Pernah Dianggap Terganggu Mentalnya,Kini Menjadi Pahlawan
Bagi William Kamkwamba,22, pemuda dari Malawi, sebuah negara di Benua Afrika, mimpi adalah kunci masa depan.Mimpi untuk menyediakan energi listrik bagi desanya memacu Kamkwamba untuk terus bekerja keras.
”Aku ingin melakukan sesuatu untuk membantu dan mengubah keadaan,” kata Kamkwamba.”Kemudian, aku bertanya kepada diriku sendiri, jika mereka dapat menghasilkan listrik dari angin, aku seharusnya bisa juga mencoba,” imbuhnya seperti dikutip CNN belum lama ini.
Demi mewujudkan impiannya itu, Kamkwamba yang putus sekolah karena tidak bisa membayar biaya USD80 menghabiskan waktu berhari-hari di perpustakaan. Dia akhirnya berhasil menemukan inspirasi,yaitu sebuah buku dengan gambar kincir angin.”Saya pikir,hal ini ada dalam buku ini, itu berarti orang lain berhasil membangun mesin seperti ini,”ungkapnya.
Dengan modal awal buku tersebut, ketika berusia 14 tahun, Kamkwamba mencari berbagai barang dan perlengkapan yang bisa digunakan untuk membuat kincir angin. Dia mencari sepeda, pipa plastik,dan aki bekas.Setelah semua perlengkapan terkumpul, Kamkwamba mendirikan menara dari potongan kayu pohon karet.
”Semua orang tertawa ketika saya memberi tahu mereka bahwa saya membangun kincir angin.Mereka pikir saya terganggu mentalnya,” kata Kamkwamba. ”Untuk membahagiakan warga, saya hanya mengatakan kepada mereka, aku hanya bermain dengan bendabenda ini. Itu terdengar lebih normal,” lanjutnya.
Itu dia lakukan pada 2002. ”Parahnya, mereka berpikir bahwa saya menghisap ganja,”katanya. Bagaimana saat ini? Sekarang, Kamkwamba telah memiliki lima kincir angin setinggi 11 meter.Dia membangun salah satu kincir angin di dekat sekolah di mana dia mengajar cara membangun kincir angin.
Kincir angin itu menghasilkan listrik dan juga menjadi pompa air di desanya, yang terletak di sebelah utara Ibu Kota Malawi, Lilongwe.Kini tetangganya secara rutin datang ke rumahnya untuk mengisi daya baterai atau sekadar mampir mendengarkan musik dari radio. Kamkwamba pun kini tidak lagi disebut orang gila.
Dia justru disebut sebagai pahlawan bagi Malawi karena mampu menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda di Afrika dan seluruh dunia. ”Aku ingin menyelesaikannya hanya untuk membuktikan bahwa mereka salah bilang saya orang gila,”papar Kamkwamba.
Kamkwamba mampu mendorong masyarakat di Malawi untuk berkreasi. Dia mendorong masyarakat Malawi agar tidak menyerah dengan keadaan alam yang tidak ramah seperti kekeringan dan tanah yang kurang subur. Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Al Gore yang juga aktivis lingkungan hidup mengapresiasi gebrakan Kamkwamba.
Kamkwamba kini berusia 22 tahun dan menjadi seorang mahasiswa di Akademi Kepemimpinan Afrika, sebuah sekolah elite di Afrika Selatan.Seorang dermawan memberinya beasiswa untuk melanjutkan studi.Kamkwamba juga mendapatkan apresiasi dunia internasional.Dia diundang dalam konferensi Desain Teknologi Hiburan di Arusha,Tanzania.
Seorang mantan jurnalis Bryan Mealer khusus datang ke Afrika untuk meliput apa yang ia lakukan. Laporannya dijadikan sebuah buku yang berjudul The Boy Who Harnessed the Wind. Mealer, pria asal San Antonio, Texas, AS, yang pernah tinggal di Desa Kamkwamba selama berbulan- bulan, mengatakan cerita mengenai Kamkwamba mampu menjadi inspirasi yang menyegarkan setelah bertahun-tahun wilayah tersebut dikenal sebagai zona konflik. (andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/274921/
”Aku ingin melakukan sesuatu untuk membantu dan mengubah keadaan,” kata Kamkwamba.”Kemudian, aku bertanya kepada diriku sendiri, jika mereka dapat menghasilkan listrik dari angin, aku seharusnya bisa juga mencoba,” imbuhnya seperti dikutip CNN belum lama ini.
Demi mewujudkan impiannya itu, Kamkwamba yang putus sekolah karena tidak bisa membayar biaya USD80 menghabiskan waktu berhari-hari di perpustakaan. Dia akhirnya berhasil menemukan inspirasi,yaitu sebuah buku dengan gambar kincir angin.”Saya pikir,hal ini ada dalam buku ini, itu berarti orang lain berhasil membangun mesin seperti ini,”ungkapnya.
Dengan modal awal buku tersebut, ketika berusia 14 tahun, Kamkwamba mencari berbagai barang dan perlengkapan yang bisa digunakan untuk membuat kincir angin. Dia mencari sepeda, pipa plastik,dan aki bekas.Setelah semua perlengkapan terkumpul, Kamkwamba mendirikan menara dari potongan kayu pohon karet.
”Semua orang tertawa ketika saya memberi tahu mereka bahwa saya membangun kincir angin.Mereka pikir saya terganggu mentalnya,” kata Kamkwamba. ”Untuk membahagiakan warga, saya hanya mengatakan kepada mereka, aku hanya bermain dengan bendabenda ini. Itu terdengar lebih normal,” lanjutnya.
Itu dia lakukan pada 2002. ”Parahnya, mereka berpikir bahwa saya menghisap ganja,”katanya. Bagaimana saat ini? Sekarang, Kamkwamba telah memiliki lima kincir angin setinggi 11 meter.Dia membangun salah satu kincir angin di dekat sekolah di mana dia mengajar cara membangun kincir angin.
Kincir angin itu menghasilkan listrik dan juga menjadi pompa air di desanya, yang terletak di sebelah utara Ibu Kota Malawi, Lilongwe.Kini tetangganya secara rutin datang ke rumahnya untuk mengisi daya baterai atau sekadar mampir mendengarkan musik dari radio. Kamkwamba pun kini tidak lagi disebut orang gila.
Dia justru disebut sebagai pahlawan bagi Malawi karena mampu menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda di Afrika dan seluruh dunia. ”Aku ingin menyelesaikannya hanya untuk membuktikan bahwa mereka salah bilang saya orang gila,”papar Kamkwamba.
Kamkwamba mampu mendorong masyarakat di Malawi untuk berkreasi. Dia mendorong masyarakat Malawi agar tidak menyerah dengan keadaan alam yang tidak ramah seperti kekeringan dan tanah yang kurang subur. Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Al Gore yang juga aktivis lingkungan hidup mengapresiasi gebrakan Kamkwamba.
Kamkwamba kini berusia 22 tahun dan menjadi seorang mahasiswa di Akademi Kepemimpinan Afrika, sebuah sekolah elite di Afrika Selatan.Seorang dermawan memberinya beasiswa untuk melanjutkan studi.Kamkwamba juga mendapatkan apresiasi dunia internasional.Dia diundang dalam konferensi Desain Teknologi Hiburan di Arusha,Tanzania.
Seorang mantan jurnalis Bryan Mealer khusus datang ke Afrika untuk meliput apa yang ia lakukan. Laporannya dijadikan sebuah buku yang berjudul The Boy Who Harnessed the Wind. Mealer, pria asal San Antonio, Texas, AS, yang pernah tinggal di Desa Kamkwamba selama berbulan- bulan, mengatakan cerita mengenai Kamkwamba mampu menjadi inspirasi yang menyegarkan setelah bertahun-tahun wilayah tersebut dikenal sebagai zona konflik. (andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/274921/
Komentar