Myanmar Lunakkan Sikap pada Suu Kyi
HUA HIN (SI) – Perdana Menteri (PM) Myanmar Thein Sein kemarin mengungkapkan kepada para pemimpin Asia bahwa junta militer melihat peranan penting ikon demokrasi Aung San Suu Kyi dalam rekonsiliasi menjelang Pemilu 2010.
Karena itu,Myanmar mengemukakan kemungkinan meringankan hukuman Suu Kyi. Pernyataan menyejukkan itu diungkapkan Sein menyusul kebijakan pemerintah junta untuk mengizinkan Suu Kyi bertemu dengan seorang menteri, dan janji Amerika Serikat (AS) dalam mengubah pendekatannya terhadap negeri komunis tersebut.
“Saya optimistis bahwa dia (Suu Kyi) dapat berkontribusi dalam proses rekonsiliasi nasional,” demikian dikatakan PM Thailand Abhisit Vejjajiva mengutip pernyataan Sein. Abhisit tidak menjelaskan apakah pernyataan Sein itu mengindikasi bahwa Suu Kyi akan diizinkan ambil bagian dalam proses pemilu.
Abhisit mengatakan,Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) juga menyambut gembira sikap AS yang semakin melunak dalam menjalin hubungan dengan junta Myanmar. “Satu hal yang kita sepakati adalah kita menyambut tanda-tanda hubungan lebih lanjut sebagai respons dalam beberapa perkembangan di Myanmar.ASEAN selalu mengajukan hubungan baik dengan pendekatan yang tepat,”kata Abhisit.
Meskipun kelompok Hak Asasi Manusia mengkritik ASEAN yang terkesan mandul dalam menyikapi kasus Suu Kyi,Abhisit membantah tudingan tersebut. “Tidak benar, kita sedang mendiskusikannya.Semua pihak sepakat bahwa kita akan membantu Myanmar untuk melangkah maju menyelesaikan peta jalan menuju demokrasi,”papar Abhisit.
Myanmar mengungkapkan “peta jalan menuju demokrasi” pada 2008 dengan mengamandemen konstitusi, hanya beberapa hari setelah badai siklon Nargis merenggut ribuan warganya.“Selama pertemuan (dengan Myanmar), ada beberapa laporan yang menunjukkan bahwa beberapa tahanan telah dibebaskan,”ujar Abhisit. Sementara itu, PM India Manmohan Singh mengomentari sinyal baik pencairan hubungan AS dan Myanmar sebagai suatu hal yang perlu didorong. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/279500/
Karena itu,Myanmar mengemukakan kemungkinan meringankan hukuman Suu Kyi. Pernyataan menyejukkan itu diungkapkan Sein menyusul kebijakan pemerintah junta untuk mengizinkan Suu Kyi bertemu dengan seorang menteri, dan janji Amerika Serikat (AS) dalam mengubah pendekatannya terhadap negeri komunis tersebut.
“Saya optimistis bahwa dia (Suu Kyi) dapat berkontribusi dalam proses rekonsiliasi nasional,” demikian dikatakan PM Thailand Abhisit Vejjajiva mengutip pernyataan Sein. Abhisit tidak menjelaskan apakah pernyataan Sein itu mengindikasi bahwa Suu Kyi akan diizinkan ambil bagian dalam proses pemilu.
Abhisit mengatakan,Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) juga menyambut gembira sikap AS yang semakin melunak dalam menjalin hubungan dengan junta Myanmar. “Satu hal yang kita sepakati adalah kita menyambut tanda-tanda hubungan lebih lanjut sebagai respons dalam beberapa perkembangan di Myanmar.ASEAN selalu mengajukan hubungan baik dengan pendekatan yang tepat,”kata Abhisit.
Meskipun kelompok Hak Asasi Manusia mengkritik ASEAN yang terkesan mandul dalam menyikapi kasus Suu Kyi,Abhisit membantah tudingan tersebut. “Tidak benar, kita sedang mendiskusikannya.Semua pihak sepakat bahwa kita akan membantu Myanmar untuk melangkah maju menyelesaikan peta jalan menuju demokrasi,”papar Abhisit.
Myanmar mengungkapkan “peta jalan menuju demokrasi” pada 2008 dengan mengamandemen konstitusi, hanya beberapa hari setelah badai siklon Nargis merenggut ribuan warganya.“Selama pertemuan (dengan Myanmar), ada beberapa laporan yang menunjukkan bahwa beberapa tahanan telah dibebaskan,”ujar Abhisit. Sementara itu, PM India Manmohan Singh mengomentari sinyal baik pencairan hubungan AS dan Myanmar sebagai suatu hal yang perlu didorong. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/279500/
Komentar