Mendekatkan Robot dalam Kehidupan Manusia
Pengalaman berkecimpung dalam industri robot selama dua dekade, menjadikan Colin Angle sebagai salah seorang pionir di dunia tersebut.
MESKI menyadari pangsa pasar masih sempit, Angle percaya bahwa di masa datang robot bakal menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Angle tertarik dengan dunia robot sejak kuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT),Amerika Serikat (AS).
Dalam tesis sebagai syarat kelulusan pascasarjana di MIT, Angle membuat Genghis, sebuah robot berkaki enam yang kini dipajang di the Smithsonian National Air and Science Museum di Washington DC,Amerika Serikat. Dalam perjalanan kariernya, Angle pernah menjadi Presiden Artificial Creatures Inc dan bekerja di Laboratorium Intelijen Buatan di MIT. Di sinilah akhirnya dia bertemu dengan Helen Greiner dan Dr Rodney Brooks yang lantas memutuskan bersama-sama untuk mendirikan iRobot pada 1990. Selama di iRobot Angle masuk dalam tim yang mendesain robot pembersih lantai, Roomba. Robot jenis ini kini telah terjual lebih dari lima juta unit di seluruh dunia. Selain itu,dia mendesain robot militer, PackBot.
Sejak pertama kali ditugaskan di medan perang Afghanistan pada 2002, robot jenius tersebut telah terjual lebih dari 2.000 buah ke seluruh penjuru dunia. PackBot pun menjadi teman bagi para tentara AS yang berperang di medan tempur. Selain PackBot, iRobot juga mendesain the Warrior. Desain robot ini lebih tangguh dibandingkan PackBot karena the Warrior mampu merobohkan baja setinggi tiga meter dan melaju 30km per jam, mampu naik tangga dengan kecepatan penuh, mengangkut 100 kg, dan memiliki lima motor penggerak. Kemudian ada juga SUGV,robot yang biasanya digunakan oleh pasukan infanteri yang mampu mengemban misi menjinakkan bahan peledak dan mengecek gedung-gedung yang diduga dikuasai musuh.
“Robot ini menyelamatkan banyak tentara AS di medan perang karena SUGV berada di garda depan dalam penyerangan ke basis musuh,”papar Angle. Pria lulusan teknik listrik dan ilmu komputer ini juga pernah mendesain mesin pengembara untuk NASA dalam misi mengeksplorasi Mars pada 1997.Atas karyanya tersebut, Angle bersama timnya mendapat penghargaan dari NASA. Penghargaan itu semakin memacunya untuk membuat robot canggih yang bisa menjelajah luar angkasa.“ Tantangan terbesar kita adalah tidak ada orang yang percaya dengan model kerja robot. Itu seperti fiksi ilmiah semata,”paparnya.
Angle merasa, bisnis dalam industri robot jauh lebih menantang dan sulit dibandingkan dengan pengembangan peranti lunak dan komputer.Sebab,mendesain robot jauh lebih rumit dibandingkan membuat mobil. Robot harus menggabungkan sistem elektro, peranti lunak, manufaktur, dan pasar.Namun demikian,dia menegaskan akan tetap berkomitmen menekuni dunia tersebut karena meyakini masa depan bisnis robot sangatlah fantastis. Menurutnya, di masa depan dunia militer, industri mesin, tambang, kesehatan, hingga penelitian luar angkasa akan sangat membutuhkan robot. Selain itu, pemain bisnis robot masih sangat sedikit.
“Ke depanya, saya akan menghadirkan robot sebagai teman di rumah dan mitra bekerja bagi semua orang,”paparnya. Dia mengakui, selama satu dekade lebih robot baru sebatas dimanfaatkan untuk mendeteksi bom,merakit mobil, atau mengantarkan bahan makanan. Dia memprediksi, pada 2015 nanti robot akan berubah menjadi kebutuhan pribadi, dengan nilai diprediksi mencapai USD 5 miliar. “Anda akan melihat lebih banyak robot yang menolong merawat rumah. Robot akan membersihkan lantai, memasukkan makanan ke dalam kulkas, dan membawa barangbarang dari mobil,”ujar Angle.Dia mengutarakan bahwa robot akan berada dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Melihat masa depan pasar robot, iRobot pun memproduksi robot yang berfungsi sebagai perawat di rumah. Menurut Angle, robot tersebut dapat bekerja sebagai asisten bagi para manula dan orang sakit.“Jika AS mau memakai robot perawat tersebut maka akan menghemat USD2.2 triliun anggaran kesehatan setiap tahun,”paparnya. Selain masa depan yang cerah, Angle sangat bergairah mengembangkan robot karena Pemerintah AS sangat membantu penelitian dan pengembangan robot.Sedikitnya USD20 juta dikucurkan kepada iRobot untuk membuat produk baru. Dana sebesar ini dimanfaatkan untuk mengembangkan program yang disebut “Landroids” yaitu robot militer yang sangat kecil, tidak mahal, dan dapat dibuang.
Nantinya, Landroids dapat digunakan untuk memberikan bantuan personal kepada tentara. Tidak hanya itu, robot kecil tersebut dapat disimpan di saku atau tas punggung. “Landroids juga dapat dijadikan alat komunikasi,” tambahnya. Bisnis robot juga diklaim sebagai salah satu bisnis yang tahan banting. Meski krisis ekonomi pada 2008 menggoyang AS, iRobot masih mampu menjual robot dengan total USD307 juta. Dan saat ini iRobot masih eksis di 13 negara di antaranya Eropa,Korea,Jepang dan Australia.“Penjualan kita masih kuat, hal ini disebabkan basis pasar kita memang masih kecil meski memiliki potensi yang besar,” papar Angle di Businessweek.
Ketika disinggung mengenai kode etik robot di dalam medan perang? Angle mengaku teori tersebut harus didiskusikan lebih lanjut. Apalagi, ada tiga hukum robot yang sangat penuh khayalan.“Memang robot tidak dijadikan alat moral selama beberapa dekade ini. Hanya,manusia masih dibutuhkan untuk menghidupkan dan mengendalikan robot,”ujarnya. Bagaimana dengan perkembangan robot yang bersifat seperti manusia atau humanoid? Menurut Angle, semuanya tergantung dengan fokus dan arah perusahaan yang membuat.
Dia menjelaskan bahwa robot-robot buatan Jepang lebih mengarah kepada robot yang sama seperti manusia sedangkan iRobot lebih fokus kepada efisiensi, kapabilitas,dan memahami lingkungan. (andika hendra m)
Mendekatkan Robot dalam Kehidupan Manusia
Komentar