Jago Diplomasi yang Tidak Suka Matematika
SEBAGAI diplomat, kepiawaian Dr RM Marty Natalegawa dalam melakukan lobi dan bersilat lidah di meja-meja perundingan internasional tidak perlu diragukan.
Namun, siapa sangka penggemar berat klub sepak bola Liverpool dan tim basket New York Knicks ini memiliki ‘musuh’ yang sulit dia taklukan,yaitu matematika. Saat diwawancarai Seputar Indonesia, Jumat (22/1), Marty mengaku kurang bisa menguasai ilmu hitung–menghitung yang juga menjadi momok banyak pelajar tersebut.
“Saya bukan ahli matematika. Waktu di sekolah dulu kalau ada pelajaran berhitung, saya selalu mendapat nilai jelek,” ucapnya malu-malu. Tapi, lupakan soal matematika atau ilmu berhitung dengan angka. Menteri berusia 46 tahun ini toh sudah membuktikan kiprah luar biasa dalam dunia diplomatik.Pria kelahiran 22 Maret 1963 ini bahkan bisa dibilang salah satu diplomat terbaik yang pernah dilahirkan Indonesia.
Memulai karier diplomatnya sebagai staf badan litbang Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) pada 1986, ayah tiga putra ini dengan cepat menaiki jenjang karier hingga akhirnya menjabat sebagai menteri luar negeri Indonesia. Marty yang lahir di Bandung ini sudah terbiasa dengan pergaulan internasional sejak berusia sembilan tahun.
Kecintaannya pada dunia diplomasi dia salurkan dengan mengambil jurusan Hubungan Internasional di London School of Economics and Political Science, University of London,1984 dan kemudian dilanjutkan dengan Master of Philosophy in International Relations, Corpus Christi College, Cambridge University pada 1985. Saat di London inilah, Marty bertemu sang istri Sranya Bamrungphong yang berasal dari Thailand.
Mereka bertemu pada 1984 dan memutuskan menikah pada 19 Februari 1987.Kendati datang dari keluarga berada, Marty pernah bekerja sebagai pengantar koran saat kuliah di Inggris karena tidak ingin bergantung pada orang tuanya. Pemilik gelar doktor hubungan internasional dari Australian National University ini langsung mendaftar di departemen luar negeri (kini kemenlu) setelah kembali ke Indonesia.
Dia memang berniat menjadi diplomat sejak kecil, terutama setelah tersinggung banyak teman-temannya di luar negeri tidak tahu keberadaan Indonesia. Nama Marty mulai menarik publik saat menjabat juru bicara deplu pada 2002. Penampilannya yang selalu klimis, charming, santun, dan smart membuat sosoknya disukai banyak orang.
Usai menjabat sebagai jubir deplu, pria yang pernah ikut demo pembebasan Nelson Mandela ini dipercaya menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Inggris dan Irlandia saat berusia 42 tahun. Prestasi ini mencatatkan namanya sebagai duta besar termuda dalam sejarah Indonesia.
Kariernya semakin melesat saat ditunjuk sebagai Wakil Tetap Republik Indonesia (RI) untuk PBB hingga akhirnya dipercaya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai menteri luar negeri Indonesia menggantikan Hassan Wirajuda yang sudah menempati jabatan selama delapan tahun terakhir.
“Saya punya kepercayaan besar kepada menteri luar negeri yang baru Dr Marty Natalegawa untuk berhasil menjalankan tugasnya di tengah suasana kondisi internasional yang juga tidak mudah,”ujar Hassan Wirajuda saat serah terima jabatan Menlu Oktober silam. Kepercayaan besar Hassan Wirajuda ini seolah mewakili bangsa Indonesia untuk mem-berikan tugas penuh kepada Marty guna membawa diplomasi Indonesia ke arah yang lebih baik dan bermartabat. (maesaroh/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/299951/
Komentar