Seluruh Peserta Sepakat Adopsi MOD
MANADO(SI) – Sebanyak 75 negara yang mengirimkan delegasi ke Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado, Sulawesi Utara, mengadopsi Deklarasi Kelautan Manado (Manado Ocean Declaration/ MOD) yang disepakati kemarin.
Hasil deklarasi konferensi laut pertama di dunia itu selanjutnya diharapkan bisa memengaruhi pembahasan di level global mengenai perubahan iklim. “Semua sepakat, semua yang hadir mengadopsi,” kata Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan Gellwyn Yusuf seusai pertemuan tingkat tinggi WOC di Grand Kawanua Convention Centre,Manado,kemarin.
Negara negara itu antara lain Filipina, Thailand, Malaysia, Somalia, Suriname, Pakistan, Grenada, Amerika Serikat, Prancis, India, China, Kamboja,Angola,Filipina, Indonesia,Namibia. Ketua Pertemuan Pejabat Tinggi (Senior Official Meeting/ SOM) WOC Eddy Pratomo mengatakan MOD diharapkan berpengaruh dalam pembahasan global mengenai perubahan iklim dan menjadikan dimensi laut sebagai arus utama di dalamnya.
“ Ini adalah bentuk komitmen politik yang jelas terkait dengan peran perubahan iklim terhadap laut dan sebaliknya.Para menteri dan delegasi juga telah menunjukkan keinginan mereka untuk membangun kemitraan dalam perlindungan laut,” katanya saat menutup pertemuan. Eddy yakin kesepakatan yang tertuang dalam MOD akan menyatukan tujuan negara-negara peserta konferensi untuk menjadikan laut sebagai arus utama dalam setiap pembahasan dan negosiasi terkait perubahan iklim.
Namun, kesepakatan WOC merupakan langkah awal yang harus diikuti dengan tindak lanjut, sebelum benar-benar direalisasikan dan memberikan manfaat bagi semua, khususnya daerah-daerah kepulauan di negara-negara berkembang. Menurut anggota delegasi dari China,Shang Zhen,deklarasi tersebut harus diikuti dengan lebih banyak kerja sama riset ilmiah untuk merumuskan strategi adaptasi yang tepat dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim terhadap laut dan sebaliknya.
Menurut dia, implementasi deklarasi ini masih bergantung pada Pertemuan Para Pihak (Conference of Parties/COP) UnitedNationsFramework Convention on Climate Change (UNFCCC) Ke-15 di Kopenhagen, Denmark, Desember mendatang. MOD terdiri atas 14 paragraf pembuka inti dan 21 poin kesepakatan operatif.
Isi deklarasi antara lain berupa komitmen negaranegara peserta untuk melakukan konservasi laut jangka panjang, menerapkan manajemen pengelolaan sumber daya laut dan daerah pantai dengan pendekatan ekosistem, serta memperkuat kemitraan global untuk pembangunan berwawasan lingkungan. Mereka juga menyepakati perlunya strategi nasional untuk pengelolaan ekosistem laut dan kawasan pantai serta penerapan pengelolaan laut dan daerah pantai secara terpadu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berharap MOD juga diadopsi oleh Konvensi Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, mendatang.“Ini merupakan kesempatan penting bagi kita untuk membuat pernyataan penting bagi masa depan laut, planet, dan kemanusiaan, sebuah pesan yang akan terdengar hingga ke luar ruang konvensi ini,” kata SBY dalam sambutan saat membuka WOC 2009 di Grand Kawanua Convention Centre,Manado,kemarin.
Presiden yakin Deklarasi Kelautan Manado yang menjadi hasil WOC akan didengar komunitas internasional para pemangku kepentingan, khususnya UNFCCC, badan PBB untuk Kerangka Konvensi Perubahan Iklim.“Kita tidak membuat proses baru, namun memperkuat dan melengkapi UNFCCC,” lanjut Presiden. SBY berharap konferensi dan dokumen bersejarah yang dihasilkan WOC membentuk panggilan kepada dunia untuk memelihara lautan.
Terakhir kali dunia mendengar pesan politik dari komunitas kelautan adalah saat penandatanganan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) pada 1982.Konvensi tersebut memberikan suatu perubahan dramatis pada sistem maritim. Terkait konvensi tersebut, Presiden mengatakan bahwa seluruh negara mempunyai kewajiban untuk melindungi dan memelihara lingkungan kelautan. “Jadi World Ocean Conference juga dapat dipandang sebagai implementasi dari UNCLOS 1982,”ujarnya.
Pembukaan WOC 2009 yang mengambil tema “Ocean Impact to Climate Change and the Role of Ocean to Climate Change” diawali dengan persembahan lagu Save Our Planet karya Presiden SBY. Delegasi dari negara peserta dan 12 lembaga internasional bertepuk tangan setelah lagu tersebut selesai dinyanyikan oleh 50 mahasiswa dan pelajar. Dengan memukul tetengkoren, alat musik tradisional Sulawesi Utara, SBY membuka WOC. Presiden juga menandatangani sampul hari pertama prangko seri istimewa WOC.
Setelah itu,dalam acara jamuan santap malam para peserta WOC dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit di Manado tadi malam Presiden juga mengapresiasi WOC yang telah berhasil menyepakati DeklarasiKelautanManado(MOD). “Saya senang bahwa konferensi itu mampu menghasilkan MOD,” kata Presiden.Menurutnya,keberhasilan pengesahan MOD memberikan sinyal kuat bagi komunitas kelautan di dunia perlunya menjaga laut dan sumber daya kelautan.
Pada kesempatan ini Presiden juga mengapresiasi lima kepala negara dan pemerintahan peserta CTI Summit yaitu Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo,Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak, PM Kepulauan Solomon Derek Sikua, PM Papua Nugini Michael Somare, dan Presiden Timor Leste Ramos Horta. Dalam kerja sama CTI, enam negara yang berada di wilayah seluas 5,7 juta km persegi sepakat berkoordinasi dalam melindungi sumber daya kelautan. (andika hendra m/ant) http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/238628/
Hasil deklarasi konferensi laut pertama di dunia itu selanjutnya diharapkan bisa memengaruhi pembahasan di level global mengenai perubahan iklim. “Semua sepakat, semua yang hadir mengadopsi,” kata Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan Gellwyn Yusuf seusai pertemuan tingkat tinggi WOC di Grand Kawanua Convention Centre,Manado,kemarin.
Negara negara itu antara lain Filipina, Thailand, Malaysia, Somalia, Suriname, Pakistan, Grenada, Amerika Serikat, Prancis, India, China, Kamboja,Angola,Filipina, Indonesia,Namibia. Ketua Pertemuan Pejabat Tinggi (Senior Official Meeting/ SOM) WOC Eddy Pratomo mengatakan MOD diharapkan berpengaruh dalam pembahasan global mengenai perubahan iklim dan menjadikan dimensi laut sebagai arus utama di dalamnya.
“ Ini adalah bentuk komitmen politik yang jelas terkait dengan peran perubahan iklim terhadap laut dan sebaliknya.Para menteri dan delegasi juga telah menunjukkan keinginan mereka untuk membangun kemitraan dalam perlindungan laut,” katanya saat menutup pertemuan. Eddy yakin kesepakatan yang tertuang dalam MOD akan menyatukan tujuan negara-negara peserta konferensi untuk menjadikan laut sebagai arus utama dalam setiap pembahasan dan negosiasi terkait perubahan iklim.
Namun, kesepakatan WOC merupakan langkah awal yang harus diikuti dengan tindak lanjut, sebelum benar-benar direalisasikan dan memberikan manfaat bagi semua, khususnya daerah-daerah kepulauan di negara-negara berkembang. Menurut anggota delegasi dari China,Shang Zhen,deklarasi tersebut harus diikuti dengan lebih banyak kerja sama riset ilmiah untuk merumuskan strategi adaptasi yang tepat dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim terhadap laut dan sebaliknya.
Menurut dia, implementasi deklarasi ini masih bergantung pada Pertemuan Para Pihak (Conference of Parties/COP) UnitedNationsFramework Convention on Climate Change (UNFCCC) Ke-15 di Kopenhagen, Denmark, Desember mendatang. MOD terdiri atas 14 paragraf pembuka inti dan 21 poin kesepakatan operatif.
Isi deklarasi antara lain berupa komitmen negaranegara peserta untuk melakukan konservasi laut jangka panjang, menerapkan manajemen pengelolaan sumber daya laut dan daerah pantai dengan pendekatan ekosistem, serta memperkuat kemitraan global untuk pembangunan berwawasan lingkungan. Mereka juga menyepakati perlunya strategi nasional untuk pengelolaan ekosistem laut dan kawasan pantai serta penerapan pengelolaan laut dan daerah pantai secara terpadu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berharap MOD juga diadopsi oleh Konvensi Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, mendatang.“Ini merupakan kesempatan penting bagi kita untuk membuat pernyataan penting bagi masa depan laut, planet, dan kemanusiaan, sebuah pesan yang akan terdengar hingga ke luar ruang konvensi ini,” kata SBY dalam sambutan saat membuka WOC 2009 di Grand Kawanua Convention Centre,Manado,kemarin.
Presiden yakin Deklarasi Kelautan Manado yang menjadi hasil WOC akan didengar komunitas internasional para pemangku kepentingan, khususnya UNFCCC, badan PBB untuk Kerangka Konvensi Perubahan Iklim.“Kita tidak membuat proses baru, namun memperkuat dan melengkapi UNFCCC,” lanjut Presiden. SBY berharap konferensi dan dokumen bersejarah yang dihasilkan WOC membentuk panggilan kepada dunia untuk memelihara lautan.
Terakhir kali dunia mendengar pesan politik dari komunitas kelautan adalah saat penandatanganan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) pada 1982.Konvensi tersebut memberikan suatu perubahan dramatis pada sistem maritim. Terkait konvensi tersebut, Presiden mengatakan bahwa seluruh negara mempunyai kewajiban untuk melindungi dan memelihara lingkungan kelautan. “Jadi World Ocean Conference juga dapat dipandang sebagai implementasi dari UNCLOS 1982,”ujarnya.
Pembukaan WOC 2009 yang mengambil tema “Ocean Impact to Climate Change and the Role of Ocean to Climate Change” diawali dengan persembahan lagu Save Our Planet karya Presiden SBY. Delegasi dari negara peserta dan 12 lembaga internasional bertepuk tangan setelah lagu tersebut selesai dinyanyikan oleh 50 mahasiswa dan pelajar. Dengan memukul tetengkoren, alat musik tradisional Sulawesi Utara, SBY membuka WOC. Presiden juga menandatangani sampul hari pertama prangko seri istimewa WOC.
Setelah itu,dalam acara jamuan santap malam para peserta WOC dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit di Manado tadi malam Presiden juga mengapresiasi WOC yang telah berhasil menyepakati DeklarasiKelautanManado(MOD). “Saya senang bahwa konferensi itu mampu menghasilkan MOD,” kata Presiden.Menurutnya,keberhasilan pengesahan MOD memberikan sinyal kuat bagi komunitas kelautan di dunia perlunya menjaga laut dan sumber daya kelautan.
Pada kesempatan ini Presiden juga mengapresiasi lima kepala negara dan pemerintahan peserta CTI Summit yaitu Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo,Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak, PM Kepulauan Solomon Derek Sikua, PM Papua Nugini Michael Somare, dan Presiden Timor Leste Ramos Horta. Dalam kerja sama CTI, enam negara yang berada di wilayah seluas 5,7 juta km persegi sepakat berkoordinasi dalam melindungi sumber daya kelautan. (andika hendra m/ant) http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/238628/
Komentar