Abhisit Temui Demonstran
BANGKOK(SI) – Perdana Menteri (PM) Thailand Abhisit Vejjajiva kemarin memulai perundingan bersejarah dengan kelompok antipemerintah untuk mengakhiri demonstrasi yang telah berlangsung dua pekan. Demonstran Kaus Merah menyerukan pemilu yang dipercepat kepada pemerintahan Abhisit. “Posisi pemerintah adalah kita ingin menurunkan ketegangan. Kita membuat proposal dan para pengunjuk rasa menerimanya. Itu adalah sinyal tepat sebagai jalan keluar,” ujar Juru Bicara PM Abhisit, Satit Wongnongtoey.
Menurut Satit, Abhisit menerima permintaan untuk berunding dalam upaya memulihkan perdamaian dan menekan kemungkinan tindak kekerasan. Satit mengungkapkan, perundingan sebelumnya tidak berlangsung sukses karena demonstran hanya memiliki satu tuntutan.“Kita tidak pernah berunding sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya.Kita tidak mengetahui berapa lama negosiasi akan berlangsung atau apa yang akan dihasilkan,”ujarnya.
Sebelum perundingan dimulai kemarin pagi,Abhisit muncul pada acara televisi untuk menyatakan kesediaannya berunding, tapi tetap berpandangan bahwa dia tidak akan hadir di sana untuk berunding jika demonstran berpawai ke barak militer tempatnya bersembunyi. “Tidak mungkin di bawah keadaan tegang seperti ini mengadakan perundingan,” kata Abhisit.” Saya tetap bersikap bahwa saya bersedia berunding asalkan tidak ada ancaman, permusuhan, atau tekanan,”imbuhnya.
Abhisit tiba di Institut Pendidikan Bangkok yang menjadi tempat perundingan bersama staf seniornya.Dia bersalaman dengan para pemimpin Kaus Merah dan duduk memperbincangkan isu pokok perundingan. “Perundingan itu sepertinya tidak berlangsung lama karena atmosfernya cukup bagus.Setiap orang bertindak baik karena memiliki kepercayaan yang sama yakni semuanya demi kepentingan bangsa,”ujar salah satu perwakilan Kaus Merah Weng Tojirakarn.
Pemimpin pengunjuk rasa lainnya, Nattawut Saikua mengungkapkan, gerakan ini untuk menggulingkan pemerintahan Abhisit.“Kita memiliki satu tujuan yakni pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),”ujarnya. “Jika hasilnya seperti apa yang kita inginkan, itu berarti bahwa kita berhasil dengan apa yang kita minta. Jika tidak, kita harus berdiskusi kembali mengenai apa yang akan dilakukan nantinya,” imbuhnya.
Menurut pengamat politik Thailand dan penulis biografi Thaksin,Chris Baker, perundingan sepertinya akan fokus terhadap waktu pemilu yang harus digelar akhir 2011. “Saya tidak berpikir bahwa perundingan itu berlangsung cepat.Pastinya, di sana bakal ada drama dan pertunjukan,” paparnya. Demonstrasi Kaus Merah yang digelar sejak 14 Maret lalu dikawal ketat sekitar 50.000 tentara.
Sebelumnya empat serdadu terluka setelah granat dilemparkan ke barak militer yang dijaga ketat di pinggiran kota. Tempat tersebut dipergunakan Abhisit sebagai basis pemerintahannya setelah gelombang demonstrasi oposisi melanda Bangkok.Belum diketahui pelaku serangan bom tersebut. Para pengunjuk rasa telah menyatakan kemenangan ketika berhasil memaksa militer mundur dari beberapa wilayah Bangkok. Dengan mengendarai sepeda motor dan mobil,lebih dari 80.000 pengunjuk rasa memacetkan Bangkok.
“Kami akan menyerbu tempattempat kamp tentara. Kami akan guncang pagar. Kami akan memotong kawat berduri. Kami akan berbaris melalui barikade. Kami akan berbaris untuk demokrasi!” tegas Nattawut Saikua. Para pengunjuk rasa merupakan loyalis mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra yang digulingkan melalui kudeta militer pada 2006 atas tuduhan korupsi. Kaus Merahpercaya bahwa Abhisit berkuasa secara tidak sah dengan dukungan militer, birokrat, dan lingkaran kerajaan.
Menurut oposisi, hanya pemilu baru yang dapat mengembalikan integritas demokrasi Thailand. Sekutu Thaksin memenangkan pemilu Desember 2007. Namun, pemerintah yang dihasilkan dipaksa mundur melalui keputusan pengadilan. Pemungutan suara di parlemen akhirnya membuat Abhisit berkuasa pada Desember 2008. Kejadian itu membuat Kaus Merah memprotes pemerintahan Abhisit yang dinilai membubarkan pemerintahanyangsahsebelumnya. (AFP/Rtr/BP/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/313845/
Menurut Satit, Abhisit menerima permintaan untuk berunding dalam upaya memulihkan perdamaian dan menekan kemungkinan tindak kekerasan. Satit mengungkapkan, perundingan sebelumnya tidak berlangsung sukses karena demonstran hanya memiliki satu tuntutan.“Kita tidak pernah berunding sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya.Kita tidak mengetahui berapa lama negosiasi akan berlangsung atau apa yang akan dihasilkan,”ujarnya.
Sebelum perundingan dimulai kemarin pagi,Abhisit muncul pada acara televisi untuk menyatakan kesediaannya berunding, tapi tetap berpandangan bahwa dia tidak akan hadir di sana untuk berunding jika demonstran berpawai ke barak militer tempatnya bersembunyi. “Tidak mungkin di bawah keadaan tegang seperti ini mengadakan perundingan,” kata Abhisit.” Saya tetap bersikap bahwa saya bersedia berunding asalkan tidak ada ancaman, permusuhan, atau tekanan,”imbuhnya.
Abhisit tiba di Institut Pendidikan Bangkok yang menjadi tempat perundingan bersama staf seniornya.Dia bersalaman dengan para pemimpin Kaus Merah dan duduk memperbincangkan isu pokok perundingan. “Perundingan itu sepertinya tidak berlangsung lama karena atmosfernya cukup bagus.Setiap orang bertindak baik karena memiliki kepercayaan yang sama yakni semuanya demi kepentingan bangsa,”ujar salah satu perwakilan Kaus Merah Weng Tojirakarn.
Pemimpin pengunjuk rasa lainnya, Nattawut Saikua mengungkapkan, gerakan ini untuk menggulingkan pemerintahan Abhisit.“Kita memiliki satu tujuan yakni pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),”ujarnya. “Jika hasilnya seperti apa yang kita inginkan, itu berarti bahwa kita berhasil dengan apa yang kita minta. Jika tidak, kita harus berdiskusi kembali mengenai apa yang akan dilakukan nantinya,” imbuhnya.
Menurut pengamat politik Thailand dan penulis biografi Thaksin,Chris Baker, perundingan sepertinya akan fokus terhadap waktu pemilu yang harus digelar akhir 2011. “Saya tidak berpikir bahwa perundingan itu berlangsung cepat.Pastinya, di sana bakal ada drama dan pertunjukan,” paparnya. Demonstrasi Kaus Merah yang digelar sejak 14 Maret lalu dikawal ketat sekitar 50.000 tentara.
Sebelumnya empat serdadu terluka setelah granat dilemparkan ke barak militer yang dijaga ketat di pinggiran kota. Tempat tersebut dipergunakan Abhisit sebagai basis pemerintahannya setelah gelombang demonstrasi oposisi melanda Bangkok.Belum diketahui pelaku serangan bom tersebut. Para pengunjuk rasa telah menyatakan kemenangan ketika berhasil memaksa militer mundur dari beberapa wilayah Bangkok. Dengan mengendarai sepeda motor dan mobil,lebih dari 80.000 pengunjuk rasa memacetkan Bangkok.
“Kami akan menyerbu tempattempat kamp tentara. Kami akan guncang pagar. Kami akan memotong kawat berduri. Kami akan berbaris melalui barikade. Kami akan berbaris untuk demokrasi!” tegas Nattawut Saikua. Para pengunjuk rasa merupakan loyalis mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra yang digulingkan melalui kudeta militer pada 2006 atas tuduhan korupsi. Kaus Merahpercaya bahwa Abhisit berkuasa secara tidak sah dengan dukungan militer, birokrat, dan lingkaran kerajaan.
Menurut oposisi, hanya pemilu baru yang dapat mengembalikan integritas demokrasi Thailand. Sekutu Thaksin memenangkan pemilu Desember 2007. Namun, pemerintah yang dihasilkan dipaksa mundur melalui keputusan pengadilan. Pemungutan suara di parlemen akhirnya membuat Abhisit berkuasa pada Desember 2008. Kejadian itu membuat Kaus Merah memprotes pemerintahan Abhisit yang dinilai membubarkan pemerintahanyangsahsebelumnya. (AFP/Rtr/BP/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/313845/
Komentar