Larangan Kunjungan Pengidap AIDS Dicabut
BEIJING (SI) – China mencabut larangan bagi orang yang menderita penderita HIV/AIDS untuk berkunjung ke negara Tirai Bambu itu.Kebijakan itu mengakhiri kritik tajam dari dunia internasional setelah seorang penulis Australia dilarang berkunjung ke China setelah menyatakan diri sebagai pengidap HIV/AIDS.
Hal itu mengemukakan setelah Dewan Negara, Kabinet Pemerintah China, menyatakan akan mengamandemen peraturan yang melarang orang yang menderita AIDS atau terinfeksi HIV, dan mengidap leprosy, untuk berkunjung ke negara itu.Kabinet China kini menganggap larangan itu hanya berdampak kecil pada pencegahan dan pengendalian penyebaran penyakit-penyakit seksual di negeri itu.
Hanya, larangan tersebut memiliki motif kuat terkait pembukaan Shanghai Expo yang dibuka secara resmi pada Sabtu (1/5). Pameran tersebut bernilai miliaran dolar yang bertujuan mempromosikan citra China sebagai negara maju dan terbuka berlangsung selama enam bulan. Pameran tersebut diperkirakan bakal menarik sekitar 70 juta orang.
Sebelumnya, pemerintah China pernah mencabut sementara larangan tersebut saat event skala besar sedang berlangsung di Negeri Panda, termasuk Olimpiade 2008 di Beijing. Kepentingan kapital yang mendominasi itu menjadi penyebab China menghapus larangan berkunjung pengidap HIV/AIDS.
Larangan bagi penderita HIV dan AIDS untuk masuk ke China telah berlangsung 20 tahun. Sebelumnya pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan juga telah menghapuskan larangan yang sama pada 1 Januari lalu. Menurut organisasi penelitian AIDS,amfAR,hingga Januari lalu, tujuh negara memiliki kebijakan melarang orang dengan virus HIV masuk ke wilayah mereka.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon menyambut gembira keputusan China itu. Ban juga mengimbau negara-negara lain yang masih menerapkan larangan terhadap penderita HIV untuk mengubah aturan tersebut secepat mungkin. “Saya merekomendasi Presiden China Hu Jintao agar mencabut kebijakan China melarang berkunjung penderita AIDS/HIV,” papar Ban dalam pernyataan resminya.
Ban mengungkapkan, kebijakan yang bersifat menghukum dan dilaksanakan di berbagai negara justru hanya menghambat penanganan penyakit AIDS. “Saya menyarankan semua negara agar menghapus larangan serubah sebagai masalah penting dan diprioritaskan,” ujarnya. Sedangkan menurut Direktur Jenderal Badan Kesehatan PBB (WHO) Margaret Chan, keputuan China untuk menghapus larangan berkunjung penderita HIV/AIDS sebagai langkah penting dan sebagai kebijakan yang tepat.
“Langkah ini seharusnya ditiru oleh bangsa lain untuk mengubah hukum dan kebijakan yang mendeskriminasikan penderita HIV,” paparnya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dan perkiraan PBB pada 2009 menyebutkan bahwa orang yang terinfeksi HIV mencapai 560.000 hingga 920.000. Sedangkan pasien AIDS mencapai 97.000 hingga 112.000 orang.
Pada Maret lalu, lebih dari 90 penulis Australia menandatangani surat yang mengutuk China karena menolak kunjungan Robert Dessaix yang dikenal menderita HIV positif. HIV dapat menyebar melalui hubungan seks, transfusi darah, dan anak yang lahir dari ibu penderita penyakit itu. Jika tidak dirawat, virus tersebut akan menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan AIDS, penyakit yang mematikan. (CNN/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/320893/
Hal itu mengemukakan setelah Dewan Negara, Kabinet Pemerintah China, menyatakan akan mengamandemen peraturan yang melarang orang yang menderita AIDS atau terinfeksi HIV, dan mengidap leprosy, untuk berkunjung ke negara itu.Kabinet China kini menganggap larangan itu hanya berdampak kecil pada pencegahan dan pengendalian penyebaran penyakit-penyakit seksual di negeri itu.
Hanya, larangan tersebut memiliki motif kuat terkait pembukaan Shanghai Expo yang dibuka secara resmi pada Sabtu (1/5). Pameran tersebut bernilai miliaran dolar yang bertujuan mempromosikan citra China sebagai negara maju dan terbuka berlangsung selama enam bulan. Pameran tersebut diperkirakan bakal menarik sekitar 70 juta orang.
Sebelumnya, pemerintah China pernah mencabut sementara larangan tersebut saat event skala besar sedang berlangsung di Negeri Panda, termasuk Olimpiade 2008 di Beijing. Kepentingan kapital yang mendominasi itu menjadi penyebab China menghapus larangan berkunjung pengidap HIV/AIDS.
Larangan bagi penderita HIV dan AIDS untuk masuk ke China telah berlangsung 20 tahun. Sebelumnya pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan juga telah menghapuskan larangan yang sama pada 1 Januari lalu. Menurut organisasi penelitian AIDS,amfAR,hingga Januari lalu, tujuh negara memiliki kebijakan melarang orang dengan virus HIV masuk ke wilayah mereka.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon menyambut gembira keputusan China itu. Ban juga mengimbau negara-negara lain yang masih menerapkan larangan terhadap penderita HIV untuk mengubah aturan tersebut secepat mungkin. “Saya merekomendasi Presiden China Hu Jintao agar mencabut kebijakan China melarang berkunjung penderita AIDS/HIV,” papar Ban dalam pernyataan resminya.
Ban mengungkapkan, kebijakan yang bersifat menghukum dan dilaksanakan di berbagai negara justru hanya menghambat penanganan penyakit AIDS. “Saya menyarankan semua negara agar menghapus larangan serubah sebagai masalah penting dan diprioritaskan,” ujarnya. Sedangkan menurut Direktur Jenderal Badan Kesehatan PBB (WHO) Margaret Chan, keputuan China untuk menghapus larangan berkunjung penderita HIV/AIDS sebagai langkah penting dan sebagai kebijakan yang tepat.
“Langkah ini seharusnya ditiru oleh bangsa lain untuk mengubah hukum dan kebijakan yang mendeskriminasikan penderita HIV,” paparnya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dan perkiraan PBB pada 2009 menyebutkan bahwa orang yang terinfeksi HIV mencapai 560.000 hingga 920.000. Sedangkan pasien AIDS mencapai 97.000 hingga 112.000 orang.
Pada Maret lalu, lebih dari 90 penulis Australia menandatangani surat yang mengutuk China karena menolak kunjungan Robert Dessaix yang dikenal menderita HIV positif. HIV dapat menyebar melalui hubungan seks, transfusi darah, dan anak yang lahir dari ibu penderita penyakit itu. Jika tidak dirawat, virus tersebut akan menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan AIDS, penyakit yang mematikan. (CNN/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/320893/
Komentar