Vaksin Flu Babi Siap Juni Mendatang
JENEWA(SI) – Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan industri farmasi akan siap memproduksi vaksin flu babi pada akhir Juni atau selambatnya awal Juli mendatang.
Wakil Direktur Jenderal WHO Keiji Fukuda menjelaskan, para pakar virus belum menentukan jumlah vaksin yang akan diproduksi.” Kami belum akan menentukan jumlahnya untuk jangka waktu beberapa saat,”kata Fukuda. Diperkirakan, para produsen vaksin akan membuat 4,9 miliar dosis vaksin antivirus A/H1N1 per tahun.
WHO berharap dapat mengirim sampel-sampel virus flu babi untuk diteliti perusahaan farmasi pada akhir Mei. Selain itu, WHO juga sedang mencari dana dari Bank Dunia dan lembaga kesehatan internasional untuk memproduksi vaksin di negara-negara yang tidak mampu. Fukuda mengungkapkan, vaksin hanya salah satu cara mencegah pandemi virus flu babi yang telah menginfeksi lebih dari 11.100 orang dan menewaskan 86 orang di seluruh penjuru negara.
Sebelumnya,Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon dan Direktur Jenderal WHO Margaret Chan bertemu dengan lebih dari 30 pemilik industri vaksin pada Selasa (19/5). PBB dan WHO mendesak mereka untuk membantu menjamin akses yang sama untuk setiap vaksin flu babi.
”Kami mendapatkan komitmen yang sungguh-sungguh dari semua perusahaan di Utara dan di Selatan guna bekerja sama dengan WHO,”kata Chan. Meskipun WHO bukan lembaga penunjang dana, dia telah menegosiasikan masalah itu dengan para pengusaha vaksin.
”Kami akan meneliti mekanisme yang berbeda guna menjamin bahwa negara dan warga miskin tak terabaikan,” papar Chan yang menyarankan agar negara-negara berkembang siap menghadapi berbagai kasus flu babi. Chan memprediksi, mutasi virus flu babi tidak dapat ditebak siapa pun. Dia pun mengungkapkan bahwa dunia harus siap dengan jumlah korban yang terus meningkat.”
Virus H1N1 telah meluas dan tersebar di berbagai komunitas, dunia, serta diperkirakan akan timbul inveksi yang fatal.Virus itu sangat licin,”paparnya. Sementara itu, Departemen Kesehatan Amerika Serikat (AS) menyiapkan USD1 miliar untuk membantu perusahaan vaksin membuat penangkal virus flu babi.
Menteri Kesehatan AS Kathleen Sebelius mengatakan, dana tersebut akan digunakan untuk kajian klinis dan produksi vaksin.Perusahaan- perusahaan yang menyetujui penjualan vaksin tersebut di AS adalah Sanofi-Aventis SA, Novartis AG, Glaxo Smith Kline PLC, dan CSL Ltd. Sementara itu, Jepang juga mencanangkan bantuan senilai USD31,85 juta dalam memerangi virus flu babi di negara-negara Asia.
Jepang akan bekerja sama dengan Roche As dengan produksinya Tamiflu dan Relenza dari GlaxoSmithKline untuk penyediaan obat flu. Jepang juga menyiapkan gudang masker di Singapura sebagai antisipasi jika flu babi mengganas di Asia. Dari Beijing,Pemerintah China melaporkan dua kasus flu babi kembali ditemukan.
Hal itu menambah jumlah total infeksi flu babi mencapai tujuh orang di seluruh penjuru Negeri Tirai Bambu itu.Dalam situs Departemen Kesehatan China dilaporkan, dua pasien tersebut yang berusia 60 tahunan baru saja kembali dari AS dan Kanada. Pasien pertama flu babi di Beijing merupakan mahasiswa China yang pulang dari AS pada Jumat (22/5) setelahdirawatdirumahsakit selama enam hari.
Hingga saja ini, Beijing belum meningkatkan statusnya menjadi tanggap darurat flu babi.Menurut Direktur Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit China Deng Ying, empat kasus flu babi tidak saling berhubungan. Dari Hong Kong, Pusat Perlindungan Kesehatan pada Jumat (22/5) mengonfirmasi satu kasus baru flu babi.
Dengan demikian, empat kasus infeksi flu babi telah ditemukan di Hong Kong. Juru Bicara Departemen Kesehatan Hong Kong mengatakan seorang perempuan berusia 19 tahun ditemukan mengidap virus flu babi setelah kembali dari AS. Perempuan itu berprofesi sebagai mahasiswa dan diduga berada dalam penerbangan yang sama dengan pasien flu babi dari Taiwan. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/240896/
Wakil Direktur Jenderal WHO Keiji Fukuda menjelaskan, para pakar virus belum menentukan jumlah vaksin yang akan diproduksi.” Kami belum akan menentukan jumlahnya untuk jangka waktu beberapa saat,”kata Fukuda. Diperkirakan, para produsen vaksin akan membuat 4,9 miliar dosis vaksin antivirus A/H1N1 per tahun.
WHO berharap dapat mengirim sampel-sampel virus flu babi untuk diteliti perusahaan farmasi pada akhir Mei. Selain itu, WHO juga sedang mencari dana dari Bank Dunia dan lembaga kesehatan internasional untuk memproduksi vaksin di negara-negara yang tidak mampu. Fukuda mengungkapkan, vaksin hanya salah satu cara mencegah pandemi virus flu babi yang telah menginfeksi lebih dari 11.100 orang dan menewaskan 86 orang di seluruh penjuru negara.
Sebelumnya,Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon dan Direktur Jenderal WHO Margaret Chan bertemu dengan lebih dari 30 pemilik industri vaksin pada Selasa (19/5). PBB dan WHO mendesak mereka untuk membantu menjamin akses yang sama untuk setiap vaksin flu babi.
”Kami mendapatkan komitmen yang sungguh-sungguh dari semua perusahaan di Utara dan di Selatan guna bekerja sama dengan WHO,”kata Chan. Meskipun WHO bukan lembaga penunjang dana, dia telah menegosiasikan masalah itu dengan para pengusaha vaksin.
”Kami akan meneliti mekanisme yang berbeda guna menjamin bahwa negara dan warga miskin tak terabaikan,” papar Chan yang menyarankan agar negara-negara berkembang siap menghadapi berbagai kasus flu babi. Chan memprediksi, mutasi virus flu babi tidak dapat ditebak siapa pun. Dia pun mengungkapkan bahwa dunia harus siap dengan jumlah korban yang terus meningkat.”
Virus H1N1 telah meluas dan tersebar di berbagai komunitas, dunia, serta diperkirakan akan timbul inveksi yang fatal.Virus itu sangat licin,”paparnya. Sementara itu, Departemen Kesehatan Amerika Serikat (AS) menyiapkan USD1 miliar untuk membantu perusahaan vaksin membuat penangkal virus flu babi.
Menteri Kesehatan AS Kathleen Sebelius mengatakan, dana tersebut akan digunakan untuk kajian klinis dan produksi vaksin.Perusahaan- perusahaan yang menyetujui penjualan vaksin tersebut di AS adalah Sanofi-Aventis SA, Novartis AG, Glaxo Smith Kline PLC, dan CSL Ltd. Sementara itu, Jepang juga mencanangkan bantuan senilai USD31,85 juta dalam memerangi virus flu babi di negara-negara Asia.
Jepang akan bekerja sama dengan Roche As dengan produksinya Tamiflu dan Relenza dari GlaxoSmithKline untuk penyediaan obat flu. Jepang juga menyiapkan gudang masker di Singapura sebagai antisipasi jika flu babi mengganas di Asia. Dari Beijing,Pemerintah China melaporkan dua kasus flu babi kembali ditemukan.
Hal itu menambah jumlah total infeksi flu babi mencapai tujuh orang di seluruh penjuru Negeri Tirai Bambu itu.Dalam situs Departemen Kesehatan China dilaporkan, dua pasien tersebut yang berusia 60 tahunan baru saja kembali dari AS dan Kanada. Pasien pertama flu babi di Beijing merupakan mahasiswa China yang pulang dari AS pada Jumat (22/5) setelahdirawatdirumahsakit selama enam hari.
Hingga saja ini, Beijing belum meningkatkan statusnya menjadi tanggap darurat flu babi.Menurut Direktur Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit China Deng Ying, empat kasus flu babi tidak saling berhubungan. Dari Hong Kong, Pusat Perlindungan Kesehatan pada Jumat (22/5) mengonfirmasi satu kasus baru flu babi.
Dengan demikian, empat kasus infeksi flu babi telah ditemukan di Hong Kong. Juru Bicara Departemen Kesehatan Hong Kong mengatakan seorang perempuan berusia 19 tahun ditemukan mengidap virus flu babi setelah kembali dari AS. Perempuan itu berprofesi sebagai mahasiswa dan diduga berada dalam penerbangan yang sama dengan pasien flu babi dari Taiwan. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/240896/
Komentar