Pemerintahan Kuwait Bubar
KUWAIT CITY (SINDO) – Emir Kuwait Sheikh Sabah al- Ahmed al-Sabah telah menerima pengunduran diri pemerintah. Hal itu menyusul kritikan tajam yang dilancarkan sejumlah anggota parlemen terhadap Perdana Menteri (PM) Sheikh Nasser Mohammed al-Ahmed al-Sabah.
”Emir telah menerima pengunduran diri pemerintah dan memerintahkan dilanjutkannya pemerintahan dalam kapasitas sebagai pejabat sementara sampai pemerintahan baru terbentuk,” demikian pernyataan resmi pejabat di stasiun televisi pemerintah. Menteri Urusan Pengadilan Kerajaan Sheikh Nasser Sabah al-Ahmed mengutarakan bahwa perdana menteri dan seluruh anggotanya telah mengajukan pengunduran diri ke Emir pada Senin (16/3).
Laporan televisi swasta mengungkapkan surat pengunduran diri itu terkait tudingan lima anggota parlemen yang memicu ketegangan politik di negara itu.Para anggota parlemen melemparkan isu tentang permasalahan penggunaan badan-badan konstitusi tidak sesuai dengan prosedur.
Mereka menuding PM Sheikh Nasser Mohammed al-Ahmed al-Sabah, keponakan Emir, tidak mampu menangani kebijakan ekonomi dan tidak pandai mengelola dana publik. Pengunduran diri tersebut dapat makin menunda disetujuinya rencana penyelamatan bernilai 1,5 miliar dinar Kuwait (USD5,11 miliar).
Dana itu termasuk jaminan bank guna memperlunak dampak krisis keuangan global dan rencana menurunkan ketergantungan negara OPEC (Organisasi Negara- Negara Pengekspor Minyak) tersebut pada minyak. Sheikh Nasser, 69, berada dalam tekanan politik sejak dia menjadi PM pada Februari 2006.
Dia dipaksa mengundurkan diri sebanyak empat kali dan merombak kabinetnya sebanyak dua kali.Kabinet pemerintahannya terbentuk pada Januari silam. Politik memanas ketika Emir juga membubarkan parlemen yang dipilih pada Mei tahun lalu.Pemilu bakal diselenggarakan dalam kurun waktu dua bulan.
Parlemen Kuwait telah dibubarkan sebanyak dua kali sejak Maret 2006. Sebenarnya sejumlah anggota parlemen hanya meminta pengunduran diri PM dan segera ditunjuk penggantinya yang baru. ”Solusi atas krisis kali ini ketika pengunduran diri pemerintah diterima dan ditunjuk PM baru.
PM gagal memimpin negara ini selama tiga tahun,” ujar anggota parlemen Daidallah Buramia. Dilaporkan sejumlah media Kuwait,pembubaran parlemen bisa jadi selama dua tahun lebih itu mengancam ketidakpastian politik. Ketua parlemen Jassem al- Khorafi menangguhkan sesi parlemen yang dijadwalkan kemarin. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/221943/
”Emir telah menerima pengunduran diri pemerintah dan memerintahkan dilanjutkannya pemerintahan dalam kapasitas sebagai pejabat sementara sampai pemerintahan baru terbentuk,” demikian pernyataan resmi pejabat di stasiun televisi pemerintah. Menteri Urusan Pengadilan Kerajaan Sheikh Nasser Sabah al-Ahmed mengutarakan bahwa perdana menteri dan seluruh anggotanya telah mengajukan pengunduran diri ke Emir pada Senin (16/3).
Laporan televisi swasta mengungkapkan surat pengunduran diri itu terkait tudingan lima anggota parlemen yang memicu ketegangan politik di negara itu.Para anggota parlemen melemparkan isu tentang permasalahan penggunaan badan-badan konstitusi tidak sesuai dengan prosedur.
Mereka menuding PM Sheikh Nasser Mohammed al-Ahmed al-Sabah, keponakan Emir, tidak mampu menangani kebijakan ekonomi dan tidak pandai mengelola dana publik. Pengunduran diri tersebut dapat makin menunda disetujuinya rencana penyelamatan bernilai 1,5 miliar dinar Kuwait (USD5,11 miliar).
Dana itu termasuk jaminan bank guna memperlunak dampak krisis keuangan global dan rencana menurunkan ketergantungan negara OPEC (Organisasi Negara- Negara Pengekspor Minyak) tersebut pada minyak. Sheikh Nasser, 69, berada dalam tekanan politik sejak dia menjadi PM pada Februari 2006.
Dia dipaksa mengundurkan diri sebanyak empat kali dan merombak kabinetnya sebanyak dua kali.Kabinet pemerintahannya terbentuk pada Januari silam. Politik memanas ketika Emir juga membubarkan parlemen yang dipilih pada Mei tahun lalu.Pemilu bakal diselenggarakan dalam kurun waktu dua bulan.
Parlemen Kuwait telah dibubarkan sebanyak dua kali sejak Maret 2006. Sebenarnya sejumlah anggota parlemen hanya meminta pengunduran diri PM dan segera ditunjuk penggantinya yang baru. ”Solusi atas krisis kali ini ketika pengunduran diri pemerintah diterima dan ditunjuk PM baru.
PM gagal memimpin negara ini selama tiga tahun,” ujar anggota parlemen Daidallah Buramia. Dilaporkan sejumlah media Kuwait,pembubaran parlemen bisa jadi selama dua tahun lebih itu mengancam ketidakpastian politik. Ketua parlemen Jassem al- Khorafi menangguhkan sesi parlemen yang dijadwalkan kemarin. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/221943/
Komentar