Mengagumi Keindahan Alam Indonesia


BILL Farmer adalah pria yang sibuk. Sebagai duta besar (dubes), Farmer dituntut untuk menghadiri beragam jadwal acara setiap hari. Namun di sela-sela kesibukan yang padat, dia masih menyediakan waktu untuk melakukan wawancara dengan harian Seputar Indonesia (SI),Selasa lalu (23/2).

Pria ini sering melontarkan guyonan segar di antara kalimat jawabannya. Sekilas tampak santai, tapi tetap berwibawa. Sebelum menjabat sebagai dubes, Farmer menuntaskan pendidikan S-1 di University of Sydney. Selepas meraih gelar bachelor of arts, Farmer melanjutkan pendidikan S-2 di London School of Economics. Dia bergabung dengan Australian Foreign Service pada 1969.

Kemudian Farmer ditugasi di Kairo, Mesir, dari tahun 1969–1971. Masa jabatan di Kairo usai, Farmer terbang ke London (1972–1975). Empat tahun kemudian, Farmer ditunjuk sebagai deputy high commissioner di Fiji (1979–1982). Jabatan dubes mengharuskan Farmer siap diberi tugas di mana saja.Dari tahun 1987–1989,Farmer menetap sebagai dubes di Meksiko dan Kuba. Seusai melayani masyarakat di dua negara tersebut, Farmer terbang ke Papua Nugini.

Kali ini jabatannya bukan lagi sebagai dubes, tetapi High Commissioner for Australia. Farmer bertugas di Jakarta sejak November 2005. Otomatis dia dua kali mengikuti pemilihan umum (pemilu). Ditanya tentang tanggapan terhadap jalannya pemilu di Indonesia, Farmer menjawab,“ Saya senang karena masyarakat Indonesia terlihat antusias dan bersemangat menyambut gelaran pemilu.”

Dia mendengarkan setiap pertanyaan dengan sabar dan sesekali mengangguk tanda setuju.Farmer mengakhiri setiap jawaban senyum. Penerima Centenary Medal tahun 2003 ini memang hangat dan ramah.Dia mengaku kagum terhadap alam Indonesia.“Anda (masyarakat Indonesia) punya alam yang sangat menakjubkan,”katanya. Farmer kerap bepergian ke luar kota Jakarta untuk mengeksplorasi alam Indonesia.

“Saya suka berlibur ke Tembi, selatan Yogyakarta. Di sana saya bisa joging sambil menikmati udara yang segar,” tuturnya berkisah. Selain Yogyakarta, Farmer juga senang menikmati alam Tomohon, Sulawesi Utara dan Danau Toba, Sumatera Utara. Selain menikmati keindahan alam Indonesia, Farmer juga menyukai makanan Indonesia.“Saya suka nasi padang dan masakan Manado,”tuturnya.

Empat tahun di Indonesia,Farmer tampaknya sudah menjelajah hampir seluruh pelosok Indonesia, kecuali Papua. “Saya belum pernah ke sana. Memang, saya dulu pernah bertugas di Papua Nugini selama 15 tahun, tapi saya belum sempat ke Papua,” ujarnya. Dia mengaku ingin mengunjungi provinsi itu bila memiliki kesempatan. Kehangatan Farmer juga terlihat dalam pembukaan pameran Study in Australia kemarin.

Sebelum memotong pita sebagai simbol pameran telah dibuka, Farmer sempat memberi sambutan. Tibatiba dia turun dari podium dan mendekati Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng. “Bapak Menteri pasti iri dengan batik yang saya kenakan bukan?” ujar Farmer yang diikuti tawa para tamu. Masa jabatan Farmer sebagai Dubes Australia untuk Indonesia berakhir tahun ini.

Sebentar lagi dia akan meninggalkan Indonesia. “Saya selalu senang berada di Indonesia. Saya bahkan sudah terbiasa dengan kemacetan Jakarta,” ungkapnya. Lalu bagaimana dengan aksi demonstrasi? Kebetulan, gedung Kedutaan Besar Australia berdekatan dengan beberapa gedung pemerintahan yang sering menjadi sasaran aksi demo. “Saya tidak terganggu dengan aksi demo itu.

Bagi saya, demonstrasi adalah representasi demokrasi. Demonstrasi menunjukkan kepedulian rakyat terhadap pemerintahnya,” ujarnya. Farmer memberikan istilah electricity in the air kepada Jakarta. Menurut dia,ibu kota Indonesia ini sangatlah berbeda dengan kota asalnya, Canberra.“Canberra itu electric city, tapi Jakarta itu kota dengan electricity in the air,” paparnya. (ika/andika)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/307232/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford