Rola Dashti, Ekonom yang Mendobrak Tradisi Arab


Rola Dashti menjadi anggota parlemen wanita pertama setelah dipastikan terpilih pada pemilu legislatif Sabtu (16/5).Tiga perempuan lain juga mampu meraih kursi yang didominasi kaum pria itu.

TERPILIHNYA Dashti dan temantemannya membuka aura positif dalam dunia perpolitikan di Kuwait yang terkenal puritan dan tradisional. Selain Dashti, Massuma al-Mubarak yang dikenal sebagai menteri perempuan pertama di Kuwait pada 2005, juga menang di daerah pemilihannya.

Sementara Asell al-Awadhi yang dikenal sebagai politikus liberal juga mendapat peluang terpilih yang besar. Begitu pula dengan kandidat independen Salwa al-Jassar yang menempati peringkat kelima di wilayah pemilihannya. Keempat perempuan itu memiliki latar belakang yang sama, yaitu pernah mengenyam pendidikan di Amerika Serikat (AS). Mereka pun bergelar doktor di bidang politik, ekonomi, dan pendidikan. Dari keempat perempuan tangguh tersebut, figur yang paling disorot adalah Dashti.

Dashti juga dikenal sebagai aktivis yang kerap memperjuangkan masalah gender di Kuwait.Melalui lobinya di pemerintahan sejak 2005,dia mendesak agar perempuan berhak dipilih menjadi anggota parlemen. Pada pemilu parlemen 2006,dia merupakan perempuan pertama yang mendaftarkan diri sebagai kandidat anggota parlemen meskipun tidak berhasil meraih suara.

“Dengan terpilihnya saya dan beberapa kawan lain, hal itu menunjukkan bahwa rakyat menginginkan adanya perubahan di Kuwait,” paparnya kepada Kuwait Times.“Yang mampu menyelamatkan negara ini adalah rakyat sendiri. Marilah berjuang untuk Kuwait ke depan,”imbuhnya. Dia sering miris melihat kaum perempuan di negara kecil tetapi kaya di kawasan Teluk itu tak berdaya di dunia politik.Para perempuan harus menghadapi tembok penghalang besar berupa tradisi, baik dari kaum pria maupun dari kaumnya sendiri.

Padahal, perempuan Kuwait mencapai 54,3% dari 385.000 pemilih yang memenuhi syarat untuk memilih.“Ini adalah efek domino. Keberhasilan di satu negara telah menular ke negara lain di wilayah itu. Ketika seorang penguasa dalam satu negara menunjuk perempuan untuk posisi tinggi, yang lain mengikuti. Ini persaingan yang sehat karena setiap orang ingin menunjukkan bahwa mereka demokratis,” kata Dashti. Dalam program yang ditawarkannya, Dashti berjanji akan memperjuangkan standar kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat umum.

Dia akan menyarankan kepada pemerintah agar memberikan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyatnya dan pembangunan pusat kesehatan. Perjuangan bagi kaum perempuan juga menjadi prioritas utama bagi Dashti. Dia mengatakan, hakhak kaum perempuan harus diperjuangkan. Di antaranya nasib para janda, para perempuan yang menikah dengan orang asing, dan mereka yang selalu terbelenggu tradisi. Dia ingin sekali semua perempuan Kuwait merasakan kebahagiaan.

“Ke depannya, tidak akan ada perempuan Kuwait yang termarginalkan dan dipandang sebelah mata,”janjinya. Dalam hal politik, Dashti bakal menekan pemerintah untuk memberlakukan hukum bagi semua orang secara adil. “Saya percaya bahwa pandangan politik kita harus dibangun dengan dialog konstruktif dan mengimplementasikan perubahan yang positif,”paparnya. Dalam membangun Kuwait, Dashti juga menekankan agar semua pihak saling menghindarkan diri dan tidak terjebak dengan siapa yang salah dan benar.

“Kita harus bergerak ke depan, jangan menyalahkan parlemen, pemerintah, yang tidak mau memberikan pelayanan secara maksimal kepada rakyat,” katanya kepada Al Watan. Sebenarnya, Dashti merupakan lulusan doktor dalam bidang ekonomi penduduk dari Universitas Johns Hopkins. Dia juga mengajar dan melakukan penelitian perekonomian negaranya yang telah mengalami proses transformasi menjadi lebih liberal. Melalui lembaga konsultan ekonominya,Masyarakat Ekonomi Kuwait (KES), dia menjadi mitra bagi para pengusaha dan lembaga keuangan internasional yang ingin berinvestasi di Kuwait.

Sejak kuliah, dia telah aktif dalam berbagai kegiatan,termasuk di Palang Merah Internasional di Lebanon.Ketika itu, pada 1982, dia membantu para pengungsi di Lebanon selatan yang menjadi korban konflik. Selain itu, dia juga pernah menjadi peneliti ilmiah dan bekerja pada lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford