Rusia dan China Sepakati Kerja Sama Rudal
MOSKOW(SI) – Moskow dan Beijing semakin memperkuat kerjasama di berbagai bidang dalam lawatan Perdana Menteri (PM) Rusia Vladimir Putin ke China pekan ini.
Beberapa kesepakatan baru paling krusial ialah kerja sama dalam peluncuran rudal dan pengembangan kereta berkecepatan tinggi. ”Lebih dari 10 dokumen telah siap ditandatangani, termasuk kesepakatan antar kedua pemerintah dalam hal peluncuran rudal balistik,”demikian keterangan pemerintahan Rusia. Selain itu juga kedua negara menyepakati kerjasama pengembangan kereta berkecepatan tinggi yang melintas di wilayah Rusia.
Kedua negara itu memang terus mengonsolidasi kekuatan kemitraan strategis dengan koordinasi yang lebih baik dalam urusan global. Keduanya juga terus meningkatkan kerja sama perekonomian. Mereka beranggapan bahwa kedua negara tersebut tidak boleh kalah dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Putin melakukan kunjungan ke China pada hari ini hingga Rabu (14/10). Selama kunjungan tersebut, dia jadwalkan bertemu dengan PM China Wen Jiabao. Pada Rabu (14/10), Putin direncanakan menghadiri Shanghai Cooperation Organisation (SCO) yang merupakan organisasi keamanan regional yang didominasi China dan Rusia. SCO merupakan organisasi yang berperan sebagai penyeimbang kekuatan Barat.
Pemerintah Rusia mengungkapkan, pertemuan SCO akan mengadopsi sebuah dokumen penting mengenai langkah-langkah kerjasama dalam rangka memerangi krisis keuangan global. Hanya saja, detail mengenai kesepakatan tersebut tidak dijelaskan. Selain Rusia dan China, SCO juga beranggotakan negara-negara yang pernah menjadi jajahan Uni Soviet, seperti Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Uzbekistan. Sedangkan India, Iran, Mongolia dan Pakistan berstatus sebagai pengamat. Sementara di dalam negeri Rusia,Medvedev menghadapi ujian untuk janjinya mendorong demokrasi. Kemarin, pemilihan umum (pemilu) lokal yang melibatkan 30 juta pemilih telah dibuka.
Kelompok oposisi menuduh pemerintah Moskow telah melakukan kecurangan dalam pemilu lokal. Oposisi Rusia juga menagih janji Medvedev yang hendak menghilangkan monopoli partai berkuasa Persatuan Rusia (UR) dalam sistem politik Kremlin.Oposisi menuduh,demokrasi masih dihegemoni oleh pendahulu Medvedev, Vladimir Putin yang kini menjadi PM Rusia. Menurut oposisi, situasi di Rusia kian memburuk sejak Medvedev berkuasa pada Mei 2008.
”Kompetisi politik secara praktis adalah omong kosong. Medvedev mengatakan bahwa kita perlu kompetisi, kita perlu sistem multi partai, tapi hasil pemilu menunjukkan yang sebaliknya,” tegas Liliya Shibanova, kepala lembaga jajak pendapat independen,Golos. Pemilu distrik dan regional itu digelar di 76 kawasan dari total 83 wilayah di Rusia.
Ada enam partai yang terdaftar untuk pemilu di kota Moskow,tapi hanya ada poster UR di kota tersebut. Golos juga mengungkapkan laporan bahwa pemerintah Moskow telah menekan para pekerja untuk memilih partai berkuasa. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/276042/
Beberapa kesepakatan baru paling krusial ialah kerja sama dalam peluncuran rudal dan pengembangan kereta berkecepatan tinggi. ”Lebih dari 10 dokumen telah siap ditandatangani, termasuk kesepakatan antar kedua pemerintah dalam hal peluncuran rudal balistik,”demikian keterangan pemerintahan Rusia. Selain itu juga kedua negara menyepakati kerjasama pengembangan kereta berkecepatan tinggi yang melintas di wilayah Rusia.
Kedua negara itu memang terus mengonsolidasi kekuatan kemitraan strategis dengan koordinasi yang lebih baik dalam urusan global. Keduanya juga terus meningkatkan kerja sama perekonomian. Mereka beranggapan bahwa kedua negara tersebut tidak boleh kalah dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Putin melakukan kunjungan ke China pada hari ini hingga Rabu (14/10). Selama kunjungan tersebut, dia jadwalkan bertemu dengan PM China Wen Jiabao. Pada Rabu (14/10), Putin direncanakan menghadiri Shanghai Cooperation Organisation (SCO) yang merupakan organisasi keamanan regional yang didominasi China dan Rusia. SCO merupakan organisasi yang berperan sebagai penyeimbang kekuatan Barat.
Pemerintah Rusia mengungkapkan, pertemuan SCO akan mengadopsi sebuah dokumen penting mengenai langkah-langkah kerjasama dalam rangka memerangi krisis keuangan global. Hanya saja, detail mengenai kesepakatan tersebut tidak dijelaskan. Selain Rusia dan China, SCO juga beranggotakan negara-negara yang pernah menjadi jajahan Uni Soviet, seperti Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Uzbekistan. Sedangkan India, Iran, Mongolia dan Pakistan berstatus sebagai pengamat. Sementara di dalam negeri Rusia,Medvedev menghadapi ujian untuk janjinya mendorong demokrasi. Kemarin, pemilihan umum (pemilu) lokal yang melibatkan 30 juta pemilih telah dibuka.
Kelompok oposisi menuduh pemerintah Moskow telah melakukan kecurangan dalam pemilu lokal. Oposisi Rusia juga menagih janji Medvedev yang hendak menghilangkan monopoli partai berkuasa Persatuan Rusia (UR) dalam sistem politik Kremlin.Oposisi menuduh,demokrasi masih dihegemoni oleh pendahulu Medvedev, Vladimir Putin yang kini menjadi PM Rusia. Menurut oposisi, situasi di Rusia kian memburuk sejak Medvedev berkuasa pada Mei 2008.
”Kompetisi politik secara praktis adalah omong kosong. Medvedev mengatakan bahwa kita perlu kompetisi, kita perlu sistem multi partai, tapi hasil pemilu menunjukkan yang sebaliknya,” tegas Liliya Shibanova, kepala lembaga jajak pendapat independen,Golos. Pemilu distrik dan regional itu digelar di 76 kawasan dari total 83 wilayah di Rusia.
Ada enam partai yang terdaftar untuk pemilu di kota Moskow,tapi hanya ada poster UR di kota tersebut. Golos juga mengungkapkan laporan bahwa pemerintah Moskow telah menekan para pekerja untuk memilih partai berkuasa. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/276042/
Komentar