Marty Natalegawa: Kemenlu Perbanyak Welcoming Center


BANYAKNYA persoalan WNI/TKI yang tidak terdeteksi serta simpang siurnya jumlah WNI di luar negeri membuat Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) berupaya keras memperbaiki jumlah data WNI yang tinggal di luar Indonesia.

Salah satu langkah yang ditempuh mereka adalah dengan membangun welcoming center.Pos welcoming centerini akan didirikan di tempat-tempat yang menjadi pintu keluar masuknya WNI,seperti bandara dan pelabuhan. Indonesia sebenarnya sudah memiliki pos seperti itu di Hong Kong. Keberhasilan Indonesia di Hong Kong ini bahkan kini ditiru Filipina.

Berkaca dari kesuksesan di Hong Kong inilah Kemenlu berupaya membangun pos serupa di negara-negara yang selama ini menjadi tujuan utama WNI di luar negeri. Salah satu pos welcoming center yang akan dibangun adalah di Malaysia. “Jadi, orang Indonesia (yang ke Malaysia) sudah tahu kalau di tempat itu ada orang Kemenlu yang di sana.Jika ada masalah mereka bisa datang ke tempat itu.

Jadi, kalau ada warga negara yang datang didata,warga negara yang akan pulang pun bisa didata,”papar Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa. Marty berharap,dengan adanya pos welcoming center ini Kemenlu bisa mengetahui dengan pasti seberapa banyak jumlah WNI di luar negeri. Perbaikan data jumlah WNI di luar negeri memang menjadi salah satu prioritas Marty dalam masa jabatannya.

Selain banyaknya WNI yang ke luar negeri dengan cara ilegal, keengganan WNI untuk melapor ke perwakilan menjadi penyebab lain mengapa jumlah WNI di luar negeri sulit diketahui. Marty mengimbau agar setiap WNI yang ke luar negeri segera melapor ke perwakilan. Himbauan ini bukan bertujuan untuk mengganggu kenyamanan tapi lebih pada memfasilitasi Kemenlu dalam memberikan perlindungan kepada warga Indonesia di luar negeri.

“Seharusnya kan setiap warga negara kita yang berada di luar negeri diwajibkan melapor diri ke perwakilan sehingga kita tahu tinggalnya di mana.Namun,kewajiban melapor itu tidak selalu dilakukan warga negara kita,”tuturnya. Marty menegaskan,nantinya welcoming centertersebut tidak akan diisi banyak pejabat Kemenlu karena jika ditangani banyak orang justru akan menambah persoalan.

“Ini dilakukan dengan cara yang efisien. Semakin ramping semakin jelas siapa yang bertanggung jawab.Kalau banyak orang dan pejabat maka tidak tahu siapa yang bekerja.Yang penting fungsinya,” ucapnya. Welcoming center ini diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk mendata tapi juga lambang keberadaan Indonesia. “Kita ingin menunjukkan ada rasa kebersamaan di manapun WNI berada,” kata Marty.

Marty mengatakan, pengadaan welcoming center ini hanyalah salah satu upaya Kemenlu dalam melindungi WNI terutama TKI yang bermasalah di luar negeri. Persoalan utama TKI bermasalah tetap harus diselesaikan melalui akar permasalahannya yang berada di dalam negeri. “Lebih baik mencegah dari pada menunggu suatu permasalahan.Kita akan membuat program sosialisasi di dalam negeri.Kita mendatangi kabupaten dan provinsi di mana tenaga kerja kita datang,”ujarnya.

Sebagai upaya untuk melindungi TKI, Kemenlu juga memberikan nomor-nomor penting perwakilan RI serta menyosialisasikan budaya dan kehidupan negara tujuan kepada TKI.Namun, tak kalah penting adalah perubahan cultural coorporate value di antara negara penerima dan pengirim. “Pengiriman TKI demi kebaikan dua negara.Jadi,jangan menganggap sebagai sebuah konflik.

Bagi warga negara kita di luar negeri mereka mendapatkan nafkah tetapi kita juga memberi memberikan kontribusi. Kita harus duduk bersama, untuk kepentingan bersama,” tandas mantan juru bicara Kemenlu tersebut. Selain menambah pos welcoming center,Pemerintah RI juga membuka sembilan Kantor Perwakilan Diplomatik baru untuk semakin meningkatkan layanan kepada WNI di luar negeri.

Sembilan perwakilan diplomatik itu adalah Kazakstan, Azerbaijan, Bahrain, Oman, Mozambik, Panama, Ekuador, Bosnia-Herzegovina, dan Kroasia.Wilayah-wilayah tersebut dipilih karena selama ini didatangi banyak WNI. Bahrain misalnya,menjadi tempat bagi 14.000 TKI sedangkan di Oman terdapat 30.000 TKI. (maesaroh/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/299950/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford