Warga Swat Diminta Mengungsi
MINGORA (SI) – Pemerintah Pakistan kemarin meminta agar warga Lembah Swat di Pakistan Barat Laut mengungsi. Khushal Khan Khattak, kepala pemerintahan Swat mengatakan,pihak berwenang sudah mencabut larangan keluar rumah supaya warga bisa mengungsi dari sekitar kota utama, Mingora.
Ketegangan di lembah Swat tersebut seiring rencana pertemuan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pada Rabu (hari ini). Bahkan, para gerilyawan Taliban telah menyusup ke lima distrik Mingora, pusat kota di Swat. Mereka mulai menyerang pasukan keamanan dan pusat pemerintahan. ”Kita memberlakukan jam malam hari ini (kemarin) dan meminta mereka mengungsi karena pasukan keamanan akan menyisir para gerilyawan. Kita tidak ingin timbul korban sipil,” ujar Khattak kepada Reuters.
Meningkatnya kekerasan dan meluaskan kekuasaan Taliban menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi AS.Pasalnya,Pakistan memiliki senjata nuklir dan menjadi negara kunci dalam stabilitas Afghanistan. Para penduduk Mingora pun mengatakan, para gerilyawan telah mengepung sebuah pangkalan pasukan militer di pusat pembangkit listrik.
Mereka juga menyebut Taliban telah menguasai beberapa gedung pemerintah dan berpatroli di jalanan. Khattak menolak berkomentar mengenai situasi di Swat,terutama pengepungan prajurit Pakistan. Namun, pejabat senior militer di Swat mengungkapkan operasi bakal diluncurkan untuk pembebasan 46 tentara paramiliter yang terkepung di pangkalannya.
”Kita bertindak dengan cukup hati-hati karena mereka (Taliban) menggunakan warga sipil sebagai tameng. Kita akan bertindak jika situasi tambah memburuk,” papar pejabat militer yang tidak mau disebutkan namanya. Sebelumnya, Februari lalu, Taliban yang beroperasi di kawasan Lembah Swat mencapai kesepakatan damai dengan pemerintah. Namun, kesepakatan itu belakangan berada dalam tekanan karena Taliban memperluas operasinya ke kawasan sekitar. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/235959/
Ketegangan di lembah Swat tersebut seiring rencana pertemuan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pada Rabu (hari ini). Bahkan, para gerilyawan Taliban telah menyusup ke lima distrik Mingora, pusat kota di Swat. Mereka mulai menyerang pasukan keamanan dan pusat pemerintahan. ”Kita memberlakukan jam malam hari ini (kemarin) dan meminta mereka mengungsi karena pasukan keamanan akan menyisir para gerilyawan. Kita tidak ingin timbul korban sipil,” ujar Khattak kepada Reuters.
Meningkatnya kekerasan dan meluaskan kekuasaan Taliban menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi AS.Pasalnya,Pakistan memiliki senjata nuklir dan menjadi negara kunci dalam stabilitas Afghanistan. Para penduduk Mingora pun mengatakan, para gerilyawan telah mengepung sebuah pangkalan pasukan militer di pusat pembangkit listrik.
Mereka juga menyebut Taliban telah menguasai beberapa gedung pemerintah dan berpatroli di jalanan. Khattak menolak berkomentar mengenai situasi di Swat,terutama pengepungan prajurit Pakistan. Namun, pejabat senior militer di Swat mengungkapkan operasi bakal diluncurkan untuk pembebasan 46 tentara paramiliter yang terkepung di pangkalannya.
”Kita bertindak dengan cukup hati-hati karena mereka (Taliban) menggunakan warga sipil sebagai tameng. Kita akan bertindak jika situasi tambah memburuk,” papar pejabat militer yang tidak mau disebutkan namanya. Sebelumnya, Februari lalu, Taliban yang beroperasi di kawasan Lembah Swat mencapai kesepakatan damai dengan pemerintah. Namun, kesepakatan itu belakangan berada dalam tekanan karena Taliban memperluas operasinya ke kawasan sekitar. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/235959/
Komentar