Aktivis Dunia Angkat Isu Iklim

NEWYORK(SI) – Ribuan aktivis lingkungan di penjuru Asia,Amerika,Eropa dan Timur Tengah menggelar demonstrasi untuk menggalang opini publik menentang pemanasan global.

Aksi tersebut dilakukan kemarin, 50 hari menjelang konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang perubahan iklim. Demonstrasi global itu dilakukan dengan berbagai cara unik. Ribuan orang berkumpul di ikon Kota Sydney,Opera House,dengan membentang logo 350. Angka itu merupakan batas maksimum per juta CO2 di atmosfer agar tidak terjadi pemanasan global.

Di Times Square,New York,kerumunan massa berkumpul saat layar raksasa menampilkan berbagai foto dari seluruh penjuru dunia. Panitia penyelenggara mengungkapkan, demonstrasi terkait perubahan iklim tersebut diselenggarakan di lebih 180 negara dan 5.200 acara.

Di Prancis, politisi menerima seruan “bangun”dari ribuan warga Paris yang memilih arloji sebagi simbol mereka. Para demonstran berkumpul di taman pusat Paris dan menyetel pengatur waktu dan ponsel mereka pada pukul 12:18 dini hari,sesuai dengan tanggal penutupan Konferensi Tingkat Tinggi PBB tentang perubahan iklim di Kopenhagen yang berlangsung 7–18 Desember.

KTT tersebut merupakan agenda penting karena pemimpin dunia akan menyusun pakta baru untuk pengurangan emisi gas rumah kaca sebagai pengganti Protokol Kyoto yang akan berakhir pada 2010.Namun, para pejabat senior dari Amerika Serikat (AS) dan China, dua negara penghasil polusi terbesar di dunia, memperingatkan, perundingan tersebut mungkin akan gagal.

Memang ada kekhawatiran bahwa kesepakatan Kopenhagen akan dirusak berbagai isu termasuk politik dalam negeri AS serta masalah kesepakatan antara negara maju dan berkembang. Para aktivis lingkungan menyatakan, masa depan bumi berada di Kopenhagen. Dari Berlin, 350 demonstran menggunakan masker yang bergambarkan Kanselir Jerman Angela Merkel di depan Brandenburg Gate.

Di London, lebih dari 600 orang berkumpul di kincir The London Eye Ferris yang membelah Sungai Thames sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap pemanasan global. Sebuah foto yang diambil dari udara menampilkan gambar raksasa angka “tiga”dan “nol”dari seluruh dunia. “Ratusan ribu orang akan ambil bagian dan untuk kita akan sangat penting ketika orang turun ke jalanan.

Kita ingin langkah serius terhadap perubahan iklim dan kita menginginkan itu dilakukan sekarang,” ujar aktivis lingkungan Abi Edgar. Sepanjang Sungai Thames, sekitar 100 musisi bermain terompet, trombon, saksofon, dan klarinet. Mereka memainkan nada dengan frekuensi 350 Hz selama 350 detik.

Di Ibu Kota Lebanon, Beirut, ratusan aktivis menggunakan baju dan perlengkapan menyelam sambil berunjuk rasa di situs arkeologis, sisa reruntuhan peninggal Romawi,sambil membawa logo 350 hari. “Ini bukan pertama kali Beirut akan berada di bawah air. Kali ini kita akan terus tenggelam karena perubahan iklim, bukan karena gempa bumi,” ujar Wael Hmaidan dari kelompok peduli lingkungan IndyACT, menjelaskan tentang alasan memakai baju penyelam dalam unjuk rasa tersebut.

Ratusan aktivis lingkungan di Turki juga menggelar demonstrasi di sebuah kapal.Mereka membentangkan spanduk bertuliskan “Matahari, angin, sekarang juga!”. Kapal itu berlayar di bawah jembatan yang menghubungkan Asia dan Eropa di Selat Bosphorus.Mereka juga berlayar ke Menara Maiden dengan membentang spanduk, “Pekerjaan,Iklim,Keadilan”.

Bisa dibilang demonstrasi pemanasan global kali ini mengangkat tema 350. Angka itu sebenarnya adalah 350 ppm (bagian per juta), angka yang merupakan ambang batas akhir emisi karbon dioksida di atmosfer. Jika ambang batas itu terlewati,maka pemanasan global akan semakin parah.Menurut temuan ilmuwan iklim NASA James Hanse, atmosfer saat ini telah memiliki kadar CO2 390 ppm. Angka 350 pun menjadi nama situs 350.org yang dibuat Bill McKibben.

Pendiri 350.org itu mengungkapkan, kelompoknya telah menyebar ke berbagai negara, mulai dari Australia hingga Denmark. McKibben yang juga penulis buku “The End of Nature” mengungkapkan bahwa hari ini adalah sebuah keunikan karena ilmu pengetahuan diabadikan menjadi sebuah topik politik yang rumit. (AFP/Rtr/CNN/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/279501/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia