Alice Munro, Mengajarkan Kebijaksanaan melalui Novel


Komitmen Alice Munro terhadap cerita sangat impresif.Setiap efek kejutan yang ditulisnya mampu menarik perhatian pembaca.Bahasa yang digunakan pun mengalir bagaikan air.

PENULIScerita pendek asal Kanada Alice Munro meraih penghargaan sastra bergengsi Man Booker International Prize yang diumumkan beberapa waktu lalu. Penulis berusia 77 tahun ini adalah orang ketiga yang meraih penghargaan dua tahunan ini sehingga berhak membawa pulang 60.000 poundsterling.

“Saya benar-benar kaget dan sangat gembira,” kata Munro kepada Reuters. Perempuan ini mengalahkan para nomine lain seperti pemenang Nobel VS Naipaul, penulis Australia Peter Carey, dan novelis Peru, Mario Vargas Llosa. Panel juri dalam pernyataannya mengatakan, Alice Munro dikenal sebagai penulis cerita pendek yang karyanya memberikan kedalaman, kebijaksanaan, dan presisi seperti kebanyakan novelis dalam karya-karya mereka.

“Membaca karya Alice Munro berarti kita belajar sesuatu yang baru, yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya,” demikian pernyataan juri. Adapun menurut Jane Smiley, karya-karya Munro memang sederhana, enak dibaca, dan tematemanya mengerucut. “Kadang kedalaman cerita pendek Munro lebih detail dibandingkan sebuah novel,”papar Smiley,salah satu juri Man Booker. Man Booker International Prize merupakan penghargaan kepada penulis fiksi yang masih hidup,baik karya yang ditulis dalam bahasa Inggris atau yang tersedia dalam versi terjemahan bahasa Inggris.

Pemenangnya dipilih oleh panel juri yang tahun ini diketuai penulis Amerika Serikat Jane Smiley.Tidak seperti penghargaan induknya, Man Booker Prize, yang hanya memberikan penghargaan untuk penulis atas satu karya,penghargaan versi internasionalnya dinilai dari keseluruhan karya-karya mereka. Pemenang pertama penghargaan ini adalah penulis Albania, Ismail Kadare, pada 2005 dan dua tahun lalu anugerah yang sama diberikan kepada penulis Nigeria Chinua Achebe yang karyanya mampu menghipnotis jutaan pembacanya.

Munro mengaku, setiap ide penulisannya berangkat dari pengalaman, anekdot,cerita di masyarakat hingga menjadi sebuah cerita lengkap.Dia juga selalu membiasakan menulis dengan komputer meskipun usianya telah lanjut.Dia juga menulis setiap hari sambil mengerjakan aktivitas rumah. Dia selalu memberikan nasihat kepada penulis muda untuk rajin membaca. Dia mengaku setiap penulis memang memiliki perbedaan dalam gayanya.Bagaimana kita jitu dalam menulis? “Jangan membaca (ketika menulis cerita), jangan berpikir, tapi tulislah,” paparnya.

“Jangan pernah menyerah dengan kesalahan dan kegagalan yang telah Anda perbuat,” imbuh Munro kepada Random House, situs kumpulan penulis ternama. Dalam menulis cerita pendek, Munro mampu menyajikan kisah kehidupan yang menyentuh hanya dalam satu halaman.Dia mengaku bercerita tentang kehidupan tidak lepas dari kedalaman karakter yang dimainkan dalam cerita itu.

“Bercerita dari hal sepele dan itu menjadi bagian paling menarik dalam kehidupan,”paparnya. Munro juga menuturkan bahwa dia selalu menulis di saat yang terbaik dalam kehidupannya. Beberapa karya Munro yang terkenal antara lain No Love Lost (2003), Vintage Munro (2004), Runaway (2004, pemenang The 2004 Giller Prize), The View from Castle Rock (2006), dan Too Much Happiness (2009). Siapa sebenarnya Munro? Dia lahir di Ontario, Kanada, 10 Juli 1931.

Koleksi cerita pendeknya yang pertama, Dance of the Happy Shades (1968), meraih penghargaan sastra Kanada The Governor General’s Award. Tiga tahun kemudian karyanya yang lain,Lives of Girls and Women, mendapatkan Canadian Booksellers Association International Book Year Award.Pada 1980, karyanya yang lain, The Beggar Maid,masuk nominasi penghargaan tahunan Booker Prize untuk kategori fiksi. Dia juga pernah tiga kali mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jenderal Kanada untuk kategori fiksi sebanyak tiga kali.

Tak ayal, dia pun menjadi penulis cerita pendek yang termasyhur di Kanada. Sebagian besar tempat ceritanya berada di Southwestern Ontario dan the Canadian Pacific Northwest. Semunya ceritanya mampu mengalir bagi semua pembacanya. Munro mulai menulis cerita pendek sejak dia menjadi mahasiswi di Universitas Western Ontario pada 1950. Cerita pendek tersebut berjudul, “The Dimensions of a Shadow”.Dia keluar dari kuliahnya karena menikah dengan James Munro dan pindah ke Vancouver.

Setelah bercerai dengan suaminya pada 1972, dia kembali menjadi penulis. Pujian atas karya-karya Munro pun terus mengalir.Penulis Amerika Cynthia Ozick menyebut Munro sebagai “(Anton) Chekhov kita”. Chekhov merupakan penulis termasyhur dari Rusia. Ozick mengemukakan, alur dan cerita yang disajikan Munro sangat rapi dan gambaran di dalamnya begitu nyata. Penulis lainnya, Garan Holcombe,mengungkapkan cerita yang ditulis Munro mampu memberikan penerangan dan pencerahan bagi pembacanya.

“Cinta dan pekerjaan, keduanya saling menyatu. Munro juga ingin berbagai mengenai obsesi Chekov di saat ini dan perkembangan zaman yang terus berubah,” paparnya. (andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/250540/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford