Iran Balik Serang Hillary
TEHERAN(SI) – Iran kemarin menyerang balik pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton.Sebelumnya,pada Senin (15/2), Hillary mengungkapkan bahwa Iran akan menjadi negara “diktator militer”.
Panas atas pernyataan pedas Hillary, Menteri Luar Negeri Manouchehr Mottaki mengungkapkan pernyataan Hillary tersebut adalah “tipu muslihat baru”. Mottaki mengungkapkan bahwa Hillary berusaha mengalihkan opini publik dengan “isu yang tidak tepat dan tidak masuk akal”.
“Kami melihat pendekatan itu sebagai tipu muslihat baru,meskipun alamiahnya masalah itu sangat jelas bagi rakyat dan pemerintah di kawasan ini (Timur Tengah),”ujarnya seperti dikutip dari kantor berita ILNA. “Amerika sendiri terjebak dengan diktator militer,selalu membuat ketegangan di kawasan (Timur Tengah),” ujar Mottaki. “Amerika memiliki sikap yang salah dalam menyikapi isu Timur Tengah dan selalu melanjutkan kebijakan yang salah di masa lalu,”paparnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Saud Al-Faisal mengatakan, menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Iran karena program nuklir tidak akan cukup cepat menyelesaikan masalah. Al-Faisal menyatakan ancaman dari Iran menuntut “penyelesaian lebih cepat” daripada sanksi. Pernyataan tersebut diungkapkan dalam jumpa pers bersama Hillary. Al-Faisal memaparkan bahwa pemberian sanksi merupakan solusi jangka panjang.
“Mungkin sanksi itu bisa berjalan, tapi kami tidak dapat memastikan,” tuturnya. “Namun, kami melihat masalahnya dari kerangka waktu jangka pendek mungkin karena kami lebih dekat kepada ancaman.Jadi, kami menginginkan penyelesaian cepat bukan yang bertahap,” paparnya.
Sayangnya,Al-Faisal tidak merinci pendapatnya mengenai penyelesaian cepat. Kemungkinan pilihan itu dibahas di ruang tertutup antara Hillary bersama Raja Abdullah. Menurut Pangeran Al-Faisal,menyingkirkan nuklir dari Timur Tengah juga harus diterapkan terhadap Israel. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/304931/
Panas atas pernyataan pedas Hillary, Menteri Luar Negeri Manouchehr Mottaki mengungkapkan pernyataan Hillary tersebut adalah “tipu muslihat baru”. Mottaki mengungkapkan bahwa Hillary berusaha mengalihkan opini publik dengan “isu yang tidak tepat dan tidak masuk akal”.
“Kami melihat pendekatan itu sebagai tipu muslihat baru,meskipun alamiahnya masalah itu sangat jelas bagi rakyat dan pemerintah di kawasan ini (Timur Tengah),”ujarnya seperti dikutip dari kantor berita ILNA. “Amerika sendiri terjebak dengan diktator militer,selalu membuat ketegangan di kawasan (Timur Tengah),” ujar Mottaki. “Amerika memiliki sikap yang salah dalam menyikapi isu Timur Tengah dan selalu melanjutkan kebijakan yang salah di masa lalu,”paparnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Saud Al-Faisal mengatakan, menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Iran karena program nuklir tidak akan cukup cepat menyelesaikan masalah. Al-Faisal menyatakan ancaman dari Iran menuntut “penyelesaian lebih cepat” daripada sanksi. Pernyataan tersebut diungkapkan dalam jumpa pers bersama Hillary. Al-Faisal memaparkan bahwa pemberian sanksi merupakan solusi jangka panjang.
“Mungkin sanksi itu bisa berjalan, tapi kami tidak dapat memastikan,” tuturnya. “Namun, kami melihat masalahnya dari kerangka waktu jangka pendek mungkin karena kami lebih dekat kepada ancaman.Jadi, kami menginginkan penyelesaian cepat bukan yang bertahap,” paparnya.
Sayangnya,Al-Faisal tidak merinci pendapatnya mengenai penyelesaian cepat. Kemungkinan pilihan itu dibahas di ruang tertutup antara Hillary bersama Raja Abdullah. Menurut Pangeran Al-Faisal,menyingkirkan nuklir dari Timur Tengah juga harus diterapkan terhadap Israel. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/304931/
Komentar