Hugo Chavez Ingin Jadi Teman Obama
PORT-OF-SPAIN (SI) – Sebuah momen bersejarah terjadi pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara-Negara Amerika di Port of Spain, Trinidad, kemarin ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama berjabat tangan dengan Presiden Venezuela Hugo Chavez.
Momen itu disebut langka karena kedua negara itu sempat saling bermusuhan dengan puncak ketika masa kepresidenan George W Bush. Bersalaman dan saling sapa itu berjalan hanya dalam hitungan detik sebelum Obama menyampaikan pidato pembukaan.Ketika itu, Chavez yang dikenal pengkritik tajam pemerintahan Bush itu tersenyum dan menjabat tangan Obama.
”Saya menyalami Bush dengan tangan ini delapan tahun lalu.Saya ingin jadi teman Anda,” kata Chavez kepada Obama,seperti dikutip dari pernyataan resmi pers kepresidenan Venezuela. Obama lalu mengucapkan terima kasih. ”Kita berjabat tangan seperti seorang pria,dan itu benar-benar terjadi,” ujar Chavez. Setelah berjabat tangan dan saling sapa itu, Chavez pun mengungkapkan kekagumannya pada sosok Obama. ”Presiden Obama merupakan pria yang cerdas, sangat berbeda dengan sebelumnya (mantan Presiden George W Bush),”pujinya.
Menurut pejabat pemerintah AS, Obama tidak merespons dengan kata-kata atas komentar Chavez. ”Kejadian itu sangat, sangat singkat,” kata pejabat yang tidak disebutkan namanya. Dia menuturkan kepada Reuters, Obama hanya tersenyum sederhana, dan kembali ke tempatnya. Menurut laporan media lainnya dari Port of Spain, Trinidad, Obama menyapa dalam bahasa Spanyol. Sementara Presiden Venezuela itu menjawab dalam bahasa Inggris.
Obama dilaporkan juga menyapa para pemimpin lain yang ikut dalam pertemuan tingkat tinggi itu. Pada tayangan televisi yang dikeluarkan komite penyelenggara pertemuan puncak tersebut, Obama dan Chavez terlihat berjabat tangan.Tampak senyuman menghiasi wajah mereka. Gedung Putih menegaskan jabat tangan dan saling sapa antara Obama dan Chavez tidak direncanakan kedua belah pihak.Begitu juga belum ada jadwal pertemuan bilateral. ”Tidak ada pertemuan tatap muka yang dijadwalkan,” papar Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs.
Langkah Obama itu memperlihatkan perubahan kebijakan pemerintahnya ke arah Amerika Latin, dari yang sebelumnya diambil George W Bush. Chavez,sekutu kuat Kuba,pada Maret lalu menyebut Obama ”orang bebal”setelah presiden baru AS itu mengatakan bahwa Chavez menghalangi kemajuan di Amerika Latin. Bahkan, Chavez pernah menyebut Bush sebagai ”setan”.
Hubungan antara Washington dan Caracas telah keruh di bawah Chavez, yang sering kali menuduh para pejabat AS berusaha menggulingkan dia. Chavez mengusir utusan AS untuk Caracas pada September dalam perselisihan mengenai kegiatan AS di negara sekutu Venezuela, Bolivia. Chavez menjadi pelopor bagi perasaan anti-AS di wilayah tersebut.Washington juga telah mengecap dia sebagai ancaman bagi kestabilan regional.
AS Terbuka Masalah Kuba
Sementara pada sambutan KTT tersebut, Obama mengungkapkan keinginannya untuk memulai babak baru hubungan AS dan Kuba.Selain itu,Obama menginginkan kemitraan sejajar dengan semua negara di kawasan Amerika Latin.
Obama mengatakan hal tersebut di hadapan 34 pemimpin negara Amerika Latin dan Karibia dalam KTT Amerika di Port of Spain, Trinidad dan Tobago. ”AS mencari permulaan hubungan baru dengan Kuba,”kata Obama. ”Saya tahu perjalanan untuk mengatasi ketidakpercayaan masih panjang,tapi ada langkah-langkah kritis yang bisa kita ambil untuk menujuhariyangbaru,”kataObama. Dia menegaskan bahwa Washington tidak tertarik untuk berbicara demi formalitas belaka.
”Namun, saya percaya bahwa kita bisa menempuh arah baru dalam hubungan Kuba- Amerika,”tambahnya. Pertemuan puncak ini juga akan membahas upaya kawasan Amerika akan mengatasi persoalan, seperti krisis keuangan global, perubahan iklim,dan kriminalitas. Kuba tidak hadir dalam pertemuan itu meski para pemimpin negara Amerika Latin itu telah meminta negara komunis tersebut untuk kembali berkomitmen.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menyambut tawaran berunding dari Presiden Kuba Raul Castro, dengan mengatakan bahwa kebijakan AS pada masa George W Bush terbukti gagal. Pada Kamis (16/4) lalu, Castro mengatakan bahwa dia siap berunding tentang berbagai isu dengan AS, termasuk hak asasi manusia, tawanan politik, dan kebebasan pers.
Pernyataan Castro diungkapkan setelah AS melonggarkan embargo dengan mengizinkan pendatang Kuba mengunjungi kerabat mereka di Kuba dan mengirim uang ke Kuba dengan prosedur yang lebih mudah. Sementara Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner, menyerukan agar Amerika Serikat mencabut embargo perdagangannya terhadap Kuba.
Cristina Kirchner menyampaikan imbauannya itu saat menyatakan penghargaannya kepada pemerintahan Barack Obama dalam menyingkirkan larangan-larangan terhadap perjalanan dan pengiriman uang warga Amerika asal Kuba ke negara asalnya. (AFP/Rtr/BBC/CNN/andika h m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/230996/38/
Momen itu disebut langka karena kedua negara itu sempat saling bermusuhan dengan puncak ketika masa kepresidenan George W Bush. Bersalaman dan saling sapa itu berjalan hanya dalam hitungan detik sebelum Obama menyampaikan pidato pembukaan.Ketika itu, Chavez yang dikenal pengkritik tajam pemerintahan Bush itu tersenyum dan menjabat tangan Obama.
”Saya menyalami Bush dengan tangan ini delapan tahun lalu.Saya ingin jadi teman Anda,” kata Chavez kepada Obama,seperti dikutip dari pernyataan resmi pers kepresidenan Venezuela. Obama lalu mengucapkan terima kasih. ”Kita berjabat tangan seperti seorang pria,dan itu benar-benar terjadi,” ujar Chavez. Setelah berjabat tangan dan saling sapa itu, Chavez pun mengungkapkan kekagumannya pada sosok Obama. ”Presiden Obama merupakan pria yang cerdas, sangat berbeda dengan sebelumnya (mantan Presiden George W Bush),”pujinya.
Menurut pejabat pemerintah AS, Obama tidak merespons dengan kata-kata atas komentar Chavez. ”Kejadian itu sangat, sangat singkat,” kata pejabat yang tidak disebutkan namanya. Dia menuturkan kepada Reuters, Obama hanya tersenyum sederhana, dan kembali ke tempatnya. Menurut laporan media lainnya dari Port of Spain, Trinidad, Obama menyapa dalam bahasa Spanyol. Sementara Presiden Venezuela itu menjawab dalam bahasa Inggris.
Obama dilaporkan juga menyapa para pemimpin lain yang ikut dalam pertemuan tingkat tinggi itu. Pada tayangan televisi yang dikeluarkan komite penyelenggara pertemuan puncak tersebut, Obama dan Chavez terlihat berjabat tangan.Tampak senyuman menghiasi wajah mereka. Gedung Putih menegaskan jabat tangan dan saling sapa antara Obama dan Chavez tidak direncanakan kedua belah pihak.Begitu juga belum ada jadwal pertemuan bilateral. ”Tidak ada pertemuan tatap muka yang dijadwalkan,” papar Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs.
Langkah Obama itu memperlihatkan perubahan kebijakan pemerintahnya ke arah Amerika Latin, dari yang sebelumnya diambil George W Bush. Chavez,sekutu kuat Kuba,pada Maret lalu menyebut Obama ”orang bebal”setelah presiden baru AS itu mengatakan bahwa Chavez menghalangi kemajuan di Amerika Latin. Bahkan, Chavez pernah menyebut Bush sebagai ”setan”.
Hubungan antara Washington dan Caracas telah keruh di bawah Chavez, yang sering kali menuduh para pejabat AS berusaha menggulingkan dia. Chavez mengusir utusan AS untuk Caracas pada September dalam perselisihan mengenai kegiatan AS di negara sekutu Venezuela, Bolivia. Chavez menjadi pelopor bagi perasaan anti-AS di wilayah tersebut.Washington juga telah mengecap dia sebagai ancaman bagi kestabilan regional.
AS Terbuka Masalah Kuba
Sementara pada sambutan KTT tersebut, Obama mengungkapkan keinginannya untuk memulai babak baru hubungan AS dan Kuba.Selain itu,Obama menginginkan kemitraan sejajar dengan semua negara di kawasan Amerika Latin.
Obama mengatakan hal tersebut di hadapan 34 pemimpin negara Amerika Latin dan Karibia dalam KTT Amerika di Port of Spain, Trinidad dan Tobago. ”AS mencari permulaan hubungan baru dengan Kuba,”kata Obama. ”Saya tahu perjalanan untuk mengatasi ketidakpercayaan masih panjang,tapi ada langkah-langkah kritis yang bisa kita ambil untuk menujuhariyangbaru,”kataObama. Dia menegaskan bahwa Washington tidak tertarik untuk berbicara demi formalitas belaka.
”Namun, saya percaya bahwa kita bisa menempuh arah baru dalam hubungan Kuba- Amerika,”tambahnya. Pertemuan puncak ini juga akan membahas upaya kawasan Amerika akan mengatasi persoalan, seperti krisis keuangan global, perubahan iklim,dan kriminalitas. Kuba tidak hadir dalam pertemuan itu meski para pemimpin negara Amerika Latin itu telah meminta negara komunis tersebut untuk kembali berkomitmen.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menyambut tawaran berunding dari Presiden Kuba Raul Castro, dengan mengatakan bahwa kebijakan AS pada masa George W Bush terbukti gagal. Pada Kamis (16/4) lalu, Castro mengatakan bahwa dia siap berunding tentang berbagai isu dengan AS, termasuk hak asasi manusia, tawanan politik, dan kebebasan pers.
Pernyataan Castro diungkapkan setelah AS melonggarkan embargo dengan mengizinkan pendatang Kuba mengunjungi kerabat mereka di Kuba dan mengirim uang ke Kuba dengan prosedur yang lebih mudah. Sementara Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner, menyerukan agar Amerika Serikat mencabut embargo perdagangannya terhadap Kuba.
Cristina Kirchner menyampaikan imbauannya itu saat menyatakan penghargaannya kepada pemerintahan Barack Obama dalam menyingkirkan larangan-larangan terhadap perjalanan dan pengiriman uang warga Amerika asal Kuba ke negara asalnya. (AFP/Rtr/BBC/CNN/andika h m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/230996/38/
Komentar