Sempat Ragu,Pertama Kali Pameran Saat Usia 89


Usia senja identik dengan usia tidak produktif. Namun,hal itu tidak berlaku bagi Carmen Herrera. Nenek berusia 94 tahun ini justru menemukan bakat terpendamnya di kala usianya sudah tak lagi muda.


HERRERAdijuluki maestro pelukis di usia senjanya, ketika dia telah menggunakan kursi roda. Karya- karya Herrera mendunia dan diakui para kolektor lukisan di berbagai belahan dunia.

Setelah enam dekade lukisannya tidak pernah mendapatkan apresiasi dari siapa pun, lima tahun lalu, dia pertama kali berhasil menjual lukisannya. Tepatnya pada 2004, beberapa kolektor membujuk Herrera untuk memamerkan lukisannya di beberapa museum,seperti the Museum of Modern Art, the Hirshhorn Museum dan the Tate Modern. Berbagai pujian pun meluncur kepada nenek tanpa anak itu. Bahkan, tahun lalu,The Observer of London memuji Herrera sebagai penemu bentuk lukisan dekade ini.”Bagaimana kami bisa melupakan komposisi yang benar-benar cantik ini,” demikian pujian The Observer of London.

The New York Times menjuluki Herrera sebagai pelukis yang hebat. Kenapa? Ketika dunia seni lebih mengarah kepada pemujaan, dan sering diidentikkan dengan penghargaan,muda dan baru. Namun, Herrera mampu mewujudkan suatu perbedaan. Ketika banyak para pelukis lebih memilih fokus terhadap apa yang diinginkan pasar dan sejarah, Herrera tetap bertahan dengan keyakinannya. ”Saya melukis karena saya memang melukis, itu sebagai sebuah keharusan yang memberikan saya sebuah kebahagiaan,” ujarnya. ”Saya tidak pernah berpikir dalam kehidupan saya bahwa melukis untuk menghasilkan uang.

Saya berpikir pola pikir itu sangat vulgar. Saya hanya melukis dan tetap menunggu,”papar Herrera. Di usia hampir satu abad,justru hal yang tidak diinginkan kembali dalam kehidupan Herrera. ”Pada akhir kehidupan saya,saya mendapatkan begitu banyak pengakuan kepada kesenangan dan kekaguman saya,”tuturnya. Herrera mulai melukis sejak 1930-an dengan dukungan dari sang suami Jesse Loewenthal yang meninggal pada 2000 atau usia 98 tahun. Anehnya, lukisan Herrera mulai dilirik para kolektor setelah kematian sang suami. ”Semua orang mengatakan bahwa Jesse yang mengendalikan ini semua dari atas,”paparnya.”Yeah,benar,Jesse berada di atas awan,”paparnya.

Memang jalan kesuksesan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kadang, kesuksesan juga menunggu giliran dan waktu. Bagi Herrerra,kesuksesan memerlukan kesabaran dan kerja keras. Bagi Herrera, kesuksesan justru diraih pada di usia senja ketika banyak orang beristirahat. Kini, lukisan Herrera dihargai mencapai USD30.000 (Rp288 juta).Bahkan,harga lukisan pesanan bisa mencapai USD44.000. Uang sebanyak itu tidak dibayangkan sebelumnya oleh Herrera.”Kini saya memiliki banyak uang. Padahal,sebelumnya tidak pernah seperti ini,”paparnya. Meskipun kini menjadi jutawan, Herrera tidak hidup mewah.

”Saya hanya berpikir untuk melukis dan melukis,”tuturnya.”Hanya dengan melukis yang menjadi semangat saya untuk tetap hidup,” ungkapnya. Nenek yang lahir pada 1915 di Havana, Kuba merupakan putri dari pendidik harianEl Mundodan ibunya merupakan seorang jurnalis.

Herrera mendapatkan pendidikan seni sedari kecil dan pernah belajar arsitek dari salah satu universitas di Kuba.Pada 1939,dia menikah dengan Loewenthal dan pindah ke New York. (NYT/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/291895/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford