Operator Ponsel China Singkirkan Google
BEIJING(SI) – Operator ponsel terbesar kedua di China, China Unicom, kemarin menyatakan akan menghapus situs pencari Googledari fitur mereka.
Langkah tersebut sebagai bentuk respons terhadap sikap Google yang berlawanan dengan Beijing. Seperti dilaporkan The FinancialTimes, China Unicom mengungkapkan fungsi pencarian Google akan ditangguhkan dari sistem operasi ponsel Android. “Kami akan bekerja sama dengan perusahaan yang mematuhi hukum China. Kami tidak akan bekerja sama dengan Google saat ini,” ujar Presiden China Unicom Lu Yimin.The Financial Timestidak memberikan informasi detail apakah China Unicom akan bekerja sama dengan pihak lain. Sementara, China Mobile, operator ponsel terbesar di Negeri Tirai Bambu itu, juga diperkirakan membatalkan kesepakatan dengan Google.
Hal itu dilaporkan The New York Times mengutip sumber industri media yang tak disebutkan namanya. Dilaporkan juga bahwa China Mobile menempuh langkah tersebut karena tekanan pemerintah China. Pada akhir Februari,China Mobile memiliki 532,9 juta pelanggan sedangkan China Unicom memiliki 150,5 juta pelanggan. Tianya, salah satu operator forum internet di China yang memiliki 35 juta pelanggan, kemarin, menyatakan mereka akan menghentikan beberapa kerja sama proyek dengan Google.Juru Bicara Tianya Liu Xu mengungkapkan promosi dengan Googleyang menawarkan telepon gratis kepada pelanggan akan dihapuskan.Lebih lanjut, menurut dia,kerja sama lainnya juga bakal dibatalkan.
“Proyek lainnya yang bakal dibatalkan adalah pelayanan video yang dikembangkan Google dan perusahaan Amerika lainnya pada Tianya Laiba, situs jejaring sosial seperti Facebook,”ungkap Liu. Google memang kerap bekerja sama dengan perusahaan internet China, termasuk situs dowloadmusik Top100.comdan fitur pencarian pada situs Sina.com. Pada Rabu lalu, Grup TOM yang berbasis di Hong Kong, miliki salah satu miliarder China Li Ka-shing, menghapus fitur pencari Google dalam portal perusahaannya.Mereka menyatakan hal itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap hukum China. Diperkirakan Google akan menanggung kerugian besar dengan hengkang dari China.
Menurut Qian Xiaoqian,wakil menteri pada dewan negara di kantor penerbitan, 500 juta warga China bakal menjadi pengguna internet dalam dua hingga tiga tahun ke depan.Saat ini, China memiliki 384 juta pengguna internet yang aktif. Sementara itu, perusahaan internet Amerika lainnya telah mengumumkan mengikuti langkah Google.Go Daddy,salah satu perusahaan penyedia domain di dunia, menyatakan tidak lagi aktif di China karena campur tangan yang kuat dari pemerintah Beijing. China meminta foto berwarna dan kartu bisnis siapa saja warga negara China yang memiliki situs internet. Wakil eksekutif presiden grup Go Daddy, Christine Jones mengungkapkan, peraturan baru tersebut menyebabkan mereka mundur dari China.
“Ini merupakan sebuah keputusan yang kita buat karena menyangkut hak kita, yang didasarkan pengalaman ketika menjalin bisnis dengan orang berwarga negara China.Kita harus mengumpulkan informasi pribadi pelanggan dan menyerahkannya ke pejabat China,”paparnya. Dengan tegas, Jones menyatakanbahwa pihaknya tidakinginbertindak seperti agen pemerintah China.Selain itu,Go Daddy juga peduli dengan peningkatan jumlah verifikasi yang dibutuhkan Pusat Informasi Jaringan Internet China (CNNIC).
Di seluruh dunia Go Daddy mengelola 40 juta nama domain. Senin (22/3), Google menghentikan layanan pencarian di China. Pengguna situs ini diarahkan ke situs di Hong Kong. (AFP/ABC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/313349/
Langkah tersebut sebagai bentuk respons terhadap sikap Google yang berlawanan dengan Beijing. Seperti dilaporkan The FinancialTimes, China Unicom mengungkapkan fungsi pencarian Google akan ditangguhkan dari sistem operasi ponsel Android. “Kami akan bekerja sama dengan perusahaan yang mematuhi hukum China. Kami tidak akan bekerja sama dengan Google saat ini,” ujar Presiden China Unicom Lu Yimin.The Financial Timestidak memberikan informasi detail apakah China Unicom akan bekerja sama dengan pihak lain. Sementara, China Mobile, operator ponsel terbesar di Negeri Tirai Bambu itu, juga diperkirakan membatalkan kesepakatan dengan Google.
Hal itu dilaporkan The New York Times mengutip sumber industri media yang tak disebutkan namanya. Dilaporkan juga bahwa China Mobile menempuh langkah tersebut karena tekanan pemerintah China. Pada akhir Februari,China Mobile memiliki 532,9 juta pelanggan sedangkan China Unicom memiliki 150,5 juta pelanggan. Tianya, salah satu operator forum internet di China yang memiliki 35 juta pelanggan, kemarin, menyatakan mereka akan menghentikan beberapa kerja sama proyek dengan Google.Juru Bicara Tianya Liu Xu mengungkapkan promosi dengan Googleyang menawarkan telepon gratis kepada pelanggan akan dihapuskan.Lebih lanjut, menurut dia,kerja sama lainnya juga bakal dibatalkan.
“Proyek lainnya yang bakal dibatalkan adalah pelayanan video yang dikembangkan Google dan perusahaan Amerika lainnya pada Tianya Laiba, situs jejaring sosial seperti Facebook,”ungkap Liu. Google memang kerap bekerja sama dengan perusahaan internet China, termasuk situs dowloadmusik Top100.comdan fitur pencarian pada situs Sina.com. Pada Rabu lalu, Grup TOM yang berbasis di Hong Kong, miliki salah satu miliarder China Li Ka-shing, menghapus fitur pencari Google dalam portal perusahaannya.Mereka menyatakan hal itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap hukum China. Diperkirakan Google akan menanggung kerugian besar dengan hengkang dari China.
Menurut Qian Xiaoqian,wakil menteri pada dewan negara di kantor penerbitan, 500 juta warga China bakal menjadi pengguna internet dalam dua hingga tiga tahun ke depan.Saat ini, China memiliki 384 juta pengguna internet yang aktif. Sementara itu, perusahaan internet Amerika lainnya telah mengumumkan mengikuti langkah Google.Go Daddy,salah satu perusahaan penyedia domain di dunia, menyatakan tidak lagi aktif di China karena campur tangan yang kuat dari pemerintah Beijing. China meminta foto berwarna dan kartu bisnis siapa saja warga negara China yang memiliki situs internet. Wakil eksekutif presiden grup Go Daddy, Christine Jones mengungkapkan, peraturan baru tersebut menyebabkan mereka mundur dari China.
“Ini merupakan sebuah keputusan yang kita buat karena menyangkut hak kita, yang didasarkan pengalaman ketika menjalin bisnis dengan orang berwarga negara China.Kita harus mengumpulkan informasi pribadi pelanggan dan menyerahkannya ke pejabat China,”paparnya. Dengan tegas, Jones menyatakanbahwa pihaknya tidakinginbertindak seperti agen pemerintah China.Selain itu,Go Daddy juga peduli dengan peningkatan jumlah verifikasi yang dibutuhkan Pusat Informasi Jaringan Internet China (CNNIC).
Di seluruh dunia Go Daddy mengelola 40 juta nama domain. Senin (22/3), Google menghentikan layanan pencarian di China. Pengguna situs ini diarahkan ke situs di Hong Kong. (AFP/ABC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/313349/
Komentar