus sadar memiliki tanggung jawab besar baik bagi masyarakat maupun negara,”ujarnya. Ada aktivitas unik yang selalu dilakukan Parini setiap pagi.Hampir selama 40 tahun dia selalu bangun pagi dan dilanjutkan membaca puisi. Setelah itu dia menulis puisi dan prosa. Kadang dia juga membaca karya-karya penyair klasik dan kontemporer.“Puisi adalah bahasa yang merepresentasikan pengalaman kita,”paparnya.

Pria yang pernah menjadi dosen tamu di Christ Church College, Oxford, Inggris, pada 1990-an itu menganggap puisi mampu mengajarkan kehidupan kepada manusia. Puisi juga mampu menggelorakan semangat spiritual di dunia yang penuh dengan materialisme. Beberapa karya puisi yang telah dibukukan oleh Parini yaitu House of Days(1998) dan The Art of Subtraction: New and Selected Poems (2005). Selain itu,dia menjadi editor dalam Columbia History of American Poetry (1994) dan Columbia Anthology of American Poetry(1995). (andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/320438/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia